Mengerikan, Wanita Cantik Ngamuk dan Tikam Kekasihnya Puluhan Kali
Sebuah kisah asmara antara pasangan pria dan wanita justru harus berubah menjadi teror penuh kucuran darah.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Sebuah kisah asmara antara pasangan pria dan wanita justru harus berubah menjadi teror penuh kucuran darah.
Seorang wanita tiba-tiba mengamuk dan nekat menusuk sang kekasih hingga dia nyaris tewas.
Seorang wanita Harriet Sharp (25) nekat mengambil sebuah pisau dapur dan menusukkannya sebanyak 28 kali ke tubuh sang tunangan yang bernama Martyn Brown.
Malang, pisau yang ditusukkan justru menembus paru-parunya dan membuat Martyn nyaris kehilangan nyawanya.
Malangnya, sang kekasih adalah sosok wanita yang justru akan menjadi istrinya.
Di awal bulan Mei 2017, Harriet dinyatakan bersalah atas tiga tuntutan penganiayaan.
Atas perbuatannya, ia dijatuhi hukuman penjara selama total 11 tahun.
Martyn, yang berusia 29 tahun, berangsur-angsur berhasil sembuh dari luka fisik yang dideritanya akibat perbuatan sang tunangan.
(Martyn Brown memutuskan tinggal bersama kekasihnya, Harriet Sharp, sebelum akhirnya bertunangan setelah sempat mengalami permasalahan selama menjalin cinta / Foto : Sunday People)
Namun luka hati yang dia dapati mungkin tak akan pernah hilang.
Martyn bahkan pernah nekat berusaha untuk bunuh diri saat dirinya dirawat di rumah sakit untuk menyembuhkan trauma yang diidapnya.
Meski begitu, perlahan tapi pasti Martyn berusaha untuk menata ulang hidupnya.
Kepada Sunday People, Martyn memberanikan diri untuk menceritakan pengalaman mengerikan tersebut, sembari berharap agar semua orang yang mengalami hal serupa seperti dirinya tidak takut dan berani untuk berbicara.
Pria tampan yang pernah bekerja di sebuah bar ini mengatakan :
"Sekarang aku tak lagi takut untuk berbicara.”
“Saat kau tahu nyawamu tinggal beberapa jam lagi, kau mungkin tak peduli lagi dengan apa yang akan kau katakan.”
“Siapapun yang pernah melewati hal yang sama sepertiku harus tahu kalau ada organisasi di luar sana yang siap membantu anda.”
“Berbicaralah dengan teman atau keluarga anda kalau sedang ada masalah.”
“Jangan hanya menyimpannya seorang diri dan mau menjadi korban, sama seperti aku," ujarnya.
Martyn dan Sharp awalnya mulai menjalin hubungan di musim gugur 2016, setelah seorang teman mempertemukan mereka.
Keduanya bahkan pernah satu sekolah, dimana Martyn masih ingat betul kalau Sharp adalah sosok wanita yang sangat pendiam namun bersahabat saat masa sekolah dulu.
Martyn mengira Sharp adalah wanita yang sangat cantik, pemalu namun juga sosok yang ceria.
Keduanya pun menikmati hubungan asmara mereka dengan sangat baik.
Bahkan mereka sering berjalan berdua ke beberapa tempat seperti Musium Madame Tussauds di Blackpool, atau menghabiskan malam di Kota Leeds.
(Tepat beberapa bulan setelah tinggal bersama, Harriet meminta Martyn untuk menikahinya / Foto : Sunday People)
Martyn mengatakan :
"Selama lima bulan di awal hubungan kami, semuanya berjalan baik-baik saja dan aku merasa bahagia bisa tinggal bersama dengannya."
Beberapa bulan kemudian, Sharp pun memberanikan diri melamar Martyn di sebuah pub dengan membawa sebuah permen berbentuk berlian.
Martyn mengatakan :
"Aku kira Sharp bercanda, tapi Sharp mengatakan kalau dia sangat serius.”
“Sharp melakukan itu di depan banyak orang.”
“Aku memang merasa malu tapi aku menerima permintaannya tersebut.”
“Aku sangat jatuh cinta dengannya."
Martyn, yang bekerja sebagai buruh, serta Sharp, yang sempat menganggur selama setahun setelah berhenti dari pekerjaan lamanya dari Pantai Blacpool Pleasure, merasa sangat bahagia dengan rencana mereka untuk menikah.
Keduanya ingin tinggal di apartemen dekat Kota Thornton.
Tepat pada 22 Oktober 2017, keduanya sepakat menjadikan tanggal tersebut sebagai hari pernikahan mereka.
Akan tetapi, Martyn tak pernah menduga jika perlahan sosok Sharp pun berubah sifatnya.
Pada suatu malam, tepatnya pada Oktober 2016, Sharp pulang setelah minum-minum di suatu tempat.
Sharp pulang dalam kondisi mabuk berat dan penuh emosi.
Martyn menjelaskan :
"Aku sempat memintanya untuk tenang dulu.”
“Tapi dia langsung ke dapur, mengambil pisau dan langsung menyayat leherku.”
“Aku benar-benar shock dan bertanya kenapa dia sampai melakukan itu."
Keesokan harinya, Sharp sempat meminta maaf dan memeluk pria ini.
Martyn pun memutuskan untuk tak memeriksakan luka di lehernya ke dokter.
Martyn merasa sangat kaget mengetahui perilaku Sharp, namun pada akhirya ia mengira kalau mungkin sifat itu cuma satu malam saja dan muncul saat dia mabuk dan tak bisa mengendalikan diri.
Namun Martyn tak pernah menduga, Sharp yang sering minum-minuman beralkohol perlahan sering menyakiti dan menyerang dirinya.
(Keduanya tinggal bersama dan memutuskan untuk menikah / Foto : Sunday People)
"Sharp sering menamparku saat mabuk, dia juga suka mencakar tanganku dan menyayat kakiku dengan pisau."
Tak hanya itu, hal kecil saja bisa membuat sang kekasih menjadi brutal dan terpancing emosinya, seperti saat ribut dengan sang ibu.
Sharp sering menarik rambut Martyn dan berusaha mencekiknya.
Martyn merasa terjebak namun ia tak pernah bisa melawan.
Martyn mengatakan :
"Aku sering merasa kalau aku seharusnya tak mengalami hal ini.”
“Aku merasa tak ada yang bisa membantuku diluar sana.”
“Anda mungkin sering mendengar kalau hal seperti ini korbannya wanita, bukan pria.”
“Aku malu mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.”
“Aku pernah berkata dengan teman kalau aku terpeleset dan jatuh hingga akhirnya terkena luka lecet."
Serangan demi serangan dari Sharp semakin menjadi-jadi tatkala Sharp nekat mengirim pesan kepada semua teman Martyn.
Berpura-pura menjadi Martyn, Sharp mengatakan lewat SMS kalau ia tak mau lagi bertemu dengan teman-temannya.
Saat Martyn pernah keluar bersama ayahnya, Sharp menelpon dan mengaku kalau dia sempat pingsan, tapi saat Martyn Pulang, Martyn melihat kalau Sharp justru baik-baik saja.
"Saat mabuk aku sering dihinanya bahkan dia sampai bilang mau selingkuh.”
“Tapi saat tak mabuk dia bilang mencintaiku dan akan selalu memelukku," ujar Martyn.
Pada Desember 2016, Sharp yang saat ribut dengan sang ibu kembali menyerang Martyn menggunakan pisau.
Martyn mengatakan :
"Sharp tega menyayat kulit tangan kiriku.”
“Aku merasa sakit dan pusing. Aku langsung ke dapur hingga akhirnya pingsan di lantai.”
“Aku berusaha merangkak ke arahnya yang sedang menonton TV tapi aku tak dihiraukan.”
“Sharp malah mengatakan kalau aku mengalami masalah saat sedang memotong makanan."
(Lama kelamaan, Harriet berubah sifatnya dan sering menyerang tunangannya, Martyn / Foto : Sunday People)
Tim medis yang memeriksa Martyn memang curiga dengan lukanya tapi Martyn berusaha meyakinkan mereka kalau tak ada apa-apa hingga akhirnya menolak dibawa ke rumah sakit.
Keputusan itu nyaris membuatnya kehilangan nyawanya pada 11 Januari 2017.
Kepada awak media, Martyn kembali menjelaskan :
“Aku pernah membawa Harriet untuk makan bersama di sebuah pub.”
“Semua berjalan baik-baik saja dan kami pulang pada pukul 4.30.”
“Disana kami memang minum-minum hingga akhirnya terlibat perang mulut pada pukul 8 malam di rumah.”
“Dia mendekatiku dengan tatapan marah sambil menggenggam pisau yang akhirnya diayunkannya kearahku.”
“Aku berusaha melindungi diri tapi akhirnya Sharp menusuk ke arah paru-paru kiriku.”
“Sharp kemudian menusukkan pisaunya ke sekujur tubuhku hingga aku mengalami luka tusuk sebanyak 28 lubang.”
“Darah mengucur deras dari tubuhku selama 15 menit, sebelum akhirnya ia berhenti menyerangku.” ujarnya
Parahnya, Sharp menelepon pihak medis hanya untuk dirinya sendiri sambil mengaku kalau ia mengalami sakit perut.
Sharp sampai menyembunyikan pisau dapur yang ia pakai agar bisa lolos dari jeratan hukum.
Tidak sampai disitu saja, Sharp memaksa Martyn untuk diam sambil mencegah agar tim medis tak masuk ke apartemen mereka.
Beruntung, pihak kepolisian akhirnya dipanggil untuk membantu menangani kejadian tersebut.
Martyn mengatakan :
“Aku kira aku akan mati karena ada yang bilang bisa saja aku kehilangan nyawaku beberapa jam lagi.”
“Paru-paruku penuh dengan darah.”
Luka parah yang dideritanya membuat Martyn langsung dilarikan ke Preston Royal Hospital.
Setelah koma tiga hari, Martyn akhirnya tersadar dan menceritakan semuanya kepada polisi, seperti dilansir dari Mirror.
(Dokter mengatakan kalau bisa saja nyawa Martyn melayang satu jam setelah diserang tunangannya / Foto : Sunday People)
“Aku masih takut Harriet akan menyerangku lagi, tapi polisi bilang kalau dia sudah ditahan dan tak akan bisa mengejarku lagi.”
“Kakakku Andrew sempat menjengukku.”
“Matanya berkaca-kaca dan bertanya apa yang sudah menimpaku.”
“Ayahku bahkan merasa sedih karena aku tak pernah cerita, itu karena aku malu dan sangat takut," ujarnya,” ujar Martyn pilu.
Martyn akhirnya diizinkan pulang pada Januari 2017 setelah 11 hari dirawat.
Namun pada Maret 2017, kondisi mentalnya benar-benar hancur hingga membuatnya nekat berusaha untuk bunuh diri.
“Aku merasa tak pantas lagi hidup di dunia ini.”
“Aku sempat diperiksa lagi dan rasanya sungguh sulit.”
“Aku benci diriku karena luka-luka yang ada di tubuhku," ujarnya sedih.
Akibat tragedi mengerikan tersebut, Martyn kembali dirawat di Blackpool Harbour Hospital selama 11 minggu.
Martyn berharap bisa segera dipindahkan ke tempat lain yang membantu menangani pasien yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
Ia diketahui mengalami serangan panik, PTSD, dan halusinasi sejak menjadi korban keganasan Sharp.
(Martyn sering merasa malu dan takut menceritakan hal tersebut / Foto : Sunday People)
Kini, Martyn menerima bantuan dari seorang advokat yang bersedia membantu menyelesaikan masalahnya.
Luka fisik yang didapatinya pun membekas, termasuk kerusakan syaraf di tangan kirinya.
Meski begitu, Martyn optimis untuk tetap berjuang.
Martyn mengatakan :
“Aku berharap suatu hari aku bisa pergi ke negara lain dan menemukan cinta sejati.”
“Aku mau kembali bekerja.”
“Aku melihat masa depanku masih cerah.”
“Aku ingin terus menatap kedepan, aku tak mau kalah."
Mendakwa Sharp dengan hukuman 11 tahun penjara, hakim dari Pengadilan Preston, Robert Altham, menyebut kalau Sharp adalah wanita yang sangat berbahaya.
“Senang mendengar putusan hukumannya, rasanya pantas.”
“Aku tak pernah tahu kenapa dia sampai melakukan itu.”
“Aku melihatnya di persidangan dan wajahnya tampak tak menunjukkan raut apapun.”
“Dia memalingkan wajahnya seolah tak peduli.”
“Dia juga terliha tak menyesali perbuatannya.”
“Aku sangat membencinya dan aku rasa dia pantas mendapat hukuman tersebut," ujar Martyn mengakhiri ceritanya.
(Martyn ditusuk 28 kali sampai menembus paru-paru / Foto : Sunday People)