Warga RT 12 Tolak Penutupan Gang Melati Enggal
Warga Jalan Raden Intan, Gang Melati (samping Bank Utomo), RT 12, Kelurahan Enggal, Kecamatan Enggal menolak penutupan gang utama
Penulis: Bayu Saputra | Editor: soni
Laporan Reporter Tribun Lampung Bayu Saputra
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Warga Jalan Raden Intan, Gang Melati (samping Bank Utomo), RT 12, Kelurahan Enggal, Kecamatan Enggal menolak penutupan gang utama mereka menuju Jalan Raden Intan.
Penutupan tersebut membuat 50-an KK di wilayah setempat tidak mendapat akses keluar masuk kecuali melalui jalur sempit yang tembus ke Jalan Sriwijaya, lapangan Saburai.
Warga pun khawatir penutupan ini bisa menghambat penolong yang datang ketika terjadi musibah. "Maaf ya ini, misalnya saja terjadi kebakaran maka warga akan kesusahan mendapatkan pertolongan karena petugas pemadam kebakaran akan kesulitan karena jalan ini ditutup," kata Ketua RT 12 Eva Jana, Senin (25/9).
Menurut Eva, penutupan gang yang hanya bisa dilalui sepeda motor ini dilakukan oleh orang yang mengaku ahli waris almarhum Mr Gele Harun. Padahal, kata dia, sejak 1960, tanah tersebut sudah dibeli warga dan dibuktikan dengan sertifikat.
Setelah tanah tersebut dimiliki warga, almarhum Gele Harun mewakafkan sebagain tanahnya untuk jalan. "Jadi dulunya itu sekitar 1960-an memang Mr Gele Harun yang mempunyai tanah di sini, termasuk tanah yang kami tempati ini. Tapi orangtua kami membeli tanah itu kepada almarhum, kemudian gang itu (diwakafkan) diperuntukan bagi warga," jelasnya.
Eva mengatakan, penutupan jalan ini sebenarnya bukan yang pertama terjadi. Pada Juli lalu, pihak keluarga Mr Gele Harun juga sudah menutup gang pakai panel beton. Selanjutnya pada 20 September lalu warga merobohkan beton itu.
"Mungkin karena tidak terima, pihak keluarga almarhum melaporkan warga ke Polresta Bandar Lampung. Akibatnya ada tujuh warga saya yang dipanggil dan diperiksa polisi," ujarnya.
Kemudian, lanjut Eva, pada Jumat (22/9) pihak keluarga Mr Gele Harun kembali menutup Gang Melati memakai panel beton setinggi tiga meter. "Kalau tadinya kami ingin ke Jalan Raden Intan atau sebaliknya bisa menggunakan motor tapi sekarang ini kami tidak bisa lagi dan harus memutar ke Jalan Sriwijaya," keluhnya.