Dampak Buruk Menikahi Selingkuhan, Fakta Terungkap dari Penelitian

Penelitian tersebut mengungkapkan sebuah fakta mengenai nasib dari orang-orang yang menikahi selingkuhan mereka.

kompas.com/AntonioGuillem
Ilustrasi - Menikahi selingkuhan. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Banyak orang berpendapat bahwa orang-orang yang selingkuh lalu menikahi selingkuhan mereka, maka hubungan pasangan tersebut tidak akan bertahan lama.

Apakah benar demikian?

Sebuah penelitian melakukan riset terhadap orang-orang yang menikahi selingkuhan mereka.

Penelitian tersebut mengungkapkan sebuah fakta mengenai nasib dari orang-orang yang menikahi selingkuhan mereka.

Orang-orang yang menikahi selingkuhan mereka biasanya dilakukan setelah menceraikan istri mereka sebelumnya.

Perceraian kerap menjadi jalan bagi pasangan suami istri yang mengalami masalah.

Padahal, tak semua perceraian berawal dari masalah yang rumit dan tak bisa dipecahkan.

Perceraian kerap dijadikan pilihan terbaik bagi pasangan yang tak lagi bisa mempertahankan pernikahan mereka karena berbagai alasan.

Baca: Hasil Penelitian, Usia Rawan Wanita Tergoda untuk Selingkuh Setelah Menikah

Ilustrasi - Menikahi selingkuhan.
Ilustrasi - Menikahi selingkuhan. (shutterstock)

Jika dipaksakan, pernikahan yang sudah membuat tak nyaman tersebut justru akan mengancam psikologis, dan menjadikan satu di antaranya atau seluruhnya mengalami frustasi dan depresi.

Menurut data statistik, perselingkuhan memang jadi faktor perceraian.

Meski, itu tak dalam skala yang besar.

Beberapa kasus perceraian akibat perselingkuhan justru menemui ujung, bercerai kemudian menikah dengan selingkuhannya.

Hal itu sudah tak tabu lagi di dalam masalah perceraian.

Sayangnya, pernikahan yang berawal dari perselingkuhan tersebut, rentan berpisah lagi.

Melansir dari Leandibuys, pasangan yang menikah karena hubungan gelap, 75 persen di antaranya berakhir dengan perceraian setelah lima tahun mereka membangun rumah tangga.

Hal itu bukan karena adanya istilah karma, meski istilah tersebut kerap dilibatkan.

Alasannya, pasangan yang menikah dari hasil perselingkuhan, meski merasa bahagia, tetapi butuh berkali-kali lipat usaha untuk membangun kepercayaan satu sama lain, dan pemahaman satu sama lain.

Untuk pasangan yang menikah setelah mereka berselingkuh, kehidupan mereka seolah menjadi gairah baru.

Sehingga, keduanya merasa bahagia karena seolah menemukan hidup yang baru.

Ilustrasi - Menikahi selingkuhan.
Ilustrasi - Menikahi selingkuhan. (understandingrelationships.com)

Itu karena salah satu pihak yang dulunya berselingkuh akan merasa bahwa pernikahan terdahulunya tidak bahagia.

Sehingga, ia menemukan kebahagiaan setelah menikah dengan pasangan yang ia inginkan dan berhasil membuatnya jatuh hati.

Ia akan menyiarkan segala hal yang buruk dalam pernikahan sebelumnya, meliputi buruknya sifat pasangan, bagaimana pernikahan mereka tak pernah menemui bahagia, tidak merasa dihargai, dan masih banyak lagi.

Namun, frustasi dan kekecewaan justru akan datang dengan cepat.

Lantaran, beberapa kasus perceraian masih terus bergulir dan memaksanya berbagi ranjang dengan pasangan terdahulunya.

Sementara, hatinya seutuhnya untuk selingkuhannya.

Bahkan, saat mereka sudah memiliki anak dari pernikahannya yang terkhianati, mereka harus selalu memprioritaskan anak dan acara keluarga di atas selingkuhan yang sudah ia nikahi.

Menurut Dr Frank Pittman, psikiater dan penulis, seperti yang ditulis Divorces Source, banyak pernikahan yang berawal dari perselingkuhan, kembali berakhir dengan perceraian.

Ada beberapa alasan yang membuat pernikahan dari perselingkuhan tak bisa berjalan lebih lama lagi.

Itu karena adanya dinamika hubungan terlarang.

Satu atau kedua pasangan menyadari bahwa ia kehilangan lebih banyak dari yang sekarang ia rasakan.

Antara lain, hubungannya dengan pengorbanan.

Seseorang seringkali menemukan bahwa pengorbannya lebih besar karena harus berpisah dan jauh dari anak-anak.

Namun, keinginannya bahagia tak sepenuhnya terpenuhi.

Sehingga, muncul kebencian yang  berakhir dengan perasaan kecewa.

Paradoksnya, pengorbanan kadang menjadi alasan tentang sisa usia pernikahan.

Sementara, ada beberapa hal yang membuat pernikahan dari perselingkuhan akan berakhir.

1. Masih berstatus pasangan sah.

2. Merasa bersalah karena memecah sebuah keluarga sehingga akan selalu memandang dirinya rendah.

3. Perceraian menguras finansial dan emosional sehingga mudah meletup-letup.

4. Pasangan yang selingkuh terlalu mengandalkan kebahagiaan dari perselingkuhannya, dan kemudian tak terpenuhi lalu merasa kecewa.

5. Percaya bahwa orang yang pernah selingkuh kembali akan melakukan hal yang sama.

6. Romantisme memudar karena terlampau romantis saat selingkuh.

7. Selama proses perceraian, pasangan yang selingkuh mengakui kesalahannya dan imbasnya membuat pasangan barunya tak nyaman.

Fenomena Selingkuh

Fenomena selingkuh tak hanya terjadi di Indonesia, namun di seluruh dunia.

Beberapa artis Bollywood, misalnya, bintang top papan atas tersebut juga tergoda oleh daya tarik perempuan lain, di kehidupan pernikahan mereka.

Beberapa artis Bollywood yang diketahui berselingkuh, di antaranya Aamir Khan, Govinda, Akshay Kumar, Saif Ali Khan, dan Hrithik Roshan.

Fenomena selingkuh ternyata sudah terjadi sejak dahulu kala.

Dilansir The Talko, salah satu fenomena selingkuh yang melegenda adalah pada abad ke 44 SM yang dilakukan Cleopatra, sang Ratu Mesir Kuno dengan Jenderal Romawi, Marc Antony dan Julius Caesar.

Sedangkan, fenomena selingkuh lain dilakukan sang jenius, Albert Einstein.

Albert Einstein menikah dengan Mileva Maric pada 1903.

Namun selama menikah dengan Mileva, Einstein sudah selingkuh dengan banyak perempuan.

Merasa tak tahan dengan sifat Einstein yang tak setia, Mileva meminta cerai.

Pasangan itu resmi bercerai pada 1919.

Baru beberapa minggu setelah bercerai, Einstein menikah untuk kedua kalinya dengan Elsa, salah satu selingkuhannya selama menikah dengan Mileva sekaligus sepupunya.

Pernikahan keduanya tak lantas membuat Einstein taubat.

Ia tetap berselingkuh dengan banyak perempuan.

DIlansir Yourtango.com, para ahli menuturkan bahwa perselingkuhan wajar terjadi di hubungan pernikahan.

Sebanyak 35-45 persen pernikahan diwarnai perselingkuhan.

Apa yang membuat perselingkuhan menjadi hal umum dalam pernikahan?

Apakah itu memang sudah sifat fitrah manusia?

1. Menganggap pasangan tak lagi peduli

Sebagai orang yang masih berusia produktif, wajar apabila kehidupan sehari-harinya dipenuhi kesibukan.

Namun, kesibukan tersebut ternyata menjadi salah satu faktor paling banyak dijadikan alasan seseorang berselingkuh dari pasangannya.

Pasangan mungkin merasa bahwa kurangnya perhatian dari Anda. 

Itu bisa berarti ia merasa tidak lagi penting bagi Anda.

Pernikahan akan rentan ketika perhatian Anda berada di tempat lain.

Ketika Anda "jatuh cinta”, Anda memiliki indra batin akan selalu cukup untuk kekasih Anda, begitu juga sebaliknya.

Ketika hormon cinta awal berkurang, gerakan perhatian dan kasih sayang kecil membuat perbedaan besar, asalkan itu penting bagi pasangan.

Untuk mencegah perselingkuhan dilakukan pasangan, salah satu caranya adalah memberikan perhatian kepada pasangan sebaik mungkin di sela-sela rutinitas.

Anda bisa memberikan perhatian kecil berupa mengirim teks, telepon, atau mengirimkan makanan ke tempat kerjanya agar membuatnya merasa diperhatikan.

2. Peluang berselingkuh dengan rekan bisnis lebih besar

Menurut sebuah penelitian baru-baru ini, "Lebih dari sepertiga (36 persen) pria dan 13 persen perempuan mengatakan bahwa mereka menyerah pada godaan dalam perjalanan bisnis."

Sendirian tanpa seorang pun untuk diajak bicara, ditambah menikmati beberapa minuman, dan dalam situasi itu, faktor penghambat perselingkuhan seolah baur.

Jika ingin melindungi pernikahan, perkuat kesetiaan dan bicarakan beberapa masalah yang mungkin bisa menyebabkan suami selingkuh.

Anda juga bisa memberikan suami shock therapy dengan cara memberitahukan konsekuensi apa yang akan terjadi apabila suami nekat selingkuh suatu saat nanti.

Istri bisa membuat suami membayangkan betapa rasa sakit itu nyata apabila ia selingkuh.

3. Berasal dari keluarga yang hancur karena perselingkuhan

Jika Anda atau pasangan Anda berasal dari keluarga yang hancur karena perselingkuhan, itu bisa jadi risiko untuk perselingkuhan terjadi lebih tinggi.

Anda perlu melakukan perhatian ekstra jika suami berasal dari keluarga dengan sejarah berselingkuh.

Namun, itu bukan berarti Anda tidak boleh mencintai orang dari riwayat keluarga berselingkuh.

4. Pasangan tidak pernah memikirkan konsekuensi nyata

Jika pasangan belum mengalaminya secara pribadi, kemungkinan besar ia tidak dapat membayangkan dampak dari pengkhianatan pasangan.

Padahal, perselingkuhan bisa membuat Anda merasa seperti tidak tahu ke mana berpaling, siapa yang harus dipercaya, atau bagaimana mengatasi rasa malapetaka.

Lebih buruk lagi, orang yang biasanya bersandar sekarang adalah orang yang mengkhianati Anda (dan tampaknya tidak peduli sama sekali).

Belajar untuk percaya lagi merupakan tantangan besar bagi pasangan yang dikhianati.

Dan, Anda tentu tidak pantas menerima rasa sakit yang diberikan pasangan kepada Anda.

Baca: Polisi Dianiaya Istri dan Selingkuhan Istri Saat Tertidur, Dipukul Palu 3 Kg hingga Nyaris Tewas

5. Pasangan berpikir tidak ada yang akan mencurigainya

Statistik mengungkapkan bahwa 74 persen pria dan 68 persen perempuan mengakui bahwa mereka akan berselingkuh, jika mereka merasa bisa lolos begitu saja dan tidak ketahuan.

Itu menunjukkan bahwa orang-orang membayangkan (dan mungkin berfantasi tentang) hubungan di luar pernikahan akan melakukan perselingkuhan apabila ada jaminan perlindungan tidak ketahuan. (nakita.id/tribunnews.com)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved