Gelagat Aneh dan Kesaksian Pembantu Soal Satu Keluarga Bunuh Diri di Palembang
Gelagat Aneh dan Kesaksian Pembantu Soal Satu Keluarga Bunuh Diri di Palembang
Penulis: Heribertus Sulis | Editor: Heribertus Sulis
Gelagat Aneh dan Kesaksian Pembantu Soal Satu Keluarga Bunuh Diri di Palembang
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, PALEMBANG - Kasus bunuh diri yang dilakukan Fransiskus Xaverius (FX) Ong (45) bersama keluarganya diduga akibat adanya orang ketiga hingga memicu keretakan rumah tangga korban mulai terkuak.
Hal itu terlihat dari keterangan Sarah Perdinanti (20) yang merupakan asisten rumah tangga korban ketika menjalani pemeriksaan di Polresta Palembang, Rabu (24/10/2018).
Sarah mengatakan, majikannya tesebut beberapa waktu belakangan sering terlibat keributan di rumah yang diduga dipicu adanya pihak ketiga sehingga membuat hubungan mereka menjadi tidak harmonis.
Baca: Fakta-fakta Mengejutkan Kematian Satu Keluarga, Luka Tembak di Kepala hingga 2 Anjing
“Cece (Margaret) sering buka HP Koko (FX Ong) dan pernah lihat ada wanita lain. Mamanya Cece cerita ke orang lain, sehingga sering ribut,” kata Sarah.
Kabar keduanya akan menempuh jalur perceraian atas dugaan orang ketiga itu pun menurut Sarah sering terdengar.
Dimana, antara FX Ong dan Margareth sempat berebut soal hak asuh anak jika ingin berpisah.
“Koko enggak mau anaknya diasuh Cece jadi suka ribut begitu,”ujarnya.
Sempat bangunkan Kathyln untuk sekolah
Sementara Dewi (28), yang juga asisten rumah tangga korban mengatakan, sekitar pukul 05.30 WIB, ia terbangun dari tidur untuk memasak mie sebagai sarapan bagi anak korban sebelum sekolah.
Sebelum memasak mie, Dewi sempat masuk ke dalam kamar Kathyln Fransiskus (11) untuk mematikan AC dan lampu karena sudah mulai pagi.
“Saya pegang kaki Kathlyn, tapi tidak bangun-bangun setelah itu keluar kamar lagi saya kira masih tidur,” kata Dewi.
Merasa Kathlyn belum bangun, Dewi kembali keluar untuk memasak ke dapur.
Sarah yang merupakan adiknya diminta Dewi untuk membangunkan Kathlyn karena akan ke sekolah.
Namun, ketika dibangunkan, Sarah melihat tangan gadis kecil tersebut mengeluarkan darah.
“Awalnya dikira mimisan, ketika bantal dibalikkan ternyata kepalanya berdarah. Adik saya langsung teriak,” ungkap Dewi.
Dewi dan Sarah akhirnya panik melihat keadaan Kathyln yang sudah tewas.
Ia sempat berulang kali membangunkan FX Ong yang berada di kamar lantai bawah namun tak kunjung mendapatkan jawaban.
“Saya telpon juga tak diangkat, ternyata HP Koko (FX Ong) ada di meja kerja di luar. Kami langsung keluar dan minta tolong warga,” ucap Dewi.
Setelah itu, ketua RT setempat langsung melihat Kathlyn dalam kondisi bersimbah darah di kamar lantai dua.
Kejadian tersebut langsung dilaporkan kepada polisi hingga akhirnya Rafael Fransiskus (18), Margaret Yetin Liana (43), dan Fransiskus Xaverius (FX) Ong (45) juga ditemukan tewas.
“Saya juga tidak dengar suara tembakan malam itu, karena malamnya sempat buatkan kopi untuk Koko,” ujarnya.
Bagi-bagi harta
Kapolda Sumatera Selatan Irjen Pol Zulkarnain Adinegara mengatakan, dua saksi yang merupakan asisten rumah tangga (ART) korban yakni Dewi (28) dan Sarah (20) sempat melihat gelagat aneh dari FX Ong.
Malam sebelum kejadian berdarah itu berlangsung, FX Ong sempat memberikan mereka uang serta perhiasan.
“Pembantunya diberikan uang Rp 2 juta, ada juga yang dikasih cincin emas. Para tetangga juga diberikan uang. Hal itu menurut mereka tidak seperti biasanya,” kata Zulkarnain.
Tak hanya itu, hewan peliharaan kesayangan milik FX Ong juga sempat diberikannya kepada tetangga, sore sebelum kejadian.
“Teman-teman korban juga diberikan burung peliharaan miliknya, itu semua seakan memberikan tanda jika akan pergi,” ungkap Jenderal bintang dua itu.
Sementara itu, Effendi (50) kakak ipar korban menjelaskan, satu ekor anjing kesayangan FX Ong sempat diberikan kepadanya sebelum kejadian.
Effendi mengaku, anjing itu diberikan kepada dia karena sering memicu keributan rumah tangga mereka.
“Katanya sering buat ribut gara-gara anjing, jadi diberikan kepada saya. Tapi setelah anjing diberikan, dia malah beli dua anjing lagi,” ujar Effendi.
Effendi melanjutkan, keterangan para tetangga, sekitar pukul 21.00 WIB malam itu korban sempat keluar dan mengobrol bersama para tetangga.
“Pukul 03.00 WIB, adik saya baru kirim chat di grup SMA-nya dan memohon maaf. Saya tidak tahu pasti apa permasalahannya,” jelasnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kata Pembantu Soal Satu Keluarga Bunuh Diri: Cece Suka Buka HP Koko"