Reaksi Tengku Zulkarnain saat Disebut Radikal Tengah oleh Ketua P3M Agus Muhammad di ILC TV One

Reaksi Tengku Zulkarnain saat Disebut Radikal Tengah oleh Ketua P3M Agus Muhammad di ILC TV One

(Capture/YouTube/Indonesia Lawyers Club)
Tengku Zulkarnain 

Reaksi Tengku Zulkarnain saat Disebut Radikal Tengah oleh Ketua P3M Agus Muhammad di ILC TV One

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain angkat bicara soal hasil peneltian adanya masjid radikal.

Dilansir TribunWow.com, hal tersebut ia sampaikan melalui acar Indonesia Lawyers Club (ILC) TVOne yang tayang pada Selasa (27/11/2018).

Tengku Zulkarnain menyebut hasil penelitian Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) adalah abal-abal.

Di ILC, Sujiwo Tejo Bocorkan Karakter Asli Ustaz Tengku Zulkarnain: Di Pers Itu Garang, Padahal. . .

"Penelitian ini saya katakan abal-abal,".

"Enggak kelas lah, 100 masjid diawasi cuma 4 kali khutbah. Setahun 1 masjid itu 52 kali khutbah,".

"Dan satu masjid di Jakarta ini umumnya hanya 1-2 kali khutbah dalam setahun, kalau 4 kali khutbah, saya enggak akan masuk itu (sambil menunjuk ke perwakilan P3M), atau mungkin masuk diawasi dari 52 khutbah," ungkap Tengku Zulkarnain.

Pembawa acara, Karni Ilyas lantas menimpali, "Jangan-jangan kalau ikut di situ malah jadi radikal".

"Ternyata kan tidak semua BUMN coret, saya di masjid BUMN belum dicoret, sudah 19 tahun," jawab Tengku Zulkarnain.

"Tapi begitu direksi Garuda Indonesia berubah bulan lalu saya dicoret."

"Ini mungkin gara-gara penelitian abal-abal ini," imbuhnya disambut tepuk tangan penonton dan tawa dari Ketua DP P3M Agus Muhammad.

"Di Telkom, saya ngajar di Telkom lama, terus tiba-tiba setelah keluar penelitian ini setahun yang lalu dicoret, dibilang radikal," ungkap Tengku Zulkarnain.

Lebih lanjut, Tengku Zulkarnain mengatakan jika pihaknya tidak mencari makan dari khutbah.

"Kami ini enggak cari makan dari ceramah pak,".

"Saya cuma tabligh, enggak cari makan dari ceramah, istri saya pun menolak makan uang ceramah, saya bekerja profesional, auditor bank, ada duitlah, seperti buat makan enggak habis, enggak perlu sampai makan uang ceramah," imbuh Tengku Zulkaranen.

Tengku Zulkarnain kemudian mengaku kesal lantaran BIN mempercayai penelitian tersebut.

"Yang saya kesalkan, BIN percaya penelitian ini,".

"Sekelas BIN percaya penelitian ini, aduh..aduh..aduh, ini penelitian ini enggak laku kalau di Universitas Sumatera Utara, ini dibuang ke tong sampah bener."

"Meneliti itu mbok sekelas UI, sekelas UGM, gitu, libatkan majelis ulama, ormas Islam, Muhammadiyah, NU, ini NU juga bukan (nunjuk Agus), ditanya dari Rumah Kebangsaan? Enggak tahu dia siapa, jangan-jangan tuyul datang ke situ," sambung Tengku Zulkarnain disambut gelak tawa penonton dan Agus.

"Jangan begitu, ini menggegerkan nasional," imbuhnya.

Simak selengkapnya dalam video di bawah ini.

Sebelumnya, Agus Muhammad, selaku Ketua DP Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat menjelaskan proses studi sehingga menghasilkan data 41 dari 100 masjid pemerintah di Jakarta, terpapar radikalisme.

Kriteria objek yakni yang pertama berada di Jakarta, kemudian Masjid bukan mushola, yang ketiga ada kegiatan tambahan di luar sholat berjamaah.

Agus menuturkan dalam menstudikan 100 masjid, relawan sebanyak 100 diturunkan untuk merekam 4 kali khotbah Jum'at berturut turut dalam satu bulan.

Dalam menentukan relawan, Agus mengatakan pihaknya menentukan dengan rekomendasi dari orang-orang terpercaya.

"Tugas relawan, merekam khotbah jumat, yang kedua merekam videonya, untuk memastikan suara di audio dan videonya sama, dan yang ketiga adalah mengambil bahan gambar bacaan yang ada disana," ujar Agus.

"Nah hasil rekaman di analisis oleh lima orang yang mempelajari,".

Kemudian dalam menganalisis, Agus menuturkan ada lima hal kriteria menentukan masjid teridentifikasi radikal atau tidak.

"Pertama adalah sikap terhadap konstitusi nasional, NKRI, Pancasila, UUD 45, kemudian Bhineka Tunggal Ika,".

"Kedua, sikap terhadap pemimpin non muslim, karena kita sebagai negara yang sudah menyepakati, maka semua orang punya hak yang sama untuk menjadi pemimpin,".

"Kita ingin tahu sikap mereka terhadap agama yang lain, Yang keempat, kita ingin tahu sikap mereka terhadap kelompok minoritas, suku, adat, ya secara umum jumlah itu sangat minoritas,".

"Terakhir sikap mereka terhadap pemimpin perempuan seperti apa. Nah jika sikap mereka negatif, kita menganggap mereka sebagai radikal. Kalau semakin negatif sikapnya kita melihat itu semakin tinggi,".

Ada tiga level dalam menganalisis tingkat radikal yang dijelaskan Agus, yakni misalkan dalam pemimpin non muslim.

"Kalau level radikal rendah, sikap mereka tidak ikhlas non muslim menjadi pemimpin. Menurut saya ada potensi menjadi radikal,".

"Level sedang, dia sudah setuju untuk tidak boleh sama sekali (non muslim menjadi pemimpin). Untuk yang radikal tinggi, itu sudah memprovokasi," tutur Agus. 

Agus Muhammad, selaku Ketua DP Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat
Agus Muhammad, selaku Ketua DP Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (capture Tv One)

Lantas, Karni Ilyas bertanya kepada Agus Muhammad apakah ceramah Ustaz Tengku Zulkarnain termasuk kategori radikal atau tidak.

Kategori radikal yang dimaksud merujuk pada hasil studi yang dilakukan oleh P3M.

"Menurut Pak Agus, ini khutbah (Ustaz Tengku Zulkarnain) radikal enggak?" tanya Karni Ilyas.

"Radikal tengah saya kira," jawab Agus Muhammad sembari ragu-ragu dan tertawa.

Saat Agus mengatakan hal itu, kamera menyoroti ekspesi Tengku Zulkarnain yang tampak serius dan menyimak omongan sang ketua P3M.

Tampak tengku Zulkarnain mengangukkan kepala dua kali, sembari menggerakkan bibirnya ke kanan dan kiri dengan cepat.

Sementara itu, Karni Ilyas meminta penjelasan dengan menanyakan "Radikal menengah itu gimana?" kepada Agus.

Agus Muhammad mengatakan jika dirinya menangkap ada stigma dalam ceramah Ustaz Tengku Zulkarnain.

Kendati demikian, dirinya tidak menjelaskan lebih lanjut maksud dari stigma itu.

Dikatakannya, ceramah radikal itu diperbolehkan asal dilakukan di tiga wilayah, seperti wilayah pribadi, keluarga dan komunitas sendiri.

"Menangkap di sana ada stigma. Tapi poinnya begini, radikal itu boleh kalau di 3 wilayah, wilayah pribadi, keluarga, dan komunitasnya sendiri," ujar Agus Muhammad.

Menurutnya, jika ceramah radikal disampaikan di ruang publik akan menjadi permasalahan tersendiri.

"Kalau menyampaikan sesuatu orang lain itu di ruang publik itu menurut saya agak berat. Karena akan berhadapan dengan kelompok lain yang berbeda,"

"Pandangan saya itu terutama bagaimana pandangannya terhadap kelompok lain yang berbeda," tutur Agus Muhammad.

"Kalau itu bukan, kami tidak sampai kesana, menganilis khotbahnya, dan saya kira BIN (Badan Intelijen Negara) yang berhak menjawab," jawab Agus Muhammad.

"Tapi saya ingin menambahkan begini, saya tidak menyebut ini penelitian, tapi lebih tepatnya studi. Kesimpulan kami yang disampaikan, ini lebih bersifat indikatif ketimbang konklusif,"

"Artinya kami sadar betul bahwa ini tidak mungkin mewakili keseluruhan yang ada di sana, Ini jangan dilakukan generalisasi karena berbahaya,"

"Tetapi walaupun ini bersifat indikatif dan belum konklusif belum tentu yang kami temukan itu salah, atau belum tentu yang kami temukan itu cerminan dari realitas yang sebenarnya,"

"Bisa jadi realitas yang sebenarnya itu lebih parah atau bisa juga sebaliknya realitas yang sebenarnya itu lebih moderat."

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved