Dicap sebagai Kutukan, Hidung Bocah 15 Bulan Tumbuh Layaknya Batang Seukuran Bola Tenis

Karena kondisi hidungnya, Asiya dijuluki 'bayi cacat' oleh neneknya. Ia tidak dapat makan dengan benar, tidur, dan terus menangis tanpa henti.

Penulis: Salma Fenty Irlanda | Editor: Salma Fenty Irlanda
Daily Mail/ Caters News Agency
Asiya Manghrio divonis menderita encephalocele frontonasal, yakni suatu penyakit yang menyebabkan jaringan otak berkembang melalui cacat tengkorak. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID --Orangtua Asiya Manghrio hanya bisa bersedih melihat kondisi anak balitanya.

Anak perempuan berusia 15 bulan tersebut dicap sebagai kutukan oleh anggota keluarga yang kejam karena hidungnya tumbuh layaknya sebuah batang seukuran bola tenis.

Menurut laporan media lokal, balita asal Sanghar, provinsi Sinndh, Pakistan tersebut divonis menderita encephalocele frontonasal, yakni suatu penyakit yang menyebabkan jaringan otak berkembang melalui cacat tengkorak.

Baca: Kisah Pemuda yang Divonis Stroke di Usia 21 Tahun, Sempat Tak bisa Apa-apa Kini Menginspirasi

Karena kondisi hidungnya, Asiya dijuluki 'bayi cacat' oleh neneknya.

Ia tidak dapat makan dengan benar, dan berjuang untuk tidur, sembari menangis tanpa henti.

Orangtuanya yang patah hati percaya dia akan meninggal jika tidak segera dioperasi.

Namun, dokter yang sibuk terus menunda operasinya selama dua bulan.

Kedua orangtua Asiya membawa putri mereka ke Pusat Pengobatan Pasca Sarjana Jinnah di Karachi di mana beberapa dokter memeriksa kasusnya.

Ibunya Fatan Achar harus menjual satu-satunya gelang emas miliknya untuk memperoleh uang yang kemudian digunakannya untuk menempuh perjalanan sejauh 160 mil menggunakan bus lokal.

Baca: Awas Barang Palsu! Sedang Asik Mendengarkan Musik, MP3 Anak Ini Meledak di Wajahnya

Ia menggunakan uang tersebut untuk biaya transportasi menuju rumah sakit dan membayar tagihan dokter.

Tapi sayangnya, karena banyaknya kasus yang mengantre untuk ditangani, dokter tak bisa langsung menindak Asiya.

Sebagai gantinya, mereka meminta Fatan dan suaminya, Achar menunggu setidaknya dua bulan untuk tindakan operasi.

Achar dan Fatan khawatir, sang anak akan kehilangan nyawanya jika operasi tak segera dilakukan.

"Kami menemupuh perjalanan sejauh 160 mil dari kampung halaman di Karachi menggunakan bus untuk menunjukkan kondisi Asiya ke beberapa dokter yang mengatakan hanya operasi yang mempu menyembuhkan anak kami," terang Achar seperti dikutip dari Daily Mail, Rabu (27/12/2017).

Achar mengatakan, dokter menyatakan jika tidak ada cara lain selain operasiuntuk mengangkat tumor di wajah Asiya.

"Tapi, mereka tidak memberi kami tanggal yang pasti untuk melakukan tindakan operasi tersebut dan menyuruh kami menunggu selama dua bulan. Mereka mengklaim sudah terlalu banyak kasus di rumah sakit yang menunggu pembedahan," keluh pria yang sehari-hari bekerja sebagai petani itu.

Mereka merasa sedih jika harus kembali ke rumahnya di Sanghar dan kembali lagi beberapa bulan untuk operasi Asiya.

"Kami tidak mampu menanggung biaya perjalanan lagi dan harus meminjam uang dari saudara," imbuhnya.

Ahli bedah saraf Dr Lal Rehman, dokter yang menangani kasus Asiya mengatakan, kondisi yang dialami oleh Asiya ini merupakan cacat bawaan.

Baca: Peringati 13 Tahun Tsunami Aceh, Pria Ini Bagikan Kisah Kehilangan Keluarganya di Instagram

"Saat ini kondisinya tidak menyebabkan dia kesulitan bernapas, tapi tumornya bisa menimbulkan masalah serius dan akan tumbuh lebih besar lagi jika tidak diobati," terang Rehman.

Ia menambahkan pula bahwa bedah adalah satu-satunya perawatan untuk kondisi ini.

Baik Fatan dan Achar berharap bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk menjalani operasi guna menyingkirkan tumor dari wajah anak perempuan mereka.

"Kami tidak bisa pergi ke rumah sakit swasta karena tak memiliki biaya. Namun, kami juga tidak tega melihat dia kesakitan. Yang kami inginkan agar putri kami menjalani hidup sehat layaknya anak-anak lain dan memiliki masa depan yang cerah," harap Fatan. (TRIBUNNEWS.COM/Salma Fenty Irlanda)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved