Cerita Gus Dur Membeli Kepala Ikan Saat Kuliah di Mesir, dan Kucing 20 Ekor

Cerita Gus Dur Membeli Kepala Ikan Saat Kuliah di Mesir, Endingnya Bikin Ngakak

Penulis: taryono | Editor: taryono
Mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Kamis (27/6), menghadiri selamatan penempatan rumah yang diadakan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) KH Cholil Bisri di Jalan Kemanggisan Ilir 2B, Slipi, Jakarta.(Kompas/Danu Kusworo) 

Gus Dur tidak pernah diputuskan bersalah oleh pengadilan dalam kasus Buloggate atau Bruneigate.

 Namun, kasus itu selama ini dianggap menjadi pintu masuk untuk pemakzulannya.

Hingga kemudian, jabatan Gus Dur sebagai presiden dicopot dalam Sidang Istimewa MPR pada 23 Juli 2001.

Gus Dur digantikan oleh Megawati, yang sebelumnya menjabat wapres.

Tokoh toleran Terlepas dari sosoknya yang kontroversial, Gus Dur dinilai banyak orang telah mewariskan semangat persatuan dalam keragaman.

Selama ini Gus Dur memang dikenal sebagai tokoh yang mengedepankan toleransi dan kerukunan antarumat beragama.

Pemikiran Gus Dur tentang toleransi pun semakin dirindukan, terutama dalam kondisi maraknya penyebaran ujaran kebencian berlandaskan perbedaan, seperti saat ini.

Hal ini pun diakui Presiden Joko Widodo. Jokowi mengenang Gus Dur sebagai tokoh yang mengingatkan bawa Indonesia merupakan milik bersama, bukan milik golongan atau perseorangan.

"Saya percaya, Gus Dur pasti gemes, geregetan, kalau melihat ada kelompok yang meremehkan konstitusi, mengabaikan kemajemukan, memaksakan kehendak, melakukan kekerasan, radikalisme dan terorisme," kata Jokowi saat memberikan sambutan di Haul Gus Dur ke-7 di Jakarta, Jumat (23/12/2016).

Humor

Semasa hidup, ternyata Gus Dur punya momen lucu, ini setidaknya seperti yang diceritakan dalam buku“Gus Durku, Gus Dur Anda, Gus Dur Kita” karya Muhammad AS Hikam (2013).

Seperti dilansir NU.or id, di balik pemikiran, kiprah, jasa-jasanya yang luar biasa, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah penggemar kuliner.
Tempat-tempat kuliner lezat di dalam negeri tak luput dari penjelajahannya.
Kegemaran Gus Dur itu sejurus dengan kelihaiannya dalam memasak.
Konon, Gus Dur pintar memasak saat menjadi mahasiswa di Mesir, Baghdad, dan kala berkelana di Eropa.
Bagi Gus Dur, untuk memperoleh makanan lezat tak harus merogoh kocek dalam-dalam.
Apalagi saat menjadi mahasiswa di Mesir.
Ia paham bagaimana caranya mengirit tapi tetap bisa makan enak.
Saat itu Gus Dur memasak kepala ikan.
Asal giliran dia yang masak di asrama, para mahasiswa yang ikut bareng dengan Gus Dur senang karena makanannya enak dan tidak mengharuskan keluar uang banyak.
Suatu hari, Gus Dur tidak bisa memasak karena ada keperluan mendadak.
Seorang sahabat menggantikan posisi Gus Dur untuk membeli kepala ikan dan memasak di asrama.
Begitu tiba di tukang ikan, sahabat Gus Dur tersebut ditanya oleh si penjual:
“Mana kawanmu yang biasa ke sini?”
“Dia sedang sibuk dan saya yang mewakili,” jawab sahabat Gus Dur.
“Kawanmu itu hebat ya, punya kucing duapuluh, dia bisa memelihara dengan telaten,” ucap si penjual ikan.
“Kucing? Duapuluh? Nggak keliru Anda siapa kawan saya?” sergah sahabat Gus Dur agak kaget.
“Loh, temanmu si Abdurrahman itu, kalau ke sini selalu beli kepala ikan, katanya untuk kucingnya yang duapuluh ekor itu. Saya kasih murah karena dia mau memelihara hewan telaten seperti itu,” jelas di penjual ikan.
Mendengar itu, sahabat Gus Dur tidak jadi memesan kepala ikan dan ganti yang lain.
Risikonya, harga belanjaan hari itu pun meningkat! 
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved