Ditinggal sang Idola Pacaran, Penggemar Ini Depresi, Nekat Kirim Bom ke Rumahnya Kemudian Bunuh Diri
Saat mengetahui sang idola, Björk, berpacaran dengan rekan kerjanya, Ricardo merasa dikhianati dan menjadi depresi.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti | Editor: Pravitri Retno Widyastuti
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID -- Memiliki idola dan memutuskan untuk menjadi penggemar adalah sebuah hal yang wajar.
Selama itu berdampak positif, tidak ada salahnya menjadikan seseorang idola kalian.
Sayangnya, beberapa penggemar menjadi fanatik dan terobsesi pada idolanya sehingga melakukan hal-hal di luar nalar.
Bagi para penggemar K-Pop pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah sasaeng.
Sasaeng adalah penggemar yang terobsesi dengan idolanya hingga rela melakukan apa saja.
Baca: Yon Koeswoyo Meninggal Dunia, Berikut 7 Fakta Kisah Hidupnya Bersama Koes Plus, Pernah Dipenjara
Termasuk menguntit atau bahkan membahayakan nyawa idolanya.
Kejadian seperti itu pernah menimpa seorang penyanyi wanita asal Islandia, Björk.
Björk memiliki seorang penggemar fanatik bernama Ricardo López, pria asal Hollywood, Florida, Amerika Serikat.
Dirangkum dari berbagai sumber, Sabtu (6/1/2018), Ricardo adalah seorang petugas pembasmi serangga.
Ia menjadi penggemar Björk sejak 1993 dan setelah menjadi sangat terobsesi dengan sang idola.
Pada 1996 Björk dikabarkan menjalin hubungan dengan rekan kerjanya yang juga musisi bernama Goldie.
Hubungan Björk dan Goldie ini pertama kali diketahui Ricardo lewat sebuah artikel milik Entertainment Weekly.
Dalam artikel tersebut disebutkan Björk dan Goldie menjalin hubungan yang romantis.
Ricardo merasa kecewa dan marah karena Björk telah memiliki kekasih.
Ia mengungkapkan kemarahan dan kekecewannya lewat video harian.
Baca: Baru Sehari Dapat Rekomendasi PDIP, Pasangan Herman HN Mengundurkan Diri?
Bahkan Ricardo mengungkapkan keinginan untuk membunuh Goldie dalam videonya karena telah 'merebut' Björk.
"Aku akan membunuhnya. Aku akan mengirim paket dan mengirimnya ke neraka," ujar Ricardo dalam videonya.
Menjadi depresi dan gila, Ricardo menyusun rencana kejam untuk idolanya.
Ia mulai membuat bom surat dengan asam sulfat dan diletakkan di sebuah buku tebal yang telah dilubangi.
Bom itu akan dikirim ke rumah Björk, seolah-olah berasal dari label rekamannya.
Perangkat tersebut dirancang untuk meledak saat buku dibuka.
Bagian terakhir dari rencana Ricardo adalah ia akan bunuh diri setelah bom tersebut dikirim.
Ricardo berharap, jika bom tersebut berhasil membunuh Björk, mereka berdua akan bertemu di surga.
Pada 12 September 1996, Ricardo merekam video harian terakhirnya yang diberi judul "Last Day-Ricardo López".
Ricardo mengaku gugup saat pergi ke kantor pos untuk mengirim bom ke rumah Björk.
Baca: Gara-gara Tidak Bertanya, Istri Herman HN Dicari Megawati
Alunan lagu Björk terdengar dalam video tersebut.
Ricardo terlihat telanjang dan mencukur rambut di kepalanya hingga habis.
Wajahnya kemudian dilukis menggunakan cat berwarna merah dan hijau.
Ia juga mewarnai bibirnya menggunakan cat hitam.
"Aku sedikit gugup sekarang. Aku tidak mabuk, aku tidak depresi. Aku tahu persis apa yang aku lakukan saat ini," tutur Ricardo.
Tak lama kemudian Ricardo berteriak dan menembak dirinya sendiri di bagian mulut menggunakan pistol.
Mayat Ricardo ditemukan pada 16 September 1996 ketika warga sekitar apartemennya mencium bau busuk dan darah.
Kepolisin Hollywood pun mengevakuasi mayat Ricardo dan melakukan penyelidikan.
Saat melihat rekaman Ricardo mengenai bom yang dikirim untuk Björk, polisi menghubungi Scotland Yard untuk memberikan peringatan.
Beruntung paket tersebut belum dikirim dan bom berhasil diamankan.
Baca: Peta Berubah, Ridho Gandeng Helmi atau Sujadi?
Björk yang mengetahui kematian Ricardo mengaku sangat stress.
"Ini sungguh hal yang mengerikan. Sangat menyedihkan ia menembak dirinya sendiri," ucap Björk.
"Aku membuat musik untuk penggemarku, tapi mereka tidak seharusnya terlibat dengan kehidupan pribadiku," tambahnya.
Ricardo yang kemudian dikenal dengan nama Björk Stalker, kisah hidupnya diangkat dalam sebuah film dokumenter berjudul The Video Diary of Ricardo López.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)