Tsunami Pesisir Lampung
UPDATE TSUNAMI LAMPUNG - 1 Bocah Tewas di Tanggamus, Kondisi Pekon Kiluan Kelumbayan Terparah
Dalam peristiwa itu, satu orang meninggal dunia, empat rumah rusak, dan sekitar 85 perahu rusak.
Penulis: Tri Yulianto | Editor: Daniel Tri Hardanto
UPDATE TSUNAMI LAMPUNG - 1 Bocah Tewas di Tanggamus, Pekon Kiluan Kelumbayan Terdampak Terparah
Laporan Reporter Tribun Lampung Tri Yulianto
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KOTA AGUNG - Tsunami juga menerjang wilayah perairan Tanggamus.
Dalam peristiwa itu, satu orang meninggal dunia, empat rumah rusak, dan sekitar 85 perahu rusak.
Menurut Liskhori, anggota Taruna Tanggap Bencana (Tagana) wilayah timur, korban meninggal bernama Neni Muriati (4), warga Dusun Bandung Jaya, Pekon Kiluan, Kecamatan Kelumbayan.
"Saat kejadian, korban digendong ibunya. Begitu keluar dari rumah langsung dihantam ombak. Anak itu terlepas dari gendongan, terus ditemukan sudah meninggal," beber Liskhoiri, Minggu, 23 Desember 2018.
• UPDATE TSUNAMI LAMPUNG - Udin Menahan Tangis Saat Teringat Ibu dan Anaknya Masih Tertimpa Reruntuhan
Ia mengaku, akibat gelombang tinggi di empat kecamatan, dampak terparah di Pekon Kiluan.
Satu rumah milik Musaid, ayah Neni, hilang diterjang tsunami.
Lalu dua rumah rusak ringan milik Abaraham dan Matrudi, serta satu penginapan milik Rusdi.
Sekitar 70 perahu nelayan rusak.
Sedangkan di lokasi lainnya tidak terlalu parah.
Hanya perahu nelayan yang rusak, seperti di Kecamatan Cukuh Balak, Pekon Putih Doh, ada sekitar 10 perahu.
Di Kecamatan Limau, tepatnya di Pekon Tegineneng, ada lima perahu rusak.
• UPDATE TSUNAMI LAMPUNG - Warga GMP Kisahkan Detik-detik Tsunami Terjang Cottage Alau-Alau Laguna
Liskhoiri mengaku, mengeluarkan peringatan bahaya lewat pengeras suara musala dan masjid di wilayah Cukuh Balak.
"Saat dapat info air laut naik, langsung saya suruh masjid-masjid umumkan supaya warga lari ke gunung," ujar Liskhoiri.
Ia mengaku, itu tindakan evakuasi dini, untuk perempuan dan anak-anak diperintahkan pergi ke tempat lebih tinggi.
Sedangkan yang laki-laki tetap berjaga di sekitar rumah, guna mengantisipasi agar tidak terjadi penjarahan.
"Ombak besar sekali terjadi empat kali. Pertama besar, terus surut, dan balik lagi besar tiga kali. Setelah itu barulah ombak pasang biasa," ujar Liskhoiri.
Saat kondisi sudah aman sekitar pukul 03.00 WIB, warga sudah diperbolehkan kembali ke rumahnya. (*)