Ustaz Cepot Tutup Usia Diduga Radang Usus Akut, Ini Makanan yang Bisa Meningkatkan Risikonya
Ustaz Cepot Tutup Usia Diduga Radang Usus Akut, Ini Makanan yang Bisa Meningkatkan Risikonya
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - KH. Ahmad Ihsan atau ustaz Cepot salah satu pendakwah tanah air meninggal dunia, Senin (27/8).
Kabar duka ini pertama kali diketahui dari unggahan ustaz Solmed di instagramnya.
Kepergian ustaz Cepot ini sontak membuat warganet terkejut.
Menelusuri dari akun instagram @ustadzcepotmanagement, awal tahun 2018 ia sudah dirawat intensif di Rumah Sakit.
Baca: Wow, Hanya Temani Tamu Ngobrol Selama 3 Jam, Pria Ini Raup Rp 1,4 Miliar
Banyak peralatan medis yang terpasang di tubuhnya waktu itu.
Melansir dari Tribunnews.com, sebelumnya ustaz Cepot telah divonis dokter menderita penyakit radang usus akut.
Maret 2018, ia sempat dikabarkan meninggal, tapi nyatanya masih dalam keadaan sehat dan sedang menjalani pengobatan.
Saat itu ustaz Cepot juga terkejut mendengar kabar hoax tentang dirinya tersebut.
Baca: Tak Kalah Cantik, Begini Tampang Ibunda Kimberly Rider yang Seorang Mantan Model Senior
Lalu ia menjelaskan penyakit radang ususnya yang membuatnya harus operasi hingga kemo.
"Radang usus sehingga adanya operasi, kemo dan sebagainya. Bahkan dokter memvonis umur saya dua bulan, tapi saya yakin umur milik Allah bukan siapa-siapa, tandasnya ketika itu.
Baca: Ustaz Cepot Meninggal Dunia, Begini Jejaknya Semasa Hidup

Hingga detik ini belum diketahui lagi penyebab lain meninggalnya ustaz Cepot, selain radang usus.
Meski begitu, radang usus salah satu penyakit berbahaya yang bisa menyerang siapa pun.
Beberapa jenis makanan olahan yang kerap dikonsumsi sehari-hari ternyata bisa meningkatkan risiko radang usus.
Melansir dari Live Science, tambahan zat aditif dalam makanan olahan dinilai dapat mengganggu kinerja bakteri baik pada usus.
Dalam studi peneliti mengatakan bahan-bahan aditif yang disebut pengemulsi yang ditambahkan ke banyak makanan olahan.
Termasuk es krim dan selai kacang untuk memperbaiki tekstur makanan dan memperpanjang umur makanan.
Para peneliti pun menggunakan peralatan lab sebagai simulasi usus manusia, termasuk bakteri pada usus dalam bentuk serangkaian pompa dan wadah.
Mereka menambahkan 2 pengemulsi kaboksimetilselulosa (CMC) dan polisorbat-80 (P80) untuk simulasi isi usus normal.
Benoit Chassaing, asisten profesor ilmu biomedis di Georgia State University menemukan saat pengemulsi masuk ke usus buatan, terjadi peningkatan dramatis risiko peradangan usus.
Mereka pun mengambil bakteri usus yang berubah akibat pengemulsi ini dimasukkan ke tikus yang tidak memiliki bakteri.
Ternyata tikus-tikus yang digunakan percobaan juga mengalami peradangan usus dan menunjukkan tanda sindrom metabolik.
Studi tersebut menunjukkan bahwa pengemulsi bisa langsung mempengaruhi bakteri pada usus.
Di sisi lain, para peneliti masih perlu menguji pengemulsi memiliki efek yang sama cepatnya pada manusia atau tidak.
Temuan itu menambah bukti jika pengemulsi bisa memicu perkembangan penyakit radang usus.
Dalam studi selanjutnya, mereka pun meminta responden melakukan diet bebas pengemulsi selama 1 bulan, lalu beralih ke makanan yang mengandung pengemulsi.
Para peneliti akan memeriksa kedua kelompok menunjukkan perbedaan signifikan dalam peradangan usus atau tidak.
Menurut Benoit Chassaing, pengemulsi umumnya tercantum pada label bahan makanan olahan, tapi zat aditif lainnya kerap ditulis dengan nama yang berbeda.
Hal ini membuat konsumen sulit untuk menghindarinya hanya dengan membaca label makanan.
Cara terbaik untuk menghindari pengemulsi adalah menghindari makanan olahan. (Nakita.id/Shevinna Putti Anggraeni)