Di ILC, Sujiwo Tejo Bocorkan Karakter Asli Ustaz Tengku Zulkarnain: Di Pers Itu Garang, Padahal. . .
Saat Sujiwo Tejo membocorkan karakter asli Ustaz Tengku Zulkarnain, seluruh penonton ILC TV One di studi tampak terdiam.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Seniman Sujiwo Tejo membocorkan karakter asli Ustaz Tengku Zulkarnain.
Sudjiwo Tejo menyampaikan hal tersebut saat menjadi satu di antara pembicara di Indonesia Lawyers Club atau ILC TV One bertema "Benarkah 41 Masjid Terpapar Radikal?".
Sujiwo Tejo membocorkan karakter asli Ustaz Tengku Zulkarnain setelah ia menyampaikan kategori penceramah.
Saat Sujiwo Tejo membocorkan karakter asli Ustaz Tengku Zulkarnain, seluruh penonton ILC TV One di studi tampak terdiam.
Hal tersebut sebagaimana dikutip TribunJateng.com dari akun YouTube Indonesia Lawyers Club, yang diunggah pada Selasa (27/11/18).
Mulanya, Sujiwo Tejo mengaku kebingunggan dihadirkan dalam forum tersebut.
Lantaran, hanya dirinya yang seorang seniman.
• ILC TV One, Fahri Hamzah Sempat Menolak Berargumen ke Karni Ilyas
Sementara, narasumber lain adalah seorang ustaz.
Meski begitu, ia tetap menyampaikan uraiannya di forum ILC TV One bertema "Benarkah 41 Masjid Terpapar Radikal?" tersebut.
Sudjiwo mengatakan, ada beberapa kategori penceramah.
"Ada khatib yang tenang, adapula khatib yang tidak tenang, padahal keduanya ini berbeda, yang satunya tenang apa banyak sistem konflik lahan tapi nggak dilawan, tapi banyak para pendengar yang senang, makanya banyak temanku yang mengurusi konflik lahan, adapula yang ustaz keras padahal baik, hati-hati kita lihat radikalisme sama nggak, jangan-jangan semua itu radikal," ujarnya.
Sujiwo Tejo lantas memberikan analogi terkait gerakan radikalisme.
"Ceramah Khatib yang satu menenangkan tapi banyak orang miskin, yang satu khatib yang bikin nggak tenang karena harus ada yang diperjuangkan, melawan kemiskinan," ujar Sujiwo Tejo.
Mendengar pernyataan itu, Ustaz Tengku Zulkarnain, Ali Ngabalin, hingga seluruh peserta tampak fokus mendengarkan.
Tampak, para ustaz yang hadir di tempat tersebut, sepakat dengan pernyataan Sujiwo Tejo.
Setelah itu, Sujiwo Tejo menggarisbawahi pernyataan Agus Muhammad.
"Penelitian ini antara benar juga nggak, nggak benar juga nggak, tapi itu tidak dikutip wartawan, iya kan?" ujar Sujiwo Tejo yang disambut anggukan Agus Muhammad.
Setelah itu, Sujiwo Tejo membongkar karakter Ustaz Tengku Zulkarnain.
Ia menyebutkan bahwa sosok Ustaz Tengku Zulkarnain adalah orang yang lemah lembut dan pencinta seni.
"Saya melihat Ustaz Tengku Zulkarnian kayaknya begitu, tapi di awal ada musik, beliau main piano ternyata bisa, beliau juga bisa nembang juga, bisa tenang kan, tapi kalau di pers itu kok garang, padahal kenyataannya nggak," ujar Sujiwo Tejo.
Lantas, Sujiwo Tejo mengkritik pers.
"Di dalam tubuh negara, ada segumpal profesi. Kalau profesinya baik, baiklah semuanya, segumpal profesi itu termasuk timnasnya, termasuk wartawan," ujar Sujiwo Tejo.
Sujiwo Tejo mengaku bahwa dirinya kerap bercanda dengan Ustaz Zulkarnain, Ustaz Haikal, dan Ali Ngabalin.
"Saya sering bercanda dengan Ustaz Zulkarnain, Ustaz Haikal, dan Ali Ngabalin, tapi kalau saya lihat di pers, kok kayak orang nggak mau sama apa-apa gitu lho," ujarnya.
Diketahui sebelumnya, Juru Bicara Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto mengungkapkan, temuan soal 41 masjid di lingkungan pemerintah yang terpapar radikalisme, didapat dari hasil studi Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M).
Temuan tersebut diungkapkan Kasubdit di Direktorat 83 BIN, Arief Tugiman, dalam diskusi terkait peran ormas Islam dalam NKRI, di kantor Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) Jakarta, beberapa waktu silam.
Wawan menuturkan, hasil survei tersebut kemudian didalami lebih lanjut oleh BIN.
"Survei dilakukan oleh P3M NU, yang hasilnya disampaikan kepada BIN sebagai early warning dan ditindaklanjuti dengan pendalaman dan penelitian lanjutan oleh BIN," kata Wawan, saat ditemui di Restoran Sate Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (20/11/2018).
Kategori radikalisme tersebut, lanjut dia, dilihat dari konten yang dibawakan penceramah di masjid tersebut.
Ia menuturkan, terdapat sekitar 50 penceramah dengan konten yang menjurus radikalisme.
"Jadi, konten ceramahnya yang kita utamakan, karena itu kan setahun sudah ada daftar penceramahnya, kalau masjidnya sih nggak ada yang radikal, tapi penceramahnya," ucapnya yang dilansir dari Kompas.com.
Dia menuturkan, keberadaan masjid di lingkungan pemerintah seharusnya steril dari hal-hal yang berbau radikal.
Hal tersebut merupakan salah satu upaya BIN menjaga persatuan di Indonesia.
Ke depannya, BIN berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk melakukan pemberdayaan agar tercipta ceramah yang lebih sejuk.
"Hal tersebut adalah upaya BIN untuk memberikan early warning dalam rangka meningkatkan kewaspadaan, tetap menjaga sikap toleran dan menghargai kebhinekaan," ujar dia.
"Selanjutnya dilakukan pemberdayaan dai untuk dapat memberikan ceramah yang menyejukkan dan mengkonter paham radikal di masyarakat," sambung dia.
Tanggapan Jusuf Kalla
di ILC TV One, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengaku prihatin dengan hasil studi tersebut.
"Kalau membaca secara sederhana, ini studi yang sangat memprihatinkan. Kalau orang menyimpulkan sederhana, dia bisa mengatakan 41 masjid pemerintah radikal. Wah itu bahaya. Masjid pemerintah saja radikal apalagi di tempat lain," ujar Jusuf Kalla.
Jusuf Kalla mengatakan, studi tersebut belum matang dan perlu ditelusuri kembali.
"Jadi cara studinya mungkin kaidah-kaidahnya studinya perlu ditelaah kembali. tidak seperti itu."
"Karena, apalagi saya mendengar tadi ada radikal yang ringan, berat, pertama kali saya dengar istilah-istilah itu."
"Ya kalau radikal ya radikal, nggak ada ringan beratnya."
"Kemudian saya ingin jelaskan, kita harus hati-hati, jangan-jangan khotibnya mengerti, dalam rangka amar ma'ruf nahi mungkar di tulis radikal. Jangan disamakan pula, ini sama dengan survei pemilu. Dengan seribu orang mengatasnamakan sejuta orang."
"Kalau seratus masjid bisa mengatasnamakan semua mesjid, ini sangat prihatin."
"Tentu soal radikal, ya dalam konteks apa? mudah-mudahan ini hanya diskusi saja. pertama kali itu saya dengar kata terpapar (radikalisme)," ujar Jusuf Kalla.
Jusuf Kalla yang juga merupakan Ketua Umum Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (DWI) tidak setuju dengan pengambilan sample isi khotbah atau ceramah.
"Supaya diketahui, bahwa masjid itu, ada 34 ceramah per bulan. Karena umumnya masjid itu, habis dhuhur, ada kultum atau ceramah, Jumat tentu ada, jadi banyak sekali bukan hanya 4 kali saja sebulan."
"Masjid itu tidak radikal, yang dianggap berbicara keras itu diundang dari luar, bukan khatibnya masjid situ. Karena itulah maka, kalau anda buka data, lengkap siapa khatib yang mengisi," ungkap Kalla.
Jusuf Kalla menuturkan, ia telah membaca hasil studi P3M dan mengaku tidak paham mengapa kantor masjid di kantor Menko menjadi masjid yang paling dikatakan radikal.
"Jangan kita salah pengertian, dan itu berbahaya sekali, dan saya baca laporannya, yang radikal berat, justru kantor Menko, justru ingin membina bangsa ternyata radikal."
"Waduh, hati-hatilah membuat studi seperti itu. berbahaya untuk kita pahami."
• Di ILC TV One, Wapres Jusuf Kalla Beri Tanggapan soal Studi 41 Masjid Terpapar Radikalisme
Jusuf Kalla kemudian menuturkan, seusai mendengar studi survei yang mengatakan 41 masjid terpapar radikalisme, dewan masjid tidak begitu menanggapi secara serius dalam rapat besar.
Namun, pihaknya akan tetap memeriksa dan menindaklanjuti hasil temuan tersebut.
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Di ILC, Sudjiwo Tedjo Bongkar Karakter Asli Ustadz Tengku Zulkarnain