Teater Satu Lampung: Berjuang, Bertahan dan Go Internasional

Teater Satu Lampung di Jalan Imam Bonjol Gang Waluh 7 Nomor 45 menjadi salah satu teater yang konsisten dalam bidangnya.

Penulis: andreas heru jatmiko | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung/Andreas
Teater Satu Lampung 

Laporan Reporter Tribun Lampung Andreas Heru Jatmiko

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Teater Satu Lampung di Jalan Imam Bonjol Gang Waluh 7 Nomor 45 menjadi salah satu teater yang konsisten dalam bidangnya. 

Terlihat salah beberapa anak muda berlatih ditempat tersebut. Di lokasi ada satu tempat yang memang sengaja digunakan khusus latihan.

Baca: Ulah Siapa Ini? Ada Coretan di Tiang Penyangga Flyover MBK

Dengan properti seadanya mereka mulai latihan. Diawali dengan pemanasan,  selanjutnya olah vokal dan geraj tubuh hingga mulai mendalami karakter tokoh.

Baca: Motor yang Dicuri Sudah Kembali, Udin Dapat Wejangan Ini dari Kapolresta

Teater Satu Lampung paling tidak memunculkan beberapa aktor seperti Ruth Marini yang bermain dalam film Wiro Sableng dan sekarang berdomisili di Jakarta.

Ia sudah banyak berkiprah di Teater Satu Lampung dan juga berkeliling Indonesia dengan banyak lakon diperankan.

Ada juga Sugianto yang menjadi tokoh di FTV di salah satu stasiun televisi di tanah air. Anak didik lain,  Yelli Sintha Laras Utami dari 2016 sampai 2018, dikontrak Tadashi Suzuki untuk bermain di Jepang, selain itu juga, Desi Susanti terpilih menjadi aktor asia, dan berada di Tokyo, Jepang.

Founder Teater Satu Lampung, Iswadi Pratama mengatakan, Teater Satu Lampung selain tampil di Indonesia pernah juga tampil di luar negeri,  seperti  Malaysia, India,  Australia, Jerman dan Jepang.

"Jadi selain Indonesia kami sempat tampil di beberapa negara. Yang terakhir di Australia,  2017 road show di  Melborn,  Sedney,  Canbera,  Darwin, selama dua bulan,  tampil hingga 38 kali. Itu juga yang biayai orang lain bukan dari Indonesia sendiri.  Kami selama ini juga mandiri.

Untuk aktor kami yang go nasional ada Ruth Marini main di film Wiro Sableng dan Sugianto main FTV di salah satu stasiun televisi swasta, " kata Iswadi.

Iswandi mengatakan selama di Australia hanya membawa enam orang,  satu sutradara dan lima aktor,  judul teater yang dimainkan" The Age of Bones".

Dan pihaknya ke Australia memang mengikuti festival lalu selanjutnya road show yang memang diminta oleh pihak atau promotor.

"Enam orang dari sini,  saya Sutradara dan lima orang termasuk Imas Sobariah jadi aktor.  Imas sendiri menjadi dua tokoh,  sebagi Ibu dan penyelam. Aktor lain ada  Deri Efwanto,  Budi Laksana,  Gandi Maulana,  Imam. 

Kami awalnya memang ikut festival dan program esiatofa yang dilaksanakan oleh bahasa sini simpelnya dinas yang berwenang atau promotor lah begtu kira-kira, baru kita road show," ungkap Iswadi.

Iswadi mengatakan selama di sana mereka tinggal rumah seni.  Dan gedung untuk mereka tampil berbeda disetiap kotanya seperti di Gedung Lamama Teater (Melbourne), Sedney Paramtha Riversaid,  Teater Australia Yout Peopel,  Brown Mart Teater.

"Semua sangat berkesan tidak ada yang berkesan. Selian penonton juga orang sana,  dialog teater yang kami pakai kolaborasi ada Inggris nya dan ada Indonesia nya. Setelah itu kami adakan dialog atau diskusi, dan disanalah kami dapat eksplor. Jadi semua berkesan sekali," ucapnya.

Disinggung mengenai kostum,  Imas Sobariah (47) mengatakan bahwa semua kami bawa dari Indonesia. Kecuali memang ada beberapa yang  bisa dicari di tempat tersebut, bari pihaknya akan mencari.

"Saya yang siapkan kostum dan memang buat sendiri,  semua bawa dari sini kalau kostum. Tapi untuk properti atau perlengkapan lain bisa dicari di sana," ujar Imas.

Untuk sejarahnya, Imas Sobariah  mengatakan bahwa awalnya terbentuknya Teater Satu Lampung perpaduan antara dua pemikiran dari dua orang yang tadinya memang punya basic yang berbeda.

"Jadi dulu,  saya punya grup namanya Mitra Teater dan Iswadi Pratama punya grup sendiri namanya Forum Semesta. Jadi memang awalnya sendiri - sendiri,  jalan masing-masing aja. Tapi karena kadang sering koordinasi akhirnya memutuskan untuk berkolaborasi," kata Imas.

Ia mengatakan Teater Satu Lampung akhirnya berdiri pada tahun 1996. 

"Awalnya hanya saya berdua dan akhirnya anak didik saya di Mitra Teater ikut saya. Jadi waktu itu ada festival monolog dan dia ikut,  juara satu pula. Akhirnya memutuskan namanya Teater Satu Lampung,  itu pertamanya. Jadi foundernya saya dan Iswadi bersama satu anggota saya, " ujar Imas.

Masih kata dia, jadi setelah juara festival tersebut akhirnya terekspos oleh media. Lambat laun banyak anggota yang ingin bergabung dengan Teater Satu Lampung,  mulai dari lima orang dan selanjutnya.

" Jadi setelah menang kan terekspos juga,  banyak yang mau gabung. Tapi tetap saya seleksi juga, jadi tambah lima anggota dan maksimal sekitar lima belas anggota. Jika lebih itu hanya jika ada pentas besar dan tetap saja dengan seleksi, atau audisi, " ujar wanita lulusan seni teater dari Bandung itu.

Imas menceritakan  bahwa sejak mulai tahun berdiri tahun 1996, grup Teater Satu Lampung sudah berjalan dan pentas di beberapa daerah di seluruh Indonesia.

"Jadi setelah terekspos dan ternyata banyak yang menilai kami dan meminta kami untuk tampil di banyak daerah di Indonesia. Selain tampil teater juga memberikan workshop juga,  bukan hanya penampilan teater, " kata Imas.

Imas mengatakan awalnya setelah berdiri latihan di Taman Budaya hingga tahun 2010, 2011. Namun karena ada rejeki dari Tuhan,  Imas membuat lokasi untuk berlatih bahkan juga untuk berpentas teater.

" Jadi Imas ada rejeki jadi bangun lokasi untuk latihan dan pentas. Tadinya latihan dia Taman Budaya sampe tahun 2010 atau 2011 kalau gak salah. Lokasi baru ada di Kemiling, Jalan Imam Bonjol, Gang Waluh 7 Nomor 45. Kalau latihan dari jam 7 malam sampai 12 malam, Minggu libur," ujarnya.

Untuk latihan, Imas mengatakan sesi latihan mencangkup  latihan dasar,  olah tubuh, olah vocal, acting dan kadang melakukan diskusi dengan tema tertentu.  Bahkan kegiatan lain seperti bedah buku,  latihan menulis,  bedah film.

"Jadi selain latihan dasar ada juga diskusi dengan tema lain,  juga ada bedah film tapi harus yang menang oscar gak sekedar film biasa juga," katanya.

Prestasi Teater Satu Lampung antara lain Teater terbaik Indonesia versi majalah Tempo 2 kali tahun 2009 dan 2011, Naskah terbaik, grup terbaik, aktris terbaik, aktor terbaik, sutradara terbaik di Festival Teater Alternatif Gedung Kesenian Jakarta tahun 2003.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved