Dikenal dengan Diskon Besar-besaran, Black Friday Ternyata Pernah Diboikot karena Alasan Ini

Di Black Friday, pembeli dapat memperoleh barang-barang dengan harga yang sangat miring

Penulis: Efrem Limsan Siregar | Editor: Efrem Limsan Siregar
businessleader.co.uk
Black Friday 

Cerita ini berhasil membuat beberapa orang menyerukan pemboikotan pada sejumlah ritel.

Namun nyatanya, kebenaran versi ini tidak mempunyai dasar.

Muasal Black Friday juga merujuk pada kekacauan di Philadelphia di tahun 1950an.

Baca: Beredar Percakapan WA Mulan Jameela dengan Sahabat Beber Alasan Ahmad Dhani Tinggalkan Maia

Polisi di kota Philadelphia menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan kekacauan yang terjadi sehari setelah Thanksgiving.

Gerombolan pembeli dan turis pinggiran kota membanjiri kota sebelum pertandingan sepak bola diadakan pada saat itu.

Hari Sabtu setiap tahunnya, polisi di Philadelphia tidak bisa mendapat cuti.

Mereka juga harus bekerja ekstra lama untuk berurusan dengan kerumunan dan lalu lintas.

Pada tahun 1961, Black Friday coba diganti menjadi Big Friday mengignat konotasinya yang negatif. Namun, usaha penggantian nama ini gagal.

Satu waktu di akhir tahun 1980an, pedagang eceran menemukan cara mengubah Black Friday menjadi sesuatu yang mencerminkan hal positif, bukan negatif.

Baca: Piyama buat Hangout Jadi Tren Milenial Lampung

Black Friday pun perlahan menyebar ke luar Amerika.

Dilansir dari Tribunnews.com, Jumat (24/11/2017) Black Friday menjadi pembicaraan banyak orang di Jepang dan toko-toko terutama mal.

Instagram Bahasa Jepang yang viral juga tampak mempromosikan Black Friday.

Hal ini yang menarik semakin banyak orang mengunjungi berbagai mal di Jepang.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved