Tribun Bandar Lampung

Mahasiswi UIN Raden Intan Lampung Diduga Dicabuli Oknum Dosen

SH, oknum dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, diduga mencabuli mahasiswinya sendiri.

Penulis: Bayu Saputra | Editor: Daniel Tri Hardanto
Tribun Lampung/Bayu Saputra
Sejumlah mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung menggelar aksi, Jumat, 21 Desember 2018. Mereka menuntut pihak kampus mengambil tindakan tegas terkait kasus dugaan pencabulan yang melibatkan oknum dosen. 

"Kami terima karena memang itu dua pertiga dari tuntutan kita. Terdakwa sendiri juga menerima," imbuh Kadek.

Pada persidangan yang lalu, JPU Kadek telah menuntut Chandra dengan hukuman dua tahun penjara.

"Kami tuntut dua tahun," ungkap Kadek, Senin, 19 November 2018.

Terkait pasal yang dibuktikan, kata Kadek, pasal 29 ayat 1 jo 66 tentang pencabulan.

"(Pertimbangan tuntutan) Karena dilakukan di tempat dan terdakwa mengakui perbuatannya," tegasnya.

Diketahui, oknum dosen FKIP Unila Chandra Ertikanto menjalani sidang perdana di Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjungkarang, Kamis, 27 September 2018.

Chandra duduk di kursi pesakitan PN Tanjungkarang lantaran telah melakukan tindakan pelecehan seksual terhadap mahasiswinya, DCL (21), warga Metro.

Mengenakan kopiah dengan setelan kemeja putih dan celana dasar warna hitam, Chandra nampak tertunduk lemas di sudut kursi terdakwa. 

Sidang tertutup ini hanya berlangsung 15 menit dengan agenda mendengarkan dakwaan yang dibacakan oleh jaksa penuntut umum (JPU) Kadek Agus Dwi Hendrawan.

Setelah itu, Chandra meninggalkan ruang persidangan dengan langkah cepat.

Ia berusaha menghindari kejaran awak media.

Dalam dakwaannya, JPU mengatakan, Chandra telah melakukan tiga kali perbuatan cabul terhadap DCL.

Pencabulan terjadi saat DCL menjalani bimbingan skripsi di ruangan terdakwa.

Kadek menjelaskan, perbuatan pertama dilakukan terdakwa terhadap DCL pada 13 November 2017 di ruangannya, lantai 3 Gedung L FMIPA Unila.

“Saat itu, terdakwa memerintah korban untuk mencari proposal milik orang lain sebagai contoh proposal bagi korban. Setelah menemukan contoh proposal, tiba-tiba terdakwa mengambil proposal tersebut. Namun, saat mengambil proposal tersebut dengan sengaja terdakwa menyentuh dada korban,” tuturnya.

Kejadian kedua pada 29 November 2017.

Saat itu korban ditemani rekannya mendatangi terdakwa di lantai 1 Gedung L untuk bimbingan skripsi.

Namun, lagi-lagi perbuatan yang sama terulang kembali.

“Korban hanya terkejut dan diam saja atas peristiwa ini,” imbuh JPU.

Puncaknya, lanjut JPU, terjadi pada 5 Desember 2017 pukul 10.00 WIB, juga di ruang kerja terdakwa di lantai 3 Gedung L FMIPA Unila.

Saat korban masuk ruangan, tiba-tiba terdakwa menutup pintu.

Terdakwa meminta korban untuk berjanji tidak marah atas perbuatannya yang tidak senonoh.

“Namun, korban menolak. Seketika terdakwa marah dan mengancam untuk tidak meluluskan korban jika tidak memenuhi kemauan terdakwa. Korban tetap menolak dan akhirnya pergi keluar ruangan terdakwa. Terdakwa mengatakan kepada korban agar tidak memberi tahu orang lain," bebernya.

Korban pun lari keluar gedung sembari menangis. (*) 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved