Tsunami Pesisir Lampung

UPDATE TSUNAMI LAMPUNG BANTEN - Jenazah Gitaris Band Seventeen Herman Membengkak dan Membiru

Jenazah Gitaris Band Seventeen Herman Membengkak dan Membiru. Demikian dikatakan Tommy Kurniawan

Editor: taryono
Insatgram/hermanseventeen
Gitaris band Seventeen, Herman Sikumbang, semasa hidup 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Jenazah gitaris band Seventeen, Herman Sikumbang, yang jadi korban tsunami di Banten, Sabtu 22 Desember 2018, membengkak dan membiru.

Demikian dikatakan  pesinetron Tommy Kurniawan, sahabat terdekat Herman Sikumbang.

Tommy Kurniawan, menjadi salah yang turut membantu proses pengiriman jenazah Herman ke kampung halamannya di Ternate, Maluku Utara.

UPDATE TSUNAMI LAMPUNG - 5 Korban Meninggal di Lampung Selatan Belum Teridentifikasi

Herman yang merupakan gitaris band Seventeen diketahui menjadi salah satu korban meninggal dunia pada peristiwa bencana tsunami Banten dan Lampung, Sabtu (22/12/2018).

Menurut Tommy Kurniawan, keluarga mendiang Herman juga istri Herman, Juliana Moechtar, kebanyakan berada di luar Jakarta. Karena itu, proses pengurusan jenazah Herman pun dilakukan oleh para sahabatnya di Jakarta.

"Pokoknya sekarang fokus menyiapkan yang di sini karena Herman hampir ga ada keluarga di Jakarta. Uli pun demkian. Hanya kita keluarga dia di Jakarta, sahabat-sahabatnya ini," terang Tommy Kurniawan saat Grid.ID temui di rumah duka Komplek DPR-RI, Kalibata, Jakarta Selatan, Minggu (23/12/2018) malam.

Untuk penyambutan jenazah Herman di Ternate pun dikatakan Tommy sudah ada kawan yang bersiaga.

"Di Ternate juga sudah ada kawan kita yang siap menyambut untuk pemakaman. Hanya itu yang bisa kita lakukan untuk sahabat kita," tambahnya.

Ahli Vulkanologi Jelaskan 4 Kemungkinan Penyebab Tsunami yang Menghantam Pesisir Lampung dan Banten

Tommy pun mengatakan kini pihaknya tengah mengusahakan agar jenazah Herman bisa segera tiba dan diterbangkan ke Ternate.

Kondisi jenazah Herman pun disebut sudah mengalami bengkak dan berwarna biru.

"Sekarang kita lagi kejar betul supaya ga terlalu lama karena kita update terakhir udah bengkak-bengkak gitu Hermannya. Kita..., duh, Ya Allah..."

7 Menit Tertidur, Udin Ahok Kaget Tsunami Hantam Rumahnya, Ibu dan Anaknya Masih Hilang

"Pokoknya maksimal sampe bandara itu 4 jam, jam 5 pagi karena kan kita kasian ya kondisinya sudah bengkak-bengkak, sudah biru," kata Tommy lagi.

Tommy pun menyebutkan saat ini sudah mempersiapkan formalin dan peti untuk jenazah Herman Sikumbang.

"Kita pengen secepatnya lah makanya ini formalin udah alhamdulillah udah sampe, kita lagi proses formalin abis itu langsung dibawa ke sini petinya juga sebentar lagi nyampe. Pokoknya kita proses semuanya sesegera mungkin," pungkas Tommy Kurniawan.

Kemungkinan Penyebab Sunami

Volkanolog ITB Dr Mirzam Abdurachman mengungkap 4 kemungkinan terjadinya tsunami di  di pesisir Selat Sunda telah menelan ratusan korban jiwa.

Berdasarkan data sementara yang dihimpun posko BNPB hingga Minggu (23/12/2018) pukul 16.00 WIB, tercatat 222 orang meninggal dunia, 843 orang luka-luka dan 28 orang hilang.

Gelombang tsunami ini menimbulkan banyak pertanyaan, apa penyebab sebenarnya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menduga ada dua peristiwa yang memungkinkan menjadi pemicu gelombang tsunami di sekitar Selat Sunda tersebut, yakni aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau dan gelombang tinggi akibat faktor cuaca di perairan Selat Sunda.

 Ibu Hamil 6 Bulan Tersapu Tsunami: Saya Merasa Hidup Akan Berakhir

Namun hal itu pun masih dalam penyelidikan oleh pihak tertentu.

Sementara itu, Volkanolog ITB Dr Mirzam Abdurachman dalam keterangan tertulisnya mengatakan bahwa aktivitas Gunung Anak Krakatau ini terus menggeliat akhir-akhir ini, lebih dari 400 letusan kecil terjadi dalam beberapa bulan terakhir.

"Letusan besar terjadi pukul 18.00 WIB dan terus berlanjut hingga pagi ini. Bahkan letusannya terdengar hingga Pulau Sebesi yang berjarak lebih dari 10 km arah timur laut seperti di laporkan tim patroli," katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (23/12/2018).

Menurutnya, gunung yang terletak di tengah laut atau yang berada di pinggir pantai seperti Gunung Anak Krakatau ini sewaktu-waku sangat berpotensi menghasilkan volcanogenic tsunami.

" Volcanogenic tsunami bisa terbentuk karena perubahan volume laut secara tiba-tiba akibat letusan gunung api," ujarnya.

Dikatakan, ada 4 mekanisme menyebabkan terjadinya volcanogenic tsunami.

 Sampaikan Duka untuk Tsunami Lampung Banten, Kemenpar Aktifkan TCC dan Siap Pulihkan Tempat Wisata

Pertama, kolapnya kolom air akibat letusan gunung api yang berada di laut, mudahnya seperti meletuskan balon pelampung di dalam kolam yang menyebabkan riak air di sekitarnya.

Dua, pembentukan kaldera akibat letusan besar gunung api di laut menyebabkan perubahan kesetimbangan volume air secara tiba-tiba.

Menekan gayung mandi ke bak mandi kemudian membalikannya adalah analogi pembentukan kaldera gunung api di laut.

"Mekanisme satu dan dua ini pernah terjadi pada letusan Krakatau, tepatnya 26-27 Agustus 1883. Tsunami tipe ini seperti tsunami pada umumnya didahului oleh turunnya muka laut sebelum gelombang tsunami yang tinggi masuk ke daratan," katanya.

Tiga, material gunung api yang longsor bisa memicu perubahan volume air di sekitarnya.

Tsunami tipe ini pernah terjadi di Gunung Unzen, Jepang tahun 1972.

 UPDATE TSUNAMI LAMPUNG - Udin Menahan Tangis Saat Teringat Ibu dan Anaknya Masih Tertimpa Reruntuhan

Banyaknya korban jiwa saat itu hingga mencapai 15.000 jiwa disebabkan pada saat yang bersamaan sedang terjadi gelombang pasang.

Empat, lanjutnya, aliran piroklastik atau yang sering dikenal wedus gembel yang turun menuruni lereng dengan kecepatan tinggi saat letusan terjadi, bisa mendorong muka air jika gunung tersebut berada di atau dekat pantai. 

Tsunami tipe ini pernah terjadi saat Gunung Pelee, Martinique, meletus pada 8 Mei 1902.

Saat itu aliran piroklastik Gunung Pelle yang meluncur dan menuruni lereng akhirnya sampai ke Teluk Naples, mendorong muka laut dan menghasilkan tsunami.

"Volcanogenic tsunami akibat longsor atau pun aliran piroklastik umumnya akan menghasilkan tinggi gelombang yang lebih kecil dibandingkan dua penyebab sebelumnya, namun bisa sangat merusak dan berbahaya karena tidak didahului oleh surutnya muka air laut, seperti yang terjadi di Selat Sunda tadi malam," katanya.

Namun hal tersebut masih perlu dilakukan penelitian dan pendalaman lebih lanjut.

"Diperlukan penelitian lebih lanjut buat memastikan penyebab utama Tsunami di Selat Sunda," tutupnya.

---

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved