Viral Video Rekaman Roy Kiyoshi Tahun Lalu: 'Praying for Lion Air JT 160', Netizen Kaget
Viral Video Rekaman Roy Kiyoshi Tahun Lalu: 'Praying for Lion Air JT 160', Netizen Kaget
Penulis: Heribertus Sulis | Editor: Heribertus Sulis
Viral Video Rekaman Roy Kiyoshi Tahun Lalu: 'Praying for Lion Air JT 160', Netizen Kaget
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Jatuhnya pesawat Lion Air JT610 pada Senin (29/10/2018) di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat menyisakan banyak duka.
Sebanyak 189 penumpang plus kru pesawat hingga kini belum semuanya ditemukan dalam kecelakaan nahas pesawat Lion Air JT610 tersebut.
Baca: Wanita Melahirkan Dalam Mobil Akibat Terjebak Macet, Suami Tetap Fokus Menyetir
Pesawat Lion Air JT610 tersebut lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta pada Senin (29/10/2018) pukul 06.20 WIB menuju Bandara Depati Amir, Pangkalpinang.
Baru 13 menit terbang, tepatnya pada pukul 06.23 WIB, pesawat dinyatakan hilang kontak sebelum akhirnya ditemukan jatuh di perairan Tanjung Karawang.
Terkait kabar duka ini, rupanya Roy Kiyoshi di 2017 lalu ternyata pernah meramalkan kecelakaan pesawat Lion Air JT610 ini.
Videonya diunggahnya di Instagramnya, Sabtu (3/10/2018).
Kepada Vicky Prasetyo, Roy Kiyoshi saat tampil di sebuah acara televisi mengatakan hal itu.
Baca: Melody Eks JKT48 dan Hanif Semringah Saat Pamerkan Cincin Pernikahan
“Praying for Lion Air JT 160 ..slide for full video #deepcondolences #roykiyoshi,” tulis Roy Kiyoshi di unggahannya itu.
Di video itu, memang dia tak menyebutkan nama pesawatnya, namun dia bisa melihat jelas bakal ada kecelakaan pesawat penerbangan domestik di 2018 ini.
Penglihatan itu dilihatnya di akhir 2017 lalu.
“Saya melihat ada ledakan di ketinggian, ada suara-suara berisik,” ujarnya sembari menirukan suara berisik pesawat saat di udara.
“Satu pesawat, lalu jatuh ke air. Saya bisa dengar jelas suara ledakan airnya,” lanjutnya.
Baca: Video Pretty Asmara Sebelum Meninggal Dunia, Jenguk Dong Aku di Sini, Nggak Kangen Apa
“Ada ledakan api di awan, terus suara ledakan air,” papar Roy Kiyoshi lagi seraya memperagakan pesawat jatuh ke air.
“Terjadinya di penerbangan domestik?” cecar Vicky Prasetyo lagi.
“Saya lihatnya penerbangan dalam negeri, ada api nyata di awan,” jawab Roy lagi.
“Kira-kira kenapa tuh penyebabnya? Ada kelihatan juga nggak?” tanya Vicky Prasetyo.
“Kapan terjadinya?” tanya Vicky Prasetyo lagi.
“Saya melihatnya di akhir tahun, dan beritanya bakal bikin kaget banget,” tutup Roy.
(banjarmasinpost.co.id/yayu fathilal)
Hotman Paris Soal Jatuhnya Lion Air: Keluarga Korban Siapkan Gugatanmu Besar-besaran
Hotman Paris Hutapea kembali mengungkapkan kejanggalan yang dapat dijadikan alasan untuk keluarga korban jatuhnya Lion Air JT610.
Pengacara senior ini mengatakan, lima orang teman dari puterinya adalah penumpang pesawat Lion Air yang sama yaitu PK-LQP, saat berangkat dari Denpasar menuju Jakarta, Minggu (28/10/2018) sore.
"Kesaksian lima orang temannya putri saya yang berangkat dari Denpasar menuju Jakarta dengan pesawat yang kecelakaan tersebut hari Minggu sore harusnya pesawat berangkat jam 7," kata Hotman.
Baca: Penyelam Temukan Badan Pesawat Lion Air Jadi Serpihan Kecil, Juga Jenazah di Puing-puing
Para saksi, ujar Hotman, mengaku merasakan sudah ada keanehan di dalam pesawat itu.
"Akan tetapi pesawat yang sama besoknya berangkat lagi dan terjadilah kecelakaan," katanya.
Pengacara yang banyak bergerak di bidang hukum internasional ini pun kembali mengimbau para keluarga untuk menyiapkan gugatan ke pabrikan pembuat pesawat itu, Boeing.
"Keluarga korban siapkan gugatanmu besar-besaran. Ambulance chaser dari Amerika datang kesini para pengacara untuk menggugat pabrikan.
Baca: Istri Pasha Ungu Posting Foto Pramugari Lion Air, Ada Kisah Sedih di Baliknya
Masyarakat Indonesia harus berani jika pemerintah tidak tegas. Minggu ini harus ada tersangka. Tegakkan hukum di negara yang sangat mahal keadilan," ucapnya.
Pada unggahan sebelumnya, Hotman Paris menduga ada kelalaian manajemen dalam kasus jatuhnya Lion Air PK-LQP saat melayani rute Jakarta Pangkalpinang atau JT-610.
Dugaan ini muncul setelah Menteri Perhubungan Budi Karya membebas tugaskan Direktur Teknis Lion Air Muhammad Asif.
Dia digantikan Muhammad Rusli sebagai Pelaksana Tugas Direktur Teknik Lion Air.
Catatan teknis pesawat nomor penerbangan JT-43 rute Denpasar-Cengkareng menyebutkan data kecepatan pesawat saat mengudara pada instrumen kapten pilot tidak dapat diandalkan.
Bahkan data ketinggian yang tertera pada instrumen kapten pilot dan kopilot berbeda.
"Teridentifikasi instumen CAPT (kapten) tidak dapat diandalkan dan kendali diserahkan ke FO (first officer/kopilot). Kecepatan udara NNC tidak dapat diandalkan dan ALT tidak cocok," sebut catatan penerbangan JT-43.
Meski demikian, kru pesawat memutuskan untuk meneruskan penerbangan dan mendarat dengan aman di Cengkareng.
Dikutip dari Tribun Jabar, penumpang pesawat Lion Air PK-LQP, Supriyanto Sudarto dan Diah Mardani, menceritakan pengalamannya saat menaiki pesawat tersebut dari Denpasar menuju Jakarta.
Seperti yang diketahui, pesawat Lion Air PK-LQP adalah pesawat JT 610 yang mengalami kecelakaan dan jatuh di Perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10/2018) pagi.
Dalam acara Indonesia Lawyer Club (ILC) TV One, Supriyanto Sudarto meyakini pesawat yang dinaikinya adalah pesawat nahas yang masih dicari puing-puingnya itu.
"Ada saya lihat di tutup roda pesawat depan, LQP, ada rekan yang memfoto juga," ucapnya dalam ILC yang tayang pada Selasa (30/10/2018).
Supriyanto Sudarto mengatakan keberangkatannya sempat diundur selama hampir dua jam.
Keberangkatan dari Denpasar menuju Jakarta diundur dari pukul 19.30 menjadi pukul 21.50.
Sekitar pukul 21.15, kata Supriyanto Sudarto, penumpang sudah diminta menaiki pesawat.
Sebelum menaiki pesawat tersebut, Supriyanto Sudarto melihat beberapa orang ada di sekiatr pesawat.
Orang-orang tersebut tampak sibuk, bahkan sempat menaiki pesawat tersebut.
"Saya enggak tahu itu repair atau apa, yang jelas ada kegiatan di bawah pesawat tersebut," kata Supriyanto yang saat itu duduk di bagian depan pesawat.
Supriyanto mengatakan cuaca relatif cerah ketika akan lepas landas.
Kemudian saat pesawat mulai mengudara, Supriyanto mendengar suara yang janggal.
Supriyanto juga menjelaskan pesawat sempat mengalami perubahan ketinggian yang cukup signifikan.
"Pas naik ada anjlok, naik lagi, anjlok lagi. Kami tidak tahu (penyebabnya)," ucapnya.
Perubahan ketinggian pesawat itu juga dirasakan oleh penumpang lainnya, Diah Mardani.
Diah Mardani mengatakan pesawat juga mengalami guncangan hebat.
"Mulai take off, langsung naik lalu turun, lalu naik lagi, dan turun lebih kencang dan pesawat berguncang," kata Diah.
"Semua teriak Allahu Akbar," lanjutnya.
Diah Mardani mengatakan guncangan hebat tersebut baru pertama kali dialaminya.
Kemudian, Diah melihat seseorang mengenakan seragam putih-biru yang diduga sebagai awak pesawat mengambil suatu benda dari koper.
Diah Mardani mengatakan selama perjalanan lampu seatbelt tidak pernah dimatikan.
"Di perjalanan, saya dan teman saya mencium bau seperti gosong, kaya kampas rem atau kabel," katanya.
Hal tersebut menambah kekhawatiran dan membuat Diah Mardani semakin tegang.
"Tapi bau tersebut tidak lama dan perlahan hilang."
Diah Mardani menyebut pilot tidak memberikan pengumuman informasi akan segera mendarat.
"Biasanya kan ada informasi sekian menit lagi akan sampai," ucapnya.
Guncangan kembali terasa saat pesawat mendarat.
Setelah merasakan pengalaman yang menegangkan, Diah Mardani sempat berpikir pesawat yang dinaikinya kemungkinan tidak akan digunakan lagi.
Diah Mardani mengaku sangat bersyukur bisa mendarat dengan selamat.
"Setelah keluar kita sangat bersyukur, bahkan kita saling nangis lah. Karena saat guncangan itu sudah terbayang bagaimana kalau pesawat ini jatuh. Mudah-mudahan tidak terjadi lagi," ucapnya.
Diah Mardani mengaku saat itu hidupnya hanya beberapa jengkal dari maut.
Pesawat Lion Air PK-LQP jenis Boeing 737 MAX 8 yang sempat dinaiki oleh Diah dan Supriyadi itu memang sempat mengalami masalah teknis.
Namun, masalah tersebut sudah diselesaikan dan pesawat dinyatakan layak terbang.
"Memang ada laporan mengenai masalah teknis. Dan masalah teknis ini sudah dikerjakan dengan prosedur dan maintenanceyang dikeluarkan pabrikan pesawat," jelas Edward Sirait
Ia juga menegaskan bahwa hingga posisi kemarin Minggu (28/10/2018), sebelum berangkat, pesawat dinyatakan layak terbang oleh engineer yang memiliki wewenang untuk merilis pesawat.
"Saya yakinkan bahwa pesawat ini dirilis terbang oleh engineer kami," tegasnya.
Lion Air juga baru membeli dan menjadi perusahaan penerbangan pertama di Indonesia yang menerbangkan pesawat tersebut.
"Baru kami terima 13 Agustus 2018. Sampai di Jakarta 13 Agustus 2018. Dan kami terbangkan untuk komersial 15 Agustus 2018. Pesawat ini, pesawat baru, generasi terbaru Boing 737-Max 8," ujar Edward Sirait. (*)