Rocky Gerung Bikin Prediksi di ILC TV One, Dalam 84 Detik Terbukti Kebenarannya

Pengamat politik Rocky Gerung bikin prediksi di acara Indonesia Lawyers Club atau ILC TV One.

Twitter/@pppemudamuh
Ilustrasi - Rocky Gerung Bikin Prediksi di ILC TV One, Dalam 84 Detik Terbukti Kebenarannya. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Pengamat politik Rocky Gerung bikin prediksi di acara Indonesia Lawyers Club atau ILC TV One.

Hal tersebut ia sampaikan saat menjadi narasumber di acara ILC TV One yang tayang pada Selasa (4/12/2018) malam.

Rocky Gerung bikin prediksi terkait bakal muncul banyak interupsi yang akan dilayangkan kepadanya, selama ia berbicara.

Acara ILC TV One pada Selasa malam mengangkat tema "Pascareuni 212: Menakar Elektabilitas Capres 2019".

Awalnya, Rocky Gerung bertanya kepada pembawa acara ILC, Karni Ilyas, terkait durasi yang diberikan kepadanya untuk menyampaikan pendapat.

"Oke giliran saya, giliran saya berapa menit ya?" ujar Rocky.

"Pokoknya kalau habis saya bilang habis," balas Karni Ilyas.

Rocky Gerung Tanggapi Kolase Foto Jokowi-Prabowo di ILC TV One, Boni Hargens Bantah dan Sebut Rusak

Lantas, Rocky mengatakan bahwa dirinya akan menghitung jumlah interupsi, yang disampaikan narasumber lainnya.

"Karena saya mau hitung berapa interupsi nanti, mau saya subsidi saja," tutur Rocky.

Rocky kemudian menyampaikan pendapatnya soal Reuni Akbar 212, yang sudah digelar di Monas pada Minggu (2/12/2018) lalu.

Awalnya, dirinya menyayangkan sejumlah media yang terkesan tidak memberitakan acara Reuni Akbar 212.

Padahal, menurutnya, momen Reuni Akbar 212 sudah menjadi monumen.

"Kita diingatkan bahwa Reuni 212 itu sesuatu yang memang sebut saja momennya memang 2016, tapi kemudian dia menjadi monumen dipindah dari momen menjadi monumen," jelas Rocky Gerung.

Tak hanya itu, dirinya mengatakan bahwa Reuni Akbar 212 menjadi reuni akal sehat.

"Itu soalnya, karena itu saya sebut bahwa 212 itu, lepas dari segala macam interpretasi, itu adalah satu reuni akal sehat. Kalau bukan karena akal sehat, itu ada orang iseng ngasih komando, selesai itu istana di depan, berantakan itu Jakarta."

"Jadi ada kepemimpinan intelektual, ketertiban orang percaya bahwa ide bisa menghasilkan perubahan, ide itu diperlihatkan oleh jumlah, ide yang menjadi jumlah, dia berubah dari kuantitas menjadi kualitas," ujar Rocky.

Rocky juga menyayangkan banyak pihak yang meributkan soal jumlah peserta Reuni Akbar 212.

"Jadi ngapain bicara tentang jumlah, kalau itu sudah menjadi kualitas akan diingat sebagai kualitas. Tentang apa, protes terhadap ketidakadilan," tutur Rocky.

Saat Rocky menyampaikan pendapatnya, pengamat politik Boni Hargens tiba-tiba menginterupsinya.

"Saya boleh nanya bung Rocky ya?" ujar Boni Hargens.

"Bener kan saya bilang, interupsi pertama silakan," timpal Rocky Gerung.

Setelah Boni Hargens selesai memberikan argumennya, pembawa acara Karni Ilyas mengingatkan agar Boni tidak memotong saat orang lain berpendapat.

"Baik, Boni jadi saya ingatkan, ketika ada ngomong, kita pun tidak interupsi setiap orang ngomong anda interupsi," ujar Karni sembari mempersilakan Rocky kembali menyampaikan pendapatnya.

"Saya hitung tadi saya baru 84 detik bicara, dia (Bony) sudah interupsi satu setengah menit," kata Rocky.

Belum selesai Rocky memberikan penjelasan, Ketua DPP Partai Nasdem, Irma Suryani Chaniago tampak menginterupsinya.

"Rocky Gerung, Rocky Gerung, Rocky Gerung," ujar Irma Suryani.

"Oke interupsi kedua, silakan," balas Rocky.

Setelah Irma selesai berpendapat, Karni Ilyas mengingatkan agar pembahasan tetap fokus pada tema.

"Kita tetap tema ini aja, jangan balik-balik," kata Karni Ilyas.

Tak berhenti sampai di situ, pendapat Rocky Gerung terus mendapat interupsi dari Irma dan Bony.

Bahkan, politisi PAN Dedi Gumelar alias Miing juga ikut dalam perdebatan.

Setelah debat sengit antarnarasumber, Rocky pun melanjutkan argumennya.

Tonton, videonya di bawah ini.

Komentari Foto

Pengamat Politik, Rocky Gerung, dan Pengamat Komunikasi Politik, Effendi Gazali mengomentari foto kolase di Indonesia Lawyers Club atau ILC TV One.

Pada acara Indonesia Lawyers Club yang tayang pada Selasa (4/12/2018) malam tersebut, sebuah foto kolase diperlihatkan.

Foto yang ditampilkan pada ILC TV One itu memperlihatkan gambar calon presiden (capres) nomor urut 01 Joko Widodo dan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto.

Sementara, latar foto berupa potret aksi reuni 212 yang digelar pada Minggu (2/12/2018) di Monumen Nasional (Monas).

Selain ditanggapi oleh Rocky Gerung dan Effendi Gazali, mantan tim relawan Joko Widodo, Boni Hargens turut mengomentari tanggapan Rocky Gerung.
Dikutip TribunWow dari acara Indonesia Lawyers Club, Effendi tampak mengomentari kolase foto tersebut dengan sudut pandang yang cukup unik.

Sebagai pembicara pertama yang dipersilakan untuk menyampaikan gagasannya, ia memilih memulai pembahasan dengan melihat gambar kolase foto Prabowo dan Jokowi.

"Tapi kalau boleh mulai gambar yang di belakang tadi yang dipandu dengan lagu Sempurna-nya Andra dan The Backbone, kalau disorot lagi ke belakang itu."

"Gambar yang mempertemukan Pak Prabowo dan Pak Jokowi dengan latar belakang reuni 212 itu, gambarannya kurang lebih pertanyaannya begini, yang satu bertanya seberapa gugup Anda dengan reuni 212 ini, sedangkan yang satu lagi pertanyaannya kurang lebih seberapa greget sebetulnya, 212 ini untuk elektabilitas Anda selanjutnya," terang Effendi.

Effendi menilai, kolase foto tersebut sudah cukup menggambarkan tema yang diusung dalam episode tersebut.

"Itu kurang lebih, jadi terima kasih, gambar ini saja sudah mewakili apa yang harus dibicarakan pada malam hari ini," ungkap Effendi.

Diketahui, ILC TV One episode 4 Desember 2018 mengusung tema "Pascareuni 212: Menakar Elektabilitas Capres 2019".

Berbeda dengan komentar yang dilayangkan oleh Effendi terkait kolase foto tersebut, Rocky Gerung mengungkap bahwa foto tersebut adalah peristiwa sejarah.

"Kalau saya lihat caption (kolase foto Prabowo-Jokowi) itu yang di belakang saya, itu adalah peristiwa sejarah," ucap Rocky.

Rocky mengapresiasi stasiun TV One yang mendokumentasi dan menayangkan acara Reuni Akbar 212 pada Minggu (2/12/2018).

"Bayangkan misalnya kalau TV One, pada waktu itu gensetnya mati, listriknya korslet, maka enggak ada yang memberitakan peristiwa sejarah itu."

"Jadi kalau pers nasional tidak memberitakan itu, itu artinya pers memalsukan sejarah, karena orang enggak pernah tahu, ada satu peristiwa, mau dikasih nama apa saja itu, dengan kumpulan orang sebanyak itu, dengan ketertiban intelektual tapi tidak dimuat oleh pers," lanjutnya.

Rocky lantas menegaskan bahwa pers yang tidak memberitakan tentang aksi reuni 212, maka pers Indonesia telah melakukan penggelapan sejarah.

"Karena itu kalau saya lihat berita-berita itu, akhirnya pers kita itu sekadar jadi humas pemerintah, baca pers mainstream itu sama saja baca brosur pemerintah," jelas Rocky.

Rocky kemudian membandingkan kolase foto tersebut dengan kejadian lampau pada tahun 1963 di Washington.

"Bayangkan orang asing, kalau dia lihat video itu, imajinasinya ke mana? Monas itu imajinasinya pergi pada satu peristiwa tahun 1963 di Washington ketika Martin Luther King bicara tentang 'I Have a Dream' dalam pidato itu."

Kolase foto Prabowo Subianto dan Joko Widodo dengan latar belakang reuni akbar 212 di Monas dalam acara ILC, Selasa (4/12/2018)
Kolase foto Prabowo Subianto dan Joko Widodo dengan latar belakang reuni akbar 212 di Monas dalam acara ILC, Selasa (4/12/2018) (Youtube Indonesia Lawyer Club)

Rocky lantas menjelaskan kesamaan antara kolase foto Prabowo-Jokowi dengan kejadian tersebut.

"Persis sama itu fotonya itu, Martin Luther King di sebelah kanan dalam posisi Jokowi, dan itu jadi foto yang ada di mana-mana di semua galeri, di toko, di kafe," jelasnya.

"Jadi kita diingatkan jika 212 itu memang sesuatu yang sebut saja momen itu memang di 2016 gitu, tapi kemudian dia menjadi sebuah monumen dipindah dia dari momen menjadi monumen."

"Itu soalnya, saya sebut 212 lepas dari segala interpretasi, itu adalah suatu reuni akal sehat, kalau bukan karena akal sehat, ada itu orang iseng buat ngasih komando itu, selesai itu istana di depan itu berantakan itu Jakarta," lanjut Rocky.

Namun, pendapat Rocky yang menyamakan aksi 212 dengan Martin Luther King dibantah oleh pengamat politik, yang sekaligus mantan relawan Joko Widodo, Boni Hargens.

Menurutnya, gerakan 212 tidak bisa disamakan dengan langkah yang dilakukan oleh Martin Luther King.

Blak-blakan di TVOne, Ruhut Sitompul Protes Rocky Gerung Lebih Banyak Diberi Jatah Bicara

"Pertama, menganalogikan ini dengan gerakan Martin Luther King ini ada sebuah ketersesatan yang sungguh fatal, yang dilakukan oleh Luther King sebuah protes terhadap penindasan sebuah etnik, sebuah ras."

"Di sini pertanyaannya adalah 212 siapa yang ditindas di sana? Siapa yang menindas umat Islam di republik ini, 32 tahun orde baru itu adalah sejarah penghancuran terhadap hak-hak sipil dan hak politik masyarakat."

Artikel ini telah tayang di TribunWow.com dengan judul Sering Diinterupsi saat Berargumen di ILC, Rocky Gerung Beri Ucapan yang Disambut Tepuk Tangan

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved