Gunung Anak Krakatau dan Letusan Paling Mematikan Sepanjang Sejarah
Langit menjadi gelap hingga 442 km dari gunung Krakatau selama 3 hari.
Penulis: Heribertus Sulis | Editor: Heribertus Sulis
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Anak Gunung Krakatau di Selat Sunda dilaporkan telah mengalami erupsi (25/6/2018) pukul 07.14 WIB.
Dikutip dari Kompas, tinggi kolom abu 1000 meter dengan ketinggian 1.035 meter diatas permukaan laut.
Meskipun mengalami erupsi, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo, menyatakan bahwa erupsi tidak membahayakan penerbangan.
Faktanya, gunung Anak Krakatau telah berstatus waspada sejak tahun 2012 lalu.
Jadi, tidak ada perubahan status mengenai gunung ini.
Sutopo juga mengatakan bahwa erupsi gunung Anak Krakatau adalah hal biasa karena gunung ini masih aktif untuk tumbuh besar dan tinggi.
Gunung Anak Krakatau ini sendiri baru muncul pada tahun 1927.
Menurut Sutopo, aktivitas gunung vulkanik ini memang meningkat sejak (18/6/2018).
Sejarah mengatakan bahwa gunung Krakatau pernah mengalami letusan dahsyat pada tahun 1883.
Meski begitu, letusan kali ini tidak akan sebesar pada tahun 1883 silam karena energi erupsi yang dikeluarkan tidak besar menurut Sutopo.
"Bahkan beberapa ahli mengatakan tidak mungkin untuk saat ini. Jadi tidak perlu dikhawatirkan", ujarnya.
Lalu, bagaimana sebenarnya letusan gunung krakatau pada tahun 1883 silam?
Letusan Krakatau pada Agustus 1883 adalah letusan yang paling mematikan dari sejarah modern gunung berapi.
Selain luka panas, korban meninggal juga diakibatkan oleh tsunami yang terjadi karena runtuhnya gunung berapi ke kaldera di bawah permukaan laut.
Dampak yang ditimbulkan sangatlah banyak, bahkan mempengaruhi iklim dan penurunan suhu dunia.
Keesokan harinya, 27 Agustus 1883, ada empat ledakan dahsyat gunung Krakatau yang terdengar sampai Perth, Australia (4.500 km).

Erupsi Krakatau
Ledakan itu melontarkan sekitar 11 km kubik puing ke atmosfer.
Langit menjadi gelap hingga 442 km dari gunung Krakatau selama 3 hari.
Bahkan debu vulkanik merambah hingga 6.076 km jauhnya ke arah Barat Laut.
Suhu global rata-rata saat itu turun hingga 1,2 derajat lebih dingin dalam waktu 5 tahun.
Bagaimana Anak Krakatau Terjadi?
Pada tahun 1927, beberapa nelayan Jawa terkejut melihat kolom uap dan puing yang dimuntahkan oleh runtuhnya kaldera.
Krakatau kembali terbangun setelah tertidur selama 44 tahun.
Dalam beberapa minggu, tepi kerucut baru muncul ke atas permukaan laut.
Satu tahun kemudian kerucut ini tumbuh menjadi sebuah pulau kecil yang diberi nama Anak Krakatau.
Secara berkala, Gunung Anak Krakatau mengalami letusan kecil dan sedikit berbahaya untuk pulau-pulau sekitarnya. (*)