Tolak Doktrin Orangtuanya yang Lakukan Bom Bunuh Diri, Anak Ini Pilih Tinggalkan Rumah
Tolak Doktrin Orangtuanya yang Lakukan Bom Bunuh Diri, Anak Ini Pilih Tinggalkan Rumah
Penulis: wakos reza gautama | Editor: wakos reza gautama
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, SURABAYA - Indonesia sedang berduka.
Aksi teroris kembali terjadi di beberapa waktu lalu, di kota terbesar kedua Indonesia, Surabaya.
Baca: Tidak Emosi dan Marah, Begini Cara Komika Uus Tanggapi Hinaan Netizen kepada Anaknya
Setelah itu, teror justru merembet ke markas besar Polrestabes Surabaya.
Para teroris semakin brutal memunculkan aksi tak manusiawi tersebut.
Beberapa waktu lalu masih aksi pengeboman di tiga gereja, Mako Polrestabes Surabaya dan Rusun Wonocolo memang heboh.

Dari tiga titik tersebut terungkap fakta bahwa melibatkan keterlibatan satu keluarga yang bahkan mengikut sertakan anak-anak mereka.
Ini sedang menjadi perbincangan banyak kalangan dan mengejutkan dunia tentunya.
Gaya baru 'teroris' mengajak para anaknya ini menjadi hal yang sedang ramai diperbincangkan.
Baca: BERITA FOTO: Dijaga Ketat Polisi, Pengendara Motor Ini Tetap Nekat Terobos Masuk Transmart
Baca: Gogon Meninggal Mendadak di Lampung, Ini Pesan yang Diingat Asistennya
Seperti pada peledakan tiga gereja, Dita sekeluarga menjadi aktor di balik aksi bunuh diri tersebut yang mengajak empat orang anaknya.
Markas besar kepolisisan Surabaya juga mendapat serangan yang datang dari satu keluarga dan melibatkan dua anaknya, usia 8 tahun dan 18 tahun.

Bahkan, di insiden ledakan Polrestabes Surabaya, satu anak berusia delapan tahun dapat di selamatkan dan proses penyembuhan pasca operasi di RS Bhayangkara.
Di lokasi berbeda pada, Rusun Wonocolo blok B lantai lima juga terjadi ledakan yang mengungkap keterlibatan satu keluarga yang di dalamnya ada empat anak.
Satu anak diantaranya tewas di lokasi dan tiga lainnya selamat dan masih di rawat di RS Bhayangkara.
Apa sebenarnya yang dilakukan para orang tua tersebut hingga bisa mendoktrin buah hati mereka?
Terungkap juga pada akhirnya cara-cara keji yang dilakukan oleh jaringan ini.

Kapolda Jatim, Irjen Machfud Arifin membocorkan fakta penting yang menjadi cara orang tua yang merupakan tersangka mendoktrin anaknya.
Satu caranya pendoktrinanan dengan mencokoki anak mereka dengan video jihad secara rutin agar membentuk ideologi anak.
Baca: Ditemukan di Kursi Bioskop Transmart, Awalnya Kotak Diduga Bom Akan Dibuang Karyawan
"Orang tua tentu punya peran penting di balik kejadian ini bisa mengajak anak mereka. Seperi rajin memberikan tontonan video jihad kepada anak-anak untuk membentuk ideologi sejak dini," ujar Irjen Machfud Arifin, Selasa (15/05/2018).
"Cara ini di lakukan oleh semua pelaku. Mereka satu jaringan dan rutin hadir pengajian di rumah Dita (pelaku bom tiga gereja," imbuhnya.

Ada satu kebongan besar yang di simpan rapat para pelaku terkait anak-anak mereka yang ternyata selama ini tidak bersekolah.
Irjen Machfud Arifin mengatakan bahwa selama ini pihak keluarga sudah mendoktrin anak mereka agar mengaku 'home schooling' bila di tanya oleh tetangga.
"Faktanya, selama ini anak mereka di paksa mengaku home schooling padahal tidak bersekolah sama sekali. Usaha ini agar anak mereka tidak berinteraksi dengan orang lain," kata Irjen Machfud Arifin.

Namun, khusus untuk satu anak dari tiga anak selamat di Rusun Wonocolo ada yang menolak doktrin dari orang tuanya dan memilih tinggal bersama nenek.
"Tapi ada satu anak dewasa yang di Rusun Wonocolo itu menolak ikut ajaran dari orang tuanya dan memilih untuk tetap bersekolah dan ikut dengan neneknya," tutup Kapolda Jatim di Media Center Polda Jatim. (Tribun Jatim)
Artikel ini telah dipublikasikan di Tribun Jatim dengan judul "Dari Homeschooling hingga Video Jihad, Terungkap Cara Keji Orang Tua Pelaku Bom Doktrin Buah Hatinya"