Ibunda Razan Najjar: Aku Berharap Melihatnya Dalam Gaun Pengantin, Bukan Kain Kafan
Dia berdiri dan tersenyum kepada saya. Dalam sekejap mata dia keluar dari pintu. Saya berlari ke balkon untuk mengawasinya.
"Perempuan sering diadili tetapi masyarakat harus menerima kita," kata Razan.
"Jika mereka tidak mau menerima kami karena pilihan, mereka akan dipaksa untuk menerima kami. Karena kami memiliki kekuatan lebih daripada siapa pun."
Sabreen mengatakan putrinya berada di garis depan untuk menyelamatkan para pemrotes yang terkena sasaran tembakan tentara Israel, sejak 30 Maret - dan tidak hanya pada hari Jumat.
Razan menjadi wajah yang akrab di perkemahan Khan Younis, salah satu dari lima yang didirikan di sepanjang pagar timur di Jalur Gaza.
"Dia tidak pernah peduli tentang apa yang dikatakan orang," kata Sabreen.
"Dia berkonsentrasi pada pekerjaannya di lapangan sebagai tenaga medis sukarela, yang mencerminkan kekuatan dan tekadnya."
"Putriku tidak punya senjata; dia seorang medis," tambahnya. "Dia memberi banyak kepada orang-orangnya."
Tenaga medis di lapangan sebelumnya mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pasukan Israel telah menembaki para demonstran dengan jenis putaran baru.
Peluru yang ditembakkkan tentara Israel ini disebut juga "kupu-kupu peluru".
Ketika peluru itu ditembakkan ke sasaran, maka korban akan mengalami luka parah pada arteri dan tulang dan cedera dalam yang tak kalah parah.
Rida beserta lelaki lain mengangkat Razan ke tenda darurat.

Para dokter yang lain pun berusaha menyelamatkan nyawa Razan.
Mulai dari memegangi badan Razan, memeriksa denyut nadi di tangan Razan, hingga dokter berteriak-teriak meminta bantuan kepada asistennya.
Sayang, nyawanya tak terselamatkan.
Ia dinyatakan mati syahid.