Paramotor Mulai Digandrungi Warga Lampung

Paramotor adalah paralayang yang mempunyai motor penggerak baling-baling tunggal yang posisinya di belakang posisi duduk pilot.

Penulis: Eka Ahmad Sholichin | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung/Eka
Paramotor 

Laporan Reporter Tribun Lampung Eka Ahmad Solichin

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Namanya hobi pastinya akan tetap digeluti walaupun terhambat berbagai persoalan misal pekerjaan, biaya mahal, dan sebagainya.

Seperti halnya yang dilakukan para penerbang paramotor yang kini mulai trend di kalangan masyarakat Lampung.

Paramotor adalah paralayang yang mempunyai motor penggerak baling-baling tunggal yang posisinya di belakang posisi duduk pilot.

Jika paralayang take-off dari atas bukit atau tempat yang lebih tinggi, meluncur mengikuti angin dan gravitasi, maka paramotor dapat take off dari tempat yang rendah dan terbang karena didorong oleh kekuatan baling-baling yang digerakkan dengan mesin.

Bambang Abiyono merupakan salah satu penerbang paramotor yang aktif di Lampung mulai dari tahun 2006, yang sebelumnya juga menggeluti hobi paralayang di tahun 1994.

"Ya dari dulu memang tertarik dengan olahraga kedirgantaraan. Bahkan, SMA dulu pernah ikut Saka Dirgantara (Pramuka Dirgantara), lalu kuliah di Jogja, ada pelatihan paralayang," kisahnya.

Menurut pria lulusan S1 UII Yogyakarta tersebut, timbul ketertarikan paramotor sebenarnya mulai tahun 1998, namun mulai aktif menggelutinya yakni di tahun 2006.

"Selesai kuliah 2001 yakni sekolah kenotariatan, saya pulang ke Lampung tapi masih fakum, di tahun 2006 mulai ada pelatihan para motor yang menjadi instruktur waktu itu, Anwar Suryo Mataram. Nah, dari situ saya mulai aktif paramotor," tuturnya.

Paramotor dipilih dengan alasan memiliki sensasi menantang dan juga tidak membutuhkan tempat tinggi seperti bermain paralayang sehingga main di lokasi seluas lapangan bola saja sudah bisa asalkan tidak ada rintangan misal gedung, pohon, dan lainnya.

"Apalagi di Lampung ini susah kalau mau cari area buat latihan paralayang. Nah, kalau untuk paramotor lebih mudah dapat lahan terbangnya dan bisa muter-muter dan landing di situ juga," ungkapnya.

Pria yang kini berprofesi sebagai notaris menyatakan, memang untuk biaya cukup lumayan dalam menjalankan hobinya tersebut kira-kira kurang lebih membutuhkan biaya sekitar Rp 100 juta untuk kelengkapan alat mulai mesin (termasuk cage dan frame), parasut, harness (tempat duduk), dan juga pelampung.

Kemudian, helm (sudah koneksi radio) khusus buat terbang, HT, sepatu tracking (yang penting mata kaki terlindungi) karena berkaitan engkel kaki, bahan bakar pertamax dengan ukuran 4 liter untuk satu jam penerbangan dan oli (dengan ukuran satu liter pertamax membutuhkan 2,5 mililiter oli).

"Kalau saya untuk alat yang ada baru punya parasut saja dengan perkiraan harga Rp 25 - Rp 40 juta. Nah, kalau mesin pakai bersama-sama dengan club kami yakni KFCL (Krakatau Flying Club Lampung)," terangnya.

Ia menyatakan dalam satu bulan bisa bermain paramotor hingga 4 kali lebih di waktu weekend yang dilaksanakan di Lapangan Reklamasi Gudang Agen, Telukbetung.

"Ya sebulan bisa sampai 4 kali bahkan lebih karena untuk dapat bermain itu pengaruh dengan cuaca dan biasanya sekali main bisa habiskan biaya Rp 100 ribu," paparnya.

Ia pun membagikan tips aman saat akan memainkan paramotor yakni dengan mengecek peralatan dan ini benar-benar sangat vital mulai dari cek mesin, cek harness, cek bahan bakar.

"Bahan bakar harus pakai pertamax agar perawatan mesin lebih tahan lama. Lalu, cek parasut apakah ada yang sobek/bolong, atau tali-tali dan kanopinya, HT wajib dibawa walaupun sudah cukup pengalaman bermain," katanya.

Lalu, kondisi fisik harus benar-benar fit, dan cek lokasi, bagaimana kecepatan angin, bentukan awan jangan sampai awan hitam rendah karena bisa ketarik saat bermain.

"Intinya kalau mau aman ikuti prosedur. Jadi kami ada istilah: take-off pilihan, landing keharusan. Jadi kita datang ke lokasi tidak harus take-off, jika cuaca tidak mendukung angin kencang jangan dipaksakan. Untuk kategori aman parameter angin adalah 0 - 15 km perjam, namun untuk yang baru pelatihan 4-8 km perjam," jelasnya.

Pria kelahiran Purwodadi tersebut mengatakan, ketinggian menerbangkan paramotor bisa mencapai maksimal 1000 meter di atas permukaan laut dan biasanya bermain antara 50 - 100 meter di atas permukaan laut.

"Tapi kita harus belajar juga ketinggian 2 meter di atas permukaan laut. Biasanya belajarnya jika sudah mahir bermain di atas karena pada saat lomba ketinggian stik yang ditendang 2 meter," ujarnya.

Ia pun menuturkan selama bermain paramotor sudah mencoba di beberapa lokasi di Indonesia seperti Anyer, Jogja, Amurang (Manado), Ambon.

"Namun yang paling berkesan di Parangtritis, Yogjakarta karena tempat pasirnya luas namun kalau view dari udara tetap bagus di Lampung," tukasnya.

Penerbang paramotor Lampung lainnya, Budi Setiawan (Dedi Acad), sudah menekuni hobi terbangnya tersebut sejak empat tahun lalu dan tertarik dengan alasan karena olahraga ini agak menantang.

"Kebetulan juga kakak ipar main paramotor dan waktu itu lihat hasil-hasil foto udaranya. Jadinya akhirnya putuskan buat cobain olahraga ini dan sampai sekarang tetap suka bermain," tuturnya.

Budi yang biasanya bermain empat kali dalam satu bulannya, mengaku untuk peralatan sudah memiliki sendiri dan harga tidak jauh-jauh diangka sekitar Rp 100 jutaan.

"Ya dalam sebulan tergantung cuaca, kalau nyantai sebulan 4 kali tapi bisa lebih. Biasanya kalau main ambil di waktu libur weekend (Sabtu-Minggu)," tutur pria yang berprofesi sebagai PNS di lingkungan Pemprov Lampung.

Ia mengaku pada prinsipnya perawatan murah pada peralatan paramotor, cuman ada beberapa part yang memang agak mahal harganya tapi masih terjangkau.

"Dan selama empat tahun ini belum ada yang ganti rutin. Asalkan campuran bahan bakar pas, dan semakin rajin dirawat maka akan terjaga baik peralatan tersebut," tuturnya.

Ia pun selalu mempersiapkan diri ketika akan bermain paramotor yakni dengan melakukan istirahat cukup dan tidak boleh begadangan.

"Pokoknya Jangan begadang, istirahat cukup dan packing dari malam sudah siapin parasut, mesin, bahan bakar dan kroscek peralatan ada yang rusak tidak. Yang paling utama jangan lupa berdoa," katanya.

Spot-spot yang sudah pernah dikunjungi saat bermain paramotor yakni Lapangan Terbang Gorda, Serang, Metro, Kalianda dan dalam waktu dekat akan berangkat ke Jogjakarta.

"Tapi lokasi latihan yang tetap menjadi favorit saya adalah Lapangan Reklamasi Gudang Agen, Telukbetung karena kita bisa kemana-mana misal Mutun, Pulau pasaran dan lainnya. Ketinggian terbang biasanya 75-100 meter, karena kalau pertama kali harus tinggi supaya kalau ada apa-apa bisa recovery," terangnya.

Sedangkan, penerbang paramotor lainnya Parnoto memiliki keunikan tersendiri bisa menggeluti hobi tersebut yakni berawal dari ketidaksengajaan kerap bantu-bantu kegiatan KFCL (Krakatau Flying Club Lampung).

"Ya mulai aktif sejak 2014. Awalnya bantu-bantu ikut bawa parasut, bawa mesin, dan akhirnya diminta para senior buat ikut latihan dan dari semenjak 2014 sampai sekarang aktif bermain," kata pria yang berprofesi wirausaha tersebut.

Bisa bermain paramotor ternyata memiliki arti tersendiri buatnya karena termasuk olahraga dirgantara juga terlihat lebih cool.

"Sebenarnya rasa takut pasti ada. Apalagi terbang perdana, ketakutan jika terjadi apa-apa, namun tetap merasa aman karena sebelum take-off pastinya prepare," katanya.

Ia menyatakan kendala saat bermain paramotor pastinya ada seperti persoalan busi, bahan bakar dan sebagainya ketika terbang di udara.

"Makanya harus disiapkan sebaik mungkin. Dan saya punya prinsip kalau terbang selain di Lampung harus cari tempat yang bisa dijadikan emergency landing. Apalagi kalau lokasi terbang di seputaran pemukiman padat penduduk," jelasnya.

Pengalaman bermain paramotor sudah dilaluinya di beberapa lokasi seperti Jogjakarta, Bogor, Lanud Menggala, Krui, dan Kalianda. "Tapi yang paling saya suka di Jogjakarta, karena take-off luas langsung ke laut. Namun, kalau untuk view tetap Lampung," paparnya.

Ia sendiri mengaku kalau sampai sekarang ini belum memiliki alat sendiri dan biasanya kalau terbang menggunakan mesin dari club-nya tersebut.

"Tapi itu tidak menjadi penghalang saya untuk terbang. Biasanya rutin 4 kali dalam sebulan dan bisa lebih, namun melihat kondisi cuaca dan pekerjaan," pungkas pria yang pernah menerbangkan paramotor dengan membawa baner pada acara Kontes Robot Indonesia 2017 dan even MTQ Pesawaran 2017. (eka)

Tags
hobi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved