Masyarakat Zaman Now ke Mal Tidak untuk Belanja, Tapi Ini yang Dilakukan
Perubahan Gaya Hidup Masyarakat Pengaruhi Usaha Ritel Indonesia, walaupun tidak siginifikan
Baca: (VIDEO) Doyan Olahan Sosis? Di Tempat Ini Ada Sosis Jumbo Lho
Faktor lain disebabkan kecenderungan masyarakat untuk menabung akhir-akhir ini.
Namun, bukan untuk persiapan masa depan, tabungan tersebut biasanya juga akan digunakan untuk leisure.
Setidaknya, hal ini juga dapat dilihat pada saat adanya kegiatan travel fair beberapa waktu terakhir.
Masyarakat berbondong-bondong pergi ke sana dan memborong tiket perjalanan dan hotel.
"Jadi pola untuk belanja dengan keluarga, ayah, ibu, anak dengan troli, itu sudah enggak zaman lagi sekarang. Masih ada, tetapi tidak sesignifikan seperti lalu. Itu yang membuat turunnya ritel di era modern," katanya.
Masyarakat kelas menengah ke bawah
Kembali setelah Jokowi-JK dilantik. Jika melihat kondisi saat ini, kondisi perekonomian Indonesia dinilai cukup baik secara makro.
Hal itu, kata Roy, terlihat dari inflasi yang berada di kisaran 4 persen plus-minus 1 persen, defisit transaksi berjalan 2,8 persen, dan kondisi non-performing loan yang secara umum berada di kisaran 3,8 persen.
Selain itu, data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) juga mencatat, pertumbuhan investasi Kuartal III-2017 naik 13,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Dashboard kita bagus. Tapi, kenapa hilirnya jelek? Kenapa sektor hulu, kemudian mengalir ke hilir enggak perform?" keluhnya.
Baca: Waduh, Mantan Bintang Porno Ini Kampanye Capres Hanya Pakai CD dan Bra Doang
Lambannya pencairan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan saat itu dinilai menjadi akar persoalannya.
APBN-P yang baru cair pada Juli membuat situasi ritel kacau. Hal tersebut rupanya terus berdampak hingga saat ini.
Kondisi tersebut, menurut dia, juga diperkuat dengan lemahnya serapan Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Desa yang dialokasikan pemerintah pusat kepada daerah.