7 Mahasiswa Tewas Korban Longsor Pemandian Air Panas di Karo, Angin Kencang hingga Tembok Runtuh

7 Mahasiswa Tewas Korban Longsor Pemandian Air Panas di Karo, Angin Kencang hingga Tembok Runtuh

(KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO)
Ilustrasi longsor. 

7 Mahasiswa Tewas Korban Longsor Pemandian Air Panas di Karo, Angin Kencang hingga Tembok Runtuh

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, MEDAN - Sebanyak tujuh mahasiswa Universitas Prima Indonesia Medan tewas akibat longsor di lokasi pemandian air panas Daur Paris, di Desa Semangat Gunung, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Minggu (2/12/2018) sekira pukul 06.00 WIB pagi.

Mereka merupakan ikatan mahasiswa Karo, yang sedang mengadakan malam keakraban (makrab).

Saat itu tembok penahan tanah yang berada tepat di belakang joglo tempat mereka beristirahat tiba-tiba ambruk.

Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya Dikepung Polisi, Tawaran Pemkot Surabaya Ditolak

Berikut kronologi kejadian, seperti dikutip dari Tribun-Medan.com.

1. Tembok runtuh

Tribun-Medan.com mendapatkan keterangan dari seorang mahasiswa yang selamat bernama Ginting.

Menurut Ginting, tepat sebelum kejadian dirinya bersama tiga rekannya belum tertidur.

Posisi mereka kala itu sedang beristirahat dan membelakangi tembok. terdengar suara bergemuruh sebelum tembok runtuh.

"Kalau tanda-tandanya kami dengar ada suara seperti reruntuhan rumah gitu. Setelah itu, kami pun panik terus kami semua lari berpencar. Saya pun sempat jatuh juga," ujarnya.

Lantaran panik, Ginting mengaku tidak bisa membangunkan teman-temannya yang lain untuk ikut menyelamatkan diri.

2. Angin bertiup kencang

Mahasiswa lainnya Randa Christianta Purba mengungkapkan kejadian nahas tersebut terjadi sekira pukul 06.00 WIB pagi.

Ia mengaku tidak mengetahui secara persis bagaimana tembok setinggi kurang lebih tiga meter itu runtuh. Pasalnya, ia berada di lokasi joglo yang berbeda.

"Kalau awalnya saya tidak tahu persis, soalnya saya tidur di joglo sebelah. Tapi ini karena memang temboknya sepertinya tidak kuat menahan tanah yang di atas," ujar Randa.

Ia menjelaskan, sebelum peristiwa tersebut terjadi, angin yang ada di sekitar lokasi pemandian itu memang bertiup cukup kencang.

Selain itu, terpal penutup joglo tempat mereka beristirahat juga sempat terbang dua kali.

Ia menyebutkan, pada saat pukul 05.00 WIB dirinya masih terbangun karena mengecek para peserta makrab yang lain.

Namun, pada saat mulai tertidur sekira pukul 06.00 WIB, dirinya mendengar suara orang minta tolong.

"Tadi pas baru sejam tidur, tiba-tiba ada yang teriak bilang bang tolong bang tolong, langsung lompat aku, rupanya kulihat sudah banyak yang tertindih," ujar Randa.

3. Sebanyak 7 korban tewas

Adapun data yang diperoleh hingga saat ini untuk korban meninggal dunia yang telah teridentifikasi, yaitu;

1 Enjelita br Ginting (Perempuan)

2. Mones Aruan (perempuan)

3. Emiya Elisa Gita br Tarigan (perempuan)

4. Sartika Teresia br Pinem (perempuan)

5. Sindy Simamora (perempuan)

6. Elisa Sari br Sembiring (perempuan)

7. Kerin Julanaita br Bangun (perempuan)

Sementara itu terdapat sembilan korban yang mengalami luka-luka.

Seluruh korban saat ini sudah mendapatkan penanganan di Rumah Sakit Amanda, Berastagi.

Sebelumnya, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karo Martin Sitepu mengakui adanya kejadian tersebut.

Ia menyebutkan, sampai saat ini, korban akibat kejadian tersebut berkisar 16 orang.

"Tujuh korban meninggal, Sembilan lainnya cedera," katanya.

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved