Meski Ada Kepulan Asap Putih Setinggi 100 Meter, Gunung Anak Krakatau Masih Aman. Bukan Erupsi!

Beberapa hari terakhir, warga Pesisir Rajabasa, Lampung Selatan, dihebohkan dengan terlihatnya asap putih dari kawah Gunung Anak Krakatau (GAK).

Penulis: Teguh Prasetyo | Editor: Teguh Prasetyo
Tribun Lampung/Dennish Prasetya
Gunung Anak Krakatau 

Gunung Anak Krakatau (GAK) saat ini telah didapuk menjadi jawara Volcano Cup 2018.  

Pada babak final, gunung yang berada di Selat Sunda ini mengalahkan Gunung Taupo (Selandia Baru).

Vulkanolog Dr Janine Krippner yang merilis Volcano Cup mengumumkan Gunung Anak Krakatau menjadi pemenang Volcano Cup 2018 lewat akun Twitter-nya @janinekrippner, Jumat (2/3/2018) lalu.  

"Dengan total 27.056 pemungut suara untuk seluruh gunung api sepanjang 2018 #VolcanoCup, aku mengumumkan KRAKATAU, INDONESIA sebagai pemenang! Terima kasih banyak untuk membantu kesadaran mengenai aktivitas vulkanik, bahaya, risiko, dan kesiapan di seluruh dunia," tulis Krippner.  

tiga pendaki tengah berfoto dengan latar gunung anak krakatau.
tiga pendaki tengah berfoto dengan latar gunung anak krakatau. (TRIBUN LAMPUNG/PERDIANSYAH)

Total ada 40 gunung api di dunia yang masuk dalam kontes Volcano Cup 2018.  

Gunung api tersebut berasal dari Indonesia, Amerika, Selandia Baru, Meksiko, Chili, Jepang, Islandia, Italia, Filipina, dan Guatemala.  

Masing-masing negara memiliki empat gunung yang masuk dalam nominasi dan gunung-gunung tersebut adalah gunung api terkenal.  

Indonesia sendiri diwakili oleh Gunung Agung, Toba, Merapi, dan Krakatau.  

Baca: Inilah Jenis Tes dan Soal yang Akan Diujikan di Seleksi Kompetensi Dasar Penerimaan CPNS 2018!

Layaknya pembagian grup di Piala Dunia, maka Volcano Frup membagi 40 gunung api dalam delapan grup berbeda.

Kemudian lewat pemungutan suara netizen di Twitter, gunung api ini melewati perempat final, semifinal, dan final.  

Pada babak final, Gunung Krakatau bersaing dengan Gunung Taupo di Selandia Baru dan berhasil unggul.  

gunung anak krakatau
gunung anak krakatau (net)

Volcano Cup 2018 sendiri bukanlah sebuah kompetisi yang resmi dari institusi vulkanologi internasional.  

Kompetisi ini merupakah sebuah kegiatan yang dilakukan para vulkanolog untuk bisa membahas fakta-fakta menarik dari gunung api yang ada di dunia bersama masyarakat.  

“Ini adalah salah satu cara untuk share fakta-fakta gunung api, tentunya yang ingin diketahui dan dibahas oleh masyarakat. Jadi nanti gunung mana yang paling banyak di vote masyarakat, maka akan dibahas terus-menerus oleh vulkanolog,” kata Kepala Subbidang Mitigasi Bencana Geologi Wilayah Timur dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Devy Kamil Syahbana saat dihubungi KompasTravel, Selasa (27/2/2018). (*) 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved