Penulisan Angka 4 pada Jam Gadang di Bukittinggi Simpan Makna Khusus
Menara jam dengan petunjuk waktu berukuran besar ini memang selalu menarik perhatian turis yang berkunjung ke Bukittinggi.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Kamu pasti tak asing dengan nama Jam Gadang.
Ya, Jam Gadang dikenal sebagai landmarknya Kota Bukittinggi.
Menara jam dengan petunjuk waktu berukuran besar ini memang selalu menarik perhatian turis yang berkunjung ke Bukittinggi.
Jam Gadang dalam bahasa Minangkabau berarti jam besar.
Jam Gadang dibangun pada 1926 oleh arsitek Yazin dan Sutan Gigi Ameh sebagai hadiah dari Ratu Belanda kepada Controleur (Sekretaris Kota) Rook Maker.
Sekilas memang tak ada yang aneh pada Jam Gadang.
Baca: Alat Kelamin Terpotong saat Sunat, Bocah 5 Tahun Terima Kompensasi Rp 462,2 miliar
Namun jika diperhatikan, Jam Gadang ini memiliki penulisan angka romawi '4' yang berbeda.
Jika biasanya angak 4 pada penulisan romawi adalah IV, pada Jam Gadang ini di tulis IIII.
Berdasarkan penelusuran TribunTravel.com, angaka 'i' besar berjajar empat tersebut memiliki banyak penjelasan.
1. Keseimbangan Visual
Sejarah penulisan angka IIII bermula dari King Louis XIV (5 September 1638 - 1 September 1715) yang meminta kepada seorang untuk membuat sebuah jam baginya.
Pembuat jam memberi nomor pada setiap jam sesuai dengan aturan angka Romawi.
Setelah melihat jam yang diberikan kepadanya, Raja tidak setuju dengan penulisan IV sebagai angka "4" dengan alasan ketidakseimbangan visual.
Penulisan angaka IV dianggap tak memiliki keseimbangan visual dengan angka seberangnya, VIII.
Sehingga di tulislah IIII khusus pada penulisan angka di jam.