Museum Kekhatuan Semaka Simpan Keramik Dinasti Tan dan Meriam untuk Radin Inten

Museum Mini Kekhatuan Semaka di Pekon Sanggi Unggak, Kecamatan Bandar Negeri Semong Tanggamus menyimpan benda-benda sejarah

Penulis: Tri Yulianto | Editor: soni

Laporan Wartawan Tribun Lampung Tri Yulianto

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KOTA AGUNG - Museum Mini Kekhatuan Semaka di Pekon Sanggi Unggak, Kecamatan Bandar Negeri Semong Tanggamus menyimpan benda-benda sejarah dari gerabah sampai alat perang.

Menurut pemiliknya Abu Sahlan, bangunan itu menyimpan benda-benda leluhurnya. Dia adalah Pangeran Punyimbang Ratu Semaka, keturunan ke-13 Ratu Tunggal Balak Kuasa yang merupakan raja Kekhatuan Semaka.

Baca: Kenapa Masih Terjadi Kasus Orangtua Menyiksa Anak Sendiri

Di sini tersimpan benda-benda kuno umumnya barang pecah belah, mulai peralatan makan dari keramik sampai gerabah. Barang-barang tersebut tersimpan dalam empat lemari kaca dan sisanya masih ditumpuk.

"Di dalamnya ada benda dari Kesultanan Banten, baju perang, keramik Dinasti Tang abad 11, keramik lainnya dari kerajaan Tumasek (Singapura) dan dari sisa kolonialisme Belanda," ujar Abu, Kamis 15 Februari 2018.

Pria ramah ini lantas menerangkan Keratuan Semaka adalah salah satu kerajaan di Teluk Semaka antara abad 15 sampai 18. Dulunya tempat keratuan di Tanjung Burnai yang sekarang jadi Pantai Tanjungan, Pematang Sawa.

Baca: Ini Alasan Mengapa BPOM Larang Obati Sariawan Pakai Albothyl

Beberapa kali sempat pindah namun memasuki abad 18 menetap di lokasi yang kini sebagai tempat museum mini. Kekhatuan Semaka berjaya pada abad 15 sampai 18.

Dulu Kekhatuan Semaka awalnya menampung penduduk atau pihak kerajaan Sekala Brak Buai Anak Tumi atau kerajaan Sekala Brak kuno. Saat itu kekuasaannya ditumbangkan kelompok yang kemudian mendirikan Sekala Brak Paksi Pak.

"Dulu Sekala Brak Buai Anak Tumi itu animisme, kemudian dikalahkan Sekala Brak Paksi Pak yang sudah Islam. Dan Keratuan Semaka menampung pelarian Sekala Brak Buai Anak Tumi, barang-barang animismenya masih ada seperti batu-batu untuk pemujaan," terang Abu.

Kemudian Kekhatuan Semaka kian diakui saat membantu Kesultanan Banten menaklukan Rawayan, sebuah kekuasaan warga Badui di Pandeglang. Saat itulah disebutkan Kekhatuan Semaka masuk wilayah kekuasaan Kesultanan Banten.

"Di Lampung yang jadi bagian Kesultanan Banten yakni Keratuan Darah Putih di Kalianda, keratuannya Radin Inten. Lalu Keratuan Melinting di Lampung Timur, Keratuan Pemanggilan di Bandar Lampung, dan Keratuan Semaka," terang Abu.

Kekhatuan Semaka diakui lagi saat kirimkan bantuan pasukan perang ke Radin Inten untuk melawan kolonialisme. Bukti itu masih ada berupa meriam yang berwarna hitam dan ditempatkan di teras museum.

Lantas Kekhatuan Semaka mulai redup oleh beberapa faktor, utamanya, tidak tersebutkan lagi nama Kekhatuan Semaka berganti dengan sebutan Semoung.

Kemudian pimpinannya lebih memilih menyebarkan ajaran agama Islam daripada membesarkan dan menguatkan kekuasaan keratuan. Lalu masuknya kolonialisme, dan meletusnya gunung Krakatau pada 1883.

Museum Mini Kekhatuan Semaka ada berkat program CSR dari PT Nataran Mining tahun 2014. (tri yulianto)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved