wisata Lampung
Indahnya Pulau Mundu di Pesisir Timur Lampung
Provinsi Lampung memiliki ratusan pulau tersebar di tiap lautan yang mengelilinginya mulai dari Pesisir Timur Lampung, Selat Sunda, Pesisir
Penulis: Teguh Prasetyo | Editor: Gustina Asmara
Laporan Wartawan Tribun Lampung Teguh Prasetyo
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Provinsi Lampung memiliki ratusan pulau tersebar di tiap lautan yang mengelilinginya mulai dari Pesisir Timur Lampung, Selat Sunda, Pesisir Lampung Selatan, Teluk Lampung, Teluk Semaka, hingga Pesisir Barat Lampung. Ratusan pulau itu ada yang sangat dikenal namanya hingga dan masih asing terdengar.
Satu pulau masih asing namanya adalah Pulau Mundu terletak di Pesisir Timur Lampung. Tepatnya berada di daerah Way Sidomukti, Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan. Tribun Lampung bersama teman-teman dari Lemes Traveler beberapa waktu lalu mencoba mengeksplore pulau ini.
Sejatinya, kami belum memiliki gambaran lengkap terhadap pulau itu. Sebelum berangkat, Toyes, seorang teman berdomisili di Sidomulyo mencoba menggali informasi akses menuju Pulau Mundu.
Setelah mendapat perahu bisa disewa dan sepakat biaya yang dikenakan, kamipun berangkat menuju Pulau Mundu.
Rute menuju pulau tersebut dari Bandar Lampung arahkan kendaraan menuju Simpang Gayam, Lampung Selatan. Lalu, belok ke kiri menuju Jalan Lintas Pantai Timur (Jalinpantim). Sampai di Pasar Sri Pendowo, belok kiri dan ikuti jalan aspal hingga bertemu Jalinpantim.
Kemudian, kendaraan belok kiri dan sebelum bertemu SDN 1 Taman Sari, kendaraan belok kanan menuju Kampung Bali. Lalu ikuti jalan onderlagh hingga ujung Desa Sumber Nadi dan dilanjutkan jalan setapak tanah di tengah perkebunan jagung sampai bertemu muara sungai.
Barulah dari situ dilanjutkan naik perahu sekitar 20-30 menit, tergantung cuaca dan ombak. Opsi lain akses ke sana menyewa kapal di Pelabuhan Muara Tembulih.
Kami yang terbiasa travelling ke pulau-pulau di Teluk Lampung, menemukan suasana berbeda saat melakukan perjalanan ke Pulau Mundu. Sebab, pasir pantai di pesisir Ketapang umumnya berwarna gelap. Bahkan sebagian ditumbuhi tanaman mangrove. Itu karena daerah itu termasuk kawasan konservasi mangrove.
Tak hanya itu, air laut yang biasanya berwana biru, di depan mata kami warnanya lebih kecokelatan.
Bahkan seorang teman, Jemmy dari Tulang Bawang Barat mengatakan, airnya sangat pekat.
"Mungkin karena berada di daerah muara dan tanah di pinggir rawa-rawa yang ditumbuhi mangrove, akhirnya airnya tidak biru. Malah seperti air susu cokelat," katanya.
Namun, warna air laut itu berubah saat tiba di pertengahan perjalanan.Warnanya menjadi bening dan berubah jadi biru tosca, saat kami tiba di Pulau Mungdu. Bahkan, terlihat dasar laut di dekat bibir pantai masih ditumbuhi terumbu karang lumayan apik.
Kapal kami pun sandar di pantai yang pasir pantainya dipenuhi kepingan-kepingan batu karang. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju bagian tengah pulau. Di sini banyak ditumbuhi berbagai tanaman, mulai dari kepala, jagung, dan lainnya.
Terlihat ada beberapa bangunan rumah panggung kayu tempat beristirahat tak berpenghuni. Pasalnya, pulau ini tak ada penghuninya dan biasanya hanya dikunjungi peladang dan nelayan serta masyarakat yang memancing ikan saja.
Tak lama, kami menemukan satu mercusuar yang memang menjadi salah satu tujuan kami ke Pulau Mundu. Mencari pintu masuk, kami harus menerabas ilalang tinggi. Setelah itu, kami pun bergantian meniti tangga besi untuk sampai di atas mercusuar.
Subhanallah, begitu sampai di atas mercusuar, terlihat keindahan yang sesungguhnya. Hamparan lautan dengan Puncak Gunung Rajabasa yang terlihat di kejauhan.