Ingat Buku-buku Karya Enny Arrow? Jadi Wabah Digandrungi Remaja, Bikin Orangtua Kelimpungan

Mewabahnya virus Enny Arrow di kalangan remaja memunculkan pertanyaan penting terkait seks

Majalah Hai
Enny Arrow yang menjangkiti remaja Indonesia di era 1990-an. 

Setidaknya, itulah yang dikemukakan Kadispen Polri waktu itu, Kol Pol Jeanne Mandagi.

Dengan jumlah seperti ini, bisa dibayangkan bagaimana informasi liar yang tak jelas juntrungannya itu menghadang remaja.

Informasi pendidikan seks lainnya, yang disajikan lewat berbagai media massa—koran, majalah, dan film—secara berjelas-jelas pun tak sedikit yang sudah cenderung porno.

"Informasi seks porno itu seakan membanjir dan sulit dibendung," cetus Kartono Mohamad dalam diskusi tentang informasi seks, 6 Januari 1990.

Informasi seks, baik yang termuat dalam bentuk rubrik konsultasi, ulasan, atau foto yang kurang layak dan proporsional, menurut pimpinan majalah kedokteran Medika itu akan mengarah ke pornografi.

Padahal, informasi semacam itu masuk dalam kategori pelanggaran hukum. Yang bisa diancam oleh pasal 281, 282, 532, dan 533 KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana).

Buku stensil dijual bebas ketika itu.
Buku stensil dijual bebas ketika itu. (Majalah Hai)

Ditutup-tutupi

Yang dijadikan sasaran oleh penerbit dan pengedar informasi seks liar seperti Enny Arrow, dan media massa, sebagian terbesar memang remaja. Kelompok masyarakat terbesar, yang - terus terang saja - mudah tertarik dan terangsang oleh informasi seks.

Sesuai dengan perkembangan psikologisnya, remaja yang masih duduk di bangku SMTP, menurut Arif Rachma, kepala SMAN 81 Jakarta Timur waktu itu, memiliki minat dan keingintahuan yang besar terhadap informasi seks.

"Pembuat gambar atau tulisan porno di WC-WC atau sekolah, kebanyakan siswa SLTP," cetusnya dalam diskusi yang sama.

Pengaruh informasi liar ini lebih dominan. Karena remaja tak mendapatkannya dari sumber yang benar, antara lain buku porno.

Informasi semacam ini memang dicari remaja, "Karena informasi yang tersedia dianggap kurang memadai,” ungkap Alwi Dahlan, seorang ahli komunikasi, yang waktu itu menjadi asisten Menteri Negara KLH.

Seks, misalnya. "Di satu sisi dipandang sebagai hal yang penting diketahui. Karena menyangkut kelanjutan hidup manusia. Tapi di sisi lain, ada, hal-hal mengenai seks yang ditutupi," tambahnya.

Di sini, sebenarnya orangtua berperan buat memberikan informasi yang benar tentang seks. Dia mengingatkan agar orangtua mengikuti perkembangan jiwa remaja.

"Para remaja itu mendambakan keterbukaan berkomunikasi, antara dirinya dan orang dewasa," cetusnya.

Halaman
1234
Tags
remaja
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved