Kisah Janda Buruh Jahit yang Berhasil Kuliahkan Anak di UGM: Tiap Malam Berdoa, Bisanya Cuma Itu
Sejak bapak meninggal, kita tinggal di sini, ngumpul bareng simbah.
“Sejak bapak meninggal, kita tinggal di sini, ngumpul bareng simbah,” kata Ika, panggilan akrab Ika Rizky Fauziah Abdullah.
Selama duduk di bangku sekolah menengah, Ika mengaku tidak pernah menyampaikan keluhan pada ibunya.
Ia selalu ingin membuat ibunya senang dan bangga dengan cara menunjukkan prestasi yang berhasil diraihnya. Apalagi, ia rutin dapat beasiswa berkat prestasi yang ia gapai.
Selama duduk di SMAN 1 Blitar, Ika selalu masuk rangking sepuluh besar.
Dengan kemampuannya berbahasa Inggris, Ika berkesempatan mengikuti program pertukaran pelajar ke Amerika Serikat.
Selama kurang lebih satu tahun ia menikati pendidikan menengah di negeri Paman Sam tersebut. Setelah pulang dari Amerika ia kemudian melanjutkan pendidikan SMA di Blitar hingga lulus.
Ika tertarik untuk menekuni dunia diplomat setelah mengikuti program pertukaran pelajar. Ia pun memilih mendaftar Prodi Hubungan Internasional Fisipol UGM saat SNMPTN dibuka.
Ia bersyukur bukan kepalang karena diterima kuliah di UGM apalagi mendapat beasiswa Bidikmisi sehingga tidak membebani sang ibu.
Sebagai anak, ia tahu dan maklum, penghasilan ibunya sebagi buruh jahit hanya cukup untuk kebutuhan makan sehari-hari.
Diterima kuliah di UGM, bagi Mujiyah menjadi sebuah berkah bagi keluarga sekaligus pertanda terkabulnya doa yang selalu ia panjatkan setiap hari.
“Setiap malam saya selalu berdoa, bisanya cuma hanya itu, hanya bisa bantu doa. Selalu memohon bimbingan-Nya, memberikan jalan yang terbaik,” kata Mujiyah dengan mata berkaca-kaca.
Kuliah di UGM adalah impian Ika sejak kecil. Pilihannya memililh prodi Hubungan Internasional menurut Ika sebagai jalan untuk menggapai masa depan yang lebih cerah. (*)