Usai Imunisasi MR, Siswi Ini Mendadak Lemas dan Kepala Sakit Seperti Ada Luka
Lemes sekali. Muncul bercak ini, telapak kaki susah napaka, kepala terasa seperti luka tapi enggak ada luka.
TRIBUNLAMPUNG.CI.ID - Nur Fauziah Larasati (9) siswa kelas 3 SDN 37 Pangkalpinang terbaring lemas di kamar kontrakan Gang Mawar V Jalan Depati Bahrin kelurahan Opas kecamatan Taman Sari, Pangkalpinang, Rabu (29/8/2018).
Sesekali bocah itu menangis menahan rasa ngilu pada betis kiri dan kanannya paska di Vaksin Measles Rubella (MR) di sekolah Sabtu (25/8/2018) di tangannya.
Dengan perlahan ia menunjukkan ruam merah tak beraturan yang bermunculan pada sekujur kaki yang menjalar hingga ke badan. Bahkan ruam merah itu juga mulai bermunculan di bagian tangannya.
Baca: Tolak Imunisasi Campak dan MR, Ini Risiko Penyakit Serius yang Mengancam Jiwa Anak
"Pusing, ngilu kakinya kaku," kata Laras lirih sambil sesekali menangis menahan sakitnya, saat ditemui Bangka Pos, Rabu (29/8/2018) malam.
Laras mulai merasakan pusing dan munculnya ruam pada hari Senin, namun ia masih bersekolah. Ketika pulang sekolah tubuhnya memang tidak panas, namun kemunculan ruamnya semakin banyak dan besar.
"Di kelas 7 orang yang suntik, banyak yang enggak masuk. Terus yang masuk enggak suntik karena bawa surat orang tua enggak boleh suntik. Habis suntik enggak sakit, cuma ngilu. Dak nangis juga," ceritanya.
Tubuhnya makin melemas dan kakinya terasa semakin berat pada saat hari Selasa, namun masih dipaksakan untuk sekolah. Setelah pulang sekolah ia mulai tidak bisa berdiri bahkan untuk bangun pun mulai susah.
"Sehat sebelum disuntik, makan juga nafsu. Cuma hanya lemas, sakit kaki ini, dak panas badannya," ujarnya.
Abdul Halim (43) ayah dari Laras, menceritakan dirinya mulai khawatir paska melihat ruam yang timbul pada putri pertamanya semakin membesar. Ia tidak langsung membawa ke dokter lantaran berpikir itu merupakan reaksi dari suntikan itu.
"Anaknya sehat sebelum disuntik, dia kan nanya yah jadi dak suntik, ku bilang suntik lah, karena liat iklannya kan ada TV, ini progam pemerintah jadi ku kasih. Tapi ku tanya dia sehat dak, kata dia sehat suntik lah kata ku," katanya.
"Ku pikir itu reaksi suntik, kalau kata orang Bangka itu kayak campak keluar. Tetangga banyak juga lihat katanya bagus campak keluar, belum saya bawa ke dokter," ujarnya.
Ia mulai menyadari anaknya semakin parah pada Selasa pagi. Dirinya mulai panik dan meminta istrinya untuk membawa buah hatinya ke Puskemas pada Rabu (29/8/2018).
"Senin tu baru bintik dikit, tapi pas selasa bercaknya mulai banyak besar dan kakinya mulai susah jalan ngilu dan kaku, mulai dipapah bangunnya, dia bilang pusing juga. tapi masih sekolah juga selasa itu, sekarang kalau mau bangun harus digendong," ujarnya.
Menurutnya, puncak penurunan kondisi kesehatan anak pertama dari tiga saudaranya itu terjadi pada Rabu (29/8/2018).
"Hari inilah mulai puncaknya, lemes sekali. Muncul bercak ini sedikit-sedikit, telapak kaki susah napakanya, kepalanya terasa seperti luka, tapi enggak ada luka. Saya enggak tau kalau suntik itu belum halal, saya cuma lihat iklan di TV itu bagus semua," katanya.
Sandra (29) ibu Laras mengatakan ia membawa putrinya ke Puskesmas Taman Sari Rabu (29/8) pagi sekitar pukul 08.00 WIB dengan menggunakan motor dan dipapahnya.
Setibanya di Puskesmas, ia menyebutkan anaknya hanya mendapatkan penanganan dokter tanpa disentuh.
"Cuma dilihat aja sama dokter, enggak dipegang, terus dikasih resep. Resepnya obat minum sirup sama salep. Saya bilang ke dokter anak saya jadi gini setelah suntik Rubella di sekolah, dokternya cuma bilang iya. Ke Puskesmas saya bawa sampai dipapah dipegangin karena kakinya sulit berdiri," katanya.
Abdul Halim meminta pertanggungjawaban Pemerintah atas kondisi yang menimpa anaknya itu. Ia berencana akan mendatangi sekolah untuk menanyakan langsung kejadian ini.
"Tolong kalau berbahaya jangan diberikan kepada anak. Saya minta pemerintah bertanggungjawab dari sekolah juga, karena ini program pemerintah. Dibantu ini cara pengobatannya jangan sampai lumpuh atau apa," katanya.
Terpisah Kepala Dinas Kesehatan Babel, Mulyono Susanto mengatakan pihaknya akan menindaklanjuti hal ini dan berkoordinasi dengan dinas kesehatan kota.
"Saya akan segera menghubungi puskesmas terkait dan dinkes kota. Ini kan masuk wilayah Pangkalpinang, besok sudah harus ada jawabnya. Besok kami akan berikan jawaban karena harus kroscek dulu," ujarnya.
Disinggung soal reaksi akibat dari Vaksin MR, Mulyono mengatakan ini hal ini merupakan kewenangan dari Komite Ikutan Paska Imunisasi (KIPI).
"Apakah ini dampak dari vaksin MR, ini punya kewenangan untuk menjawab itu KIPI, nanti saya juga akan kontak KIPI," ujarnya.
---> Jangan lupa subscribe Channel YouTube Tribun Lampung News Video