Sederet Fakta Menarik TikTok, Sempat Diblokir tapi Kini Kalahkan YouTube, Facebook, hingga Instagram

Dalam satu bulan pada Oktober, ada 3,81 juta orang yang meng-install TikTok untuk pertama kalinya.

Tech in Asia
Aplikasi TikTok 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - TikTok bangkit kembali. Setidaknya, itulah yang terjadi pada aplikasi berbagi video ini.

Pemerintah Indonesia sempat memblokir aplikasi TikTok pada Juli 2018 lalu.

Alasannya, aplikasi ini dianggap memuat konten kurang pantas.

Sepekan setelah diblokir, TikTok kembali bisa diakses.

Setelah itu, aplikasi ini tak terbendung dan semakin populer, bahkan ke Amerika Serikat.

Kini TikTok menjadi aplikasi mobile yang paling banyak di-install netizen negeri Paman Sam.

Layanan asal China itu berhasil mengalahkan Facebook, Instagram, YouTube, dan Snapchat dari segi jumlah unduhan dalam sebulan terakhir.

Bisa dibilang inilah definisi dari ungkapan “yang muda yang berjaya”. 

Baca: Cuplikan Single Agnez Mo dengan Chris Brown Hadir di Aplikasi Tiktok

Menurut data firma analis SensorTower, TikTok meraup pangsa pasar 42,4 persen dalam hal peng-installan bulanan pada 30 Oktober lalu.

Pangsa pasar itu digabungkan dari Apple App Store dan Google Play Store. 

Dalam satu bulan pada Oktober, ada 3,81 juta orang yang meng-install TikTok untuk pertama kalinya.

Angka itu mengalahkan Facebook yang hanya mampu meraup 3,53 juta instalasi.

Kendati begitu, TikTok masih lemah jika dilihat dari tingkat interaksi (engagement) pengguna.

Menurut Apptopia, engagement TikTok hanya 29 persen, berbeda dengan Facebook yang mencapai 96 persen. 

Aplikasi populer lainnya pun memiliki tingkat engagement tinggi, adalah Instagram, YouTube, dan Snapchat, yang masing-masing 95 persen, sebagaimana dihimpun KompasTekno, Selasa (6/11/2018), dari TechCrunch.

TikTok sejatinya baru berumur jagung, pertama kali didirikan pada September 2016.

Salah satu faktor yang memperkuat posisi TikTok adalah keputusannya meminang layanan serupa bertajuk Musical.ly pada 2017 lalu. 

Baca: Tik Tok Resmi Diblokir di Indonesia, Ini Alasannya

Menurut analis, TikTok membangun dinastinya untuk layanan video pendek berbasis musik.

Meski jalan tak selalu mulus karena kerap diterpa kontroversi, TikTok nyatanya mampu unjuk gigi. 

Hanya dalam dua tahun, TikTok mampu menggeser kemapanan posisi layanan-layanan lawas.

Popularitas TikTok baru dimulai sekitar pertengahan tahun ini, lantas terus menanjak hingga sekarang. 

Blokir Dicabut

Layanan berbagi video, TikTok, sudah bisa diakses kembali sejak Selasa (10/7/2018).

Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika sempat memblokir layanan tersebut selama sepekan, sejak Selasa (3/7/2018).

“Sudah dibuka blokirnya,” kata Plt Kepala Biro Humas Kominfo Noor Iza, via pesan singkat.

Ketika dijajal oleh KompasTekno sore ini, aplikasi TikTok memang sudah kembali menampilkan konten.

Dirjen Aptika Kominfo Semuel Pangerapan berharap TikTok bisa terus menjaga platform besutannya agar terbebas dari konten-konten negatif berbau pornografi, SARA, dan lain-lain.

Baca: Kalahkan WhatsApp, Inilah Aplikasi Tik Tok yang Tengah Viral di Jagat Medsos

“Itu yang kami harapkan, TikTok bisa memberikan konten yang inspiratif,” ujarnya.

Tampilan aplikasi TikTok setelah blokir dicabut, Selasa (10/7/2018).
Tampilan aplikasi TikTok setelah blokir dicabut, Selasa (10/7/2018). (KOMPAS.com/RESKA KOKO NISTANTO, YUDHA PRATOMO)

Meski sudah tidak diblokir, masih ada beberapa netizen yang belum bisa membuka TikTok.

Menurut Semuel, hal tersebut tergantung kecepatan masing-masing operator membuka blokir mereka.

Diketahui, tim manajemen TikTok telah sowan ke kantor Kominfo sehari pasca diblokir.

Mereka mengatakan siap mematuhi aturan yang berlaku di Tanah Air dan meningkatkan layanannya agar berdampak positif.

Beberapa janji TikTok adalah membersihkan konten-konten negatif di platfom berbagi video tersebut menjamin tak ada lagi konten serupa di masa depan, mempekerjakan 200 orang untuk mengawal konten negatif di Indonesia, serta meningkatkan batas umur pengguna dari 12 tahun menjadi 16 tahun. 

10 Juta Pengguna di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara yang penting bagi layanan berbagi video, TikTok.

Tak heran jika tim manajemen TikTok bergegas terbang dari China ke Indonesia, sehari pasca pemerintah memblokirnya.

“Di Indonesia kami punya 10 juta pengguna aktif bulanan,” kata SVP Bytedance, Zhen Liu, pasca pertemuan dengan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara di kantor Kominfo, Medan Merdeka, Jakarta, Rabu (4/7/2018).

Kominfo menerima kunjungan tim manajemen TikTok, membicarakan soal pemblokiran di Indonesia, Rabu (4/7/2018), di gedung Kominfo, Medan Merdeka, Jakarta.
Kominfo menerima kunjungan tim manajemen TikTok, membicarakan soal pemblokiran di Indonesia, Rabu (4/7/2018), di gedung Kominfo, Medan Merdeka, Jakarta. (Kompas.com/Fatimah Kartini Bohang )

Bytedance merupakan perusahaan induk TikTok yang sekaligus menaungi Musical.ly dan beberapa platform video lainnya.

Perusahaan asal China itu juga menanam modal di layanan agregator berita asal Indonesia, BABE.

Zhen Liu mengindikasikan basis komunitas TikTok di Indonesia bertumbuh positif, meski layanannya sendiri baru populer beberapa bulan terakhir.

Baca: Apa Penyebab ABG Ingin Cepat Tenar Melalui Tik Tok?

Karenanya, ia dan timnya berkomitmen untuk mematuhi aturan pemerintah agar bisa terus beroperasi.

“Kami ingin lebih baik lagi dalam menyediakan layanan yang menginspirasi masyarakat untuk berkreasi. Kami akan comply dengan aturan yang berlaku di Indonesia,” kata dia.

Adapun syarat dari pemerintah, antara lain, TikTok harus membersihkan konten-konten negatif dan menjamin tak ada lagi konten-konten serupa di kemudian hari.

“Kami juga meminta batas umur pengguna TikTok ditingkatkan, jangan 12 tahun. Kalau bisa juga ada tim khusus yang mengawal konten di Indonesia dan ada yang bisa cepat kami hubungi ketika ada masalah,” kata Rudiantara.

Zhen Liu mengiyakan syarat-syarat itu. Ia berjanji meningkatkan batas umur pengguna menjadi 16 tahun.

Ia juga sesumbar baru saja merekrut 20 orang untuk menjadi “content moderator” di Indonesia.

“Hingga akhir tahun ini, kami targetkan ada 200 orang yang akan jadi content moderator,” ujarnya.

Fenomena TikTok bukan cuma di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia, terutama kawasan Asia.

Pada Juni 2018, pengguna aktif TikTok tercatat mencapai 150 juta.

Sepanjang kuartal pertama (Q1) 2018, TikTok mengukuhkan diri sebagai aplikasi paling banyak diunduh yakni 45,8 juta kali.

Jumlah itu mengalahkan aplikasi populer lain semacam YouTube, WhatsApp, Facebook Messenger, dan Instagram. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: TikTok Sudah Lampaui Facebook, Instagram, dan YouTube

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved