Diburu FBI, Ini Fakta Menarik Hacker Asal Indonesia yang Sudah Meretas 40 Negara
Diburu FBI, Ini Fakta Menarik Hacker Asal Indonesia yang Sudah Meretas 40 Negara
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Tiga peretas 600 situs di 40 negara ternyata mahasiswa IT di salah satu kampus di Surabaya, Jawa Timur. Mereka mendapat julukan "Surabaya Black Hat".
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, jaringan peretas ini beranggotakan 600-700 orang yang tersebar di sejumlah daerah. Namun, pihak kepolisian baru menangkap tiga orang.
"Jadi, targetnya memang ada enam orang (tersangka) utama, tapi kemarin hanya menangkap tiga. Inisialnya NA, ATP, dan KPS. Tiga-tigaanya ini umurnya sekitar 21 tahun dan profesinya adalah mahasiswa di bidang IT," kata Argo di Mapolda Metro Jaya, Selasa (13/3/2018).
Menurut Argo, enam orang yang diincar merupakan tersangka utama. Selain meretas situs luar negeri, mereka juga meretas beberapa perusahaan yang ada di Indonesia.
Baca: Mbah Mijan Sebut Syahrini Punya Rumah Mewah di Kalimantan, Pemberian Mr H?
Atas perbuatannya, mereka akan dijerat dengan Pasal 30 jo 46 dan atau Pasal 29 jo 45B dan atau 32 Jo Pasal 48 UU RI No 19 Tahun 2016 tentang perubahan UU No 11 Tahun 2008 tentang ITE dengan ancaman hukumannya 8 tahun hingga 12 tahun penjara.
Argo mengatakan, penangkapan tiga pelaku bermula dari kerja sama Polda Metro Jaya dengan Internet Crime Complaint Center (IC3) dari Biro Investigasi Federal AS (FBI) yang merupakan badan investigasi utama dari Departemen Keadilan Amerika Serikat (DOJ).
"Jadi, di Amerika sana ada data bahwa ada peretasan sistem elektronik yang dilakuakan oleh sekelompok orang di Indonesia. Jadi kelompok itu sudah meretas 40 negara dan ada 3.000 sistem elektronik yang diretas," ujarnya.
Setelah dilakukan analisis dan evaluasi, Polda Metro menemukan adanya kelompok peretas di daerah Surabaya, Jawa Timur.
Kepada polisi, tersangka berinisial KPS mengaku sebagai pendiri SBH yang telah melakukan peretasan terhadap kurang lebih 600 situs di dalam dan luar Indonesia.
Berikut ini fakta-fakta yang terungkap dalam penangkapan tersebut.
Baca: Ini Tanggapan Eko Patrio Soal Sindiran Deddy Corbuzier Untuk Artis dan Acara Alay
1. Mereka mampu meretas 3.000 sistem elektronik dan 600 website yang berada di 44 negara dan menamai diri Surabaya Black Hat (SBH).
2. Pelaku memulai aksinya di tahun 2017. Dalam selama satu tahun, mereka mampu mengantongi keuntungan hingga Rp 200 juta.
3. Apabila situs korban sudah diretas, para pelaku meminta uang secara bervariasi. Kebanyakan uang tebusan itu dipatok berkisar dari Rp 15 juta hingga Rp 25 juta persatu website.