Tsunami Pesisir Lampung

UPDATE TSUNAMI LAMPUNG - 112 Korban Tewas, Kemendagri Bantu DVI Polda Lampung Identifikasi Korban

Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil Kementerian Dalam Negeri menurunkan tim ke lokasi bencana tsunami di Lampung Selatan.

Penulis: Dedi Sutomo | Editor: Daniel Tri Hardanto
Tribun Lampung/Dedi Sutomo
Petugas dan warga menemukan jenazah korban tewas dalam musibah tsunami Lampung di Pantai Wartawan, Minggu, 23 Desember 2018. 

UPDATE TSUNAMI LAMPUNG - Ada 112 Korban Jiwa, Kemendagri Kerahkan Tim Bantu DVI Polda Lampung Identifikasi Korban

Laporan Reporter Tribun Lampung Dedi Sutomo

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, RAJABASA - Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil Kementerian Dalam Negeri menurunkan tim ke lokasi bencana tsunami di Lampung Selatan, Rabu, 26 Desember 2018.

Mereka bertugas membantu tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Lampung dalam mengidentifikasi korban tewas dalam tsunami yang terjadi pada Sabtu, 22 Desember 2018 lalu.

Dengan menggunakan alat khusus, tim ini membantu mengidentifikasi korban melalui pemindaian sidik jari dan wajah.

“Hasil sidik jari korban nanti akan di-scanning, maka akan muncul data diri. Begitu juga dengan wajah. Scanning foto wajah, nanti akan mencari data korban pada server kependudukan,” terang Kepala Disdukcapil Lampung Selatan Edi Finandi.

UPDATE TSUNAMI LAMPUNG - Tsunami di Pesisir Lampung Selatan Baru Kali Pertama dalam 40 Tahun

Namun, kata Edi, sistem deteksi ini akan terkendala jika korban belum pernah melakukan perekaman data kependudukan.

Hasil scanning tidak akan bisa menunjukkan data kependudukan yang memiliki sidik jari dan tipe wajah sama.

112 Korban Jiwa

Berdasarkan data dari DVI Polda Lampung, total korban meninggal dunia dalam tsunami yang melanda pesisir pantai Lampung Selatan dan beberapa daerah lainnya mencapai 112 orang.

Dari 112 korban jiwa, 110 di antaranya sudah teridentifikasi.

Sedangkan dua korban meninggal sejauh ini belum bisa diidentifikasi.

“Hari ini tim berhasil mengidentifikasi enam korban meninggal dunia,” ujar Kabid Humas Polda Lampung Kombes Pol Sulistyaningsih.

Diperkirakan, korban meninggal masih mungkin bertambah.

Tim rescue dan SAR masih melakukan penyisiran kawasan pantai dan puing-puing reruntuhan rumah guna mencari kemungkinan adanya korban lainnya.

Pertama dalam 40 Tahun

Tsunami yang melanda wilayah pesisir Lampung Selatan merupakan yang pertama dalam 40 tahun terakhir.

Tsunami menerjang wilayah pesisir Lampung Selatan dan Banten pada Sabtu, 22 Desember 2018 lalu.

Menurut warga Pulau Sebesi, peristiwa itu adalah yang pertama dalam 40 tahun terakhir.

Sebelumnya tidak pernah ada tsunami yang menghantam pesisir pulau yang menjadi tempat permukiman warga.

UPDATE TSUNAMI LAMPUNG BANTEN - 430 Orang Meninggal Dunia, 1.495 Luka-luka, 159 Hilang

"Kalau yang besar seperti Sabtu kemarin baru pertama terjadi. Sebelumnya saat gempa Aceh memang air naik. Tapi, tidak sebesar saat ini," terang Khodijah, warga Pulau Sebesi yang dievakuasi dengan KMP Jatra III, Rabu, 26 Desember 2018.

Menurut Khodijah, terjangan tsunami yang terjadi pada Sabtu lalu terjadi dengan tiba-tiba.

Gelombang datang dengan suara gemuruh dan langsung menghantam kawasan pesisir pulau.

"Saat itu saya sedang nonton TV. Begitu ada suara bergemuruh dan ada yang berteriak ada gelombang tinggi, kita langsung mengungsi," kisahnya.

Warga mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.

Sebelum dievakuasi, warga Pulau Sebesi belum berani turun karena khawatir datangnya tsunami susulan.

"Kita belum berani turun. Masih takut akan ada tsunami susulan," kata Mirja, warga lainnya.

Ribuan Warga Dievakuasi

Ribuan warga Pulau Sebesi dan Pulau Sebuku dievakuasi ke Bakauheni menyusul erupsi Gunung Anak Krakatau, Rabu, 26 Desember 2018.

Sejak akhir pekan kemarin, debu vulkanik dari aktivitas Gunung Anak Krakatau menyelimuti pulau.

Suara letusan Gunung Anak Krakatau pun terus terdengar sepanjang hari.

"Sekarang debu Gunung Anak Krakatau menyelimuti pulau, dan suara letusannya semakin kuat. Karenanya, kita minta dievakuasi, khawatir dengan aktivitas Gunung Anak Krakatau," kata Suganda, warga Pulau Sebesi yang dievakuasi.

Pengungsi asal Pulau Sebesi dievakuasi dengan menggunakan KMP Jatra III, Rabu, 26 Desember 2018.
Pengungsi asal Pulau Sebesi dievakuasi dengan menggunakan KMP Jatra III, Rabu, 26 Desember 2018. (Tribun Lampung/Dedi Sutomo)

Abdul Raham, warga lainnya, mengaku setiap kali ada suara letusan selalu diikuti dengan kilat yang menakutkan.

Pemandangan seperti itu, imbuhnya, sebelumnya tidak pernah terjadi, meski aktivitas Gunung Anak Krakatau meningkat.

"Kondisinya sangat mencekam. Debu Gunung Anak Krakatau mulai menyelimuti Pulau Sebesi. Suara gelegar letusan juga sangat kuat," kata dia.

Aktivitas Gunung Anak Krakatau itulah yang membuat warga Pulau Sebesi meminta dievakuasi ke darat.

Ribuan warga Pulau Sebesi dan Pulau Sebuku sudah diangkut dengan menggunakan KMP Jatra III, KM Trisula, dan KM Sabuk Nusantara. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved