Delapan Orang di Dunia yang Memiliki IQ di Atas 160

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Siapa yang tidak mengenal Albert Einstein? Dia merupakan salah satu orang jenius yang ada di dunia. Einstein bahkan disebut sebagai salah satu manusia yang mengubah dunia. Ahli fisika dan mampu membuat bom atom ini memiliki IQ sekitar 160-190.

IQ (Intelligence Quotient) digunakan untuk mengukur sampai di mana kecerdasaran seseorang. Mereka yang pintar belum tentu memiliki IQ yang tinggi. Menurut Stanford-Binet Intelligence Scales yang dijelaskan oleh Lewis M. Terman, seorang psikolog asal Stanford University, ada beberapa tingkatan dalam skala IQ. Orang normal biasanya memiliki IQ sekitar 85 sampai 120. Jika IQ Anda diantara 130 sampai 160 maka Anda masuk kategori superior.

Nah bagaimana jika IQ di atas 160? Bisa dipastikan Anda masuk golongan orang-orang jenius. Berikut kami rangkum delapan orang di dunia yang memiliki IQ di atas 160.

Judit Polgar

Wanita kelahiran 23 Juli 1976 ini memiliki IQ 170. Ia sangat pandai bermain catur. Ketika usia 15, ia sudah menjadi grandmaster catur. Ia juga pernah mengalahkan juara dunia catur Garry Kasparav.

Sir Andrew Wiles

Pemuda 62 tahun memiliki IQ 170. Saat ini ia bekerja sebagai ahli matematika dan menjadi salah satu profesor di Oxford University, Inggris. Ia pernah masuk Guinness Book of World Record karena pernah menyelesaikan soal matematika yang rumit.

Marilyn Vos Savant

Ia keturunan Jerman-Italia. IQnya mencapai 190. Wanita ini pandai pada bidang tulis-menulis. Sampai saat ini ia masih menulis di majalah Parade dengan rubrik khusus yang diberi nama ‘Ask Marilyn’.

Garry Kasparov

Ia adalah juara dunia catur. IQnya mencapai 194. Ketika usia 22 tahun, pemuda ini berhasil menduduki peringkat 1 dunia. Tahun 1966, ia pernah sekali mengalahkan komputer Deep Blue milik IBM.

Kim Ung-Yong

Pria kelahiran Korea Utara tahun 1967 memiliki nilai IQ 200. Saat masih berusia enam bulan ia sudah mampu berbicara. Usia lima tahun tampil di Fuji TV untuk menjawab soal matematika. Saat ini ia bekerja di Shinhan University.

Edith Stern