Ledakan Dahsyat di Tanjungkarang Barat
Warga Pesawahan Kaget Ustaz Seperti Mustafa Punya Bahan Peledak Berbahaya
tersangka pemilik bahan peledak di Jalan Ikan Sepat. Sebab Mustafa dikenal sebagai seorang ustaz dan sering berdakwah.
Penulis: hanif mustafa | Editor: soni
Laporan Wartawan Tribun Lampung Hanif Mustafa
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Warga Pesawahan sempat kaget dengan penggerebekan rumah milik Mustafa Zaelani, tersangka pemilik bahan peledak di Jalan Ikan Sepat. Sebab Mustafa dikenal sebagai seorang ustaz dan sering berdakwah.
Asep Suryadi, tetangga rumah belakang Mustafa mengaku kaget dan tidak percaya, jika orang yang selama ia kenal alim bisa menyimpan bahan peledak yang membahayakan.
"Jelas kaget, kalau ketemu sih sopan, mau negor, paling disegani, kan dia juga imam serta punya Masjid di belakang, Masjid Istiqomah," tuturnya, Senin (25/9/2017).
Meski demikian, Asep mengungkapkan Mustafa orangnya jarang terbuka dan jarang keluar rumah.
"Ya namanya ustaz, jarang keluar, paling waktunya banyak dihabiskan di Masjid, di tempat pesantrennya itu," tutupnya.
Senada dengan ketua RT 42 Lingkungan 3 Kelurahan Pesawahan, Rudin Waluyo, keseharian Mustafa dikenal sopan dan baik.
"Dulu orangnya baik, ia adalah kakak tingkat sekolah saya, sebelum masuk Khilafatul Muslimin orangnya terbuka dan mau berbaur," terang Waluyo.
Namun setelah bergabung dalam organisasi tersebut ada perubahan dalam diri Mustafa. Dia lebih tertutup.
"Sudah ada sepuluh tahun yang lalu, selain itu dia juga pengajar di Pondok Pesantren Ukhuwah Islamiyah di Batu Putu, selain itu ia juga pendakwah," jelasnya.
Menurut Waluyo, setelah bergabung dalam Khalifatul Muslimin ada perubahan dalam diri Mustafa. Yakni lebih preventif dan fokus pada organisasinya.
"Ya mungkin itu jadi jauh dari teman sepermainannya dulu, dan sekarang sering banyak mengadakan pengajian di rumahnya untuk kelompoknya sendiri," sebut Waluyo.
Waluyo mengaku tidak menaruh curiga terhadap Mustafa, sebab Mustafa terlihat santun.
"Jelas kaget, tapi memang agak ada jarak dengan warga sebab berbeda faham ya lebih fanatik, jadi warga enggan masuk dalam komunitasnya, seperti salat jamaah di masjid, warga lebih pilih masjid di luar daripada di tempatnya," tandas Waluyo.