Tribun Lampung Selatan

Hari Ini, Gunung Anak Krakatau Meletus Sebanyak 48 Kali dengan Ketinggian Capai 1.500 Meter!

Sampai pekan kedua pasca letusan besar yang memicu terjadinya tsunami Selat Sunda, aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) terpantau terus menggeliat.

Penulis: Dedi Sutomo | Editor: Teguh Prasetyo
tribunlampung/dedi sutomo
Kondisi Gunung Anak Krakatau (GAK), Sabtu 5 Januari 2019 

Laporan Reporter Tribun Lampung Dedi Sutomo

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID , KALIANDA - Sampai dengan pekan kedua pasca letusan besar yang memicu terjadinya tsunami Selat Sunda, aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) terpantau masih terus menggeliat.

Dari data Magma VAR (Vulcanic Activity Report), pada Sabtu (5/1/2019) kemarin, sejak pagi hingga sore, GAK masih mengeluarkan letusan dan lontaran debu vulkaniknya.

Untuk letusan sejak pukul 06.00 wib sampai pukul 18.00 wib, tercatat ada 48 kali letusan dengan amplitudo 18-30 mm dan durasi 15-114 detik.

Gunung Anak Krakatau Masih Berstatus Siaga, Jalur Pelayaran Merak-Bakauheni Aman

Untuk hembusan kawah tercatat sebanyak 9 kali dengan amplitudo 9-22 mm dan durasi 30-110 detik.

“Juga masih terpantau adanya gempa mickro tremor (tremor menerus) dengan amplitudo 2-17 mm (dominan 7 mm),” terang Suwarno, petugas pos pantau GAK di Desa Hargopancuran.

GAK pun masih mengeluarkan semburan abu vulkaniknya.

Dimana teramati dengan intensitas tebal berwarna kelabu hingga hitam serta ketinggian mencapai 1.500 meter.

Namun tidak lagi terdengar suara dentuman letusan.

“Pagi awan debu dari kawah ini teramati memiliki ketinggian mencapai 1.500 meter. Sedangkan siang hingga sore teramati memiliki ketinggian 1.000 meter,” ujar Andi Suwardi, Kepala Pos Pantau GAK di Desa Hargopancuran.

Gunung Anak Krakatau Kembali Semburkan Lava Pijar, Gempa Embusan Tercatat 9 Kali

Hingga saat ini status GAK masih pada level III Siaga.

Dimana para pengunjung dan juga nelayan dilarang mendekati gunung dalam radius jarak 5 kilometer.

Sejauh ini untuk status GAK masih pada level III Siaga.

Dimana para pengunjung dan juga nelayan dilarang mendekati kawasan GAK dalam radius 5 kilometer.

GAK sendiri merupakan gunung api yang tumbuh di lokasi bekas letusan dasyat Krakatau pada 1883 silam.

Gunung api ini mulai muncul ke permukaan laut sejak tahun 1930 silam.

Sejak saat itu GAK terus tumbuh.

Selama kurun waktu 88 tahun kehadirannya, GAK terus menunjukan fluktuasi aktivitas vulkaniknya.

Sebelum mengalami erupsi hebat pada sabtu (22/12/2018) lalu yang memicu tsunami Selat Sunda, GAK sudah beberapa kali mengalami peningkatan aktivitas vulcanik.

Hingga Siang Gunung Anak Krakatau Masih Keluarkan 19 Kali Letusan

Tercatat terakhir GAK sempat mengalami erupsi cukup hebat pada bulan September 2012.

Dimana semburan debu vulkanik GAK sempat membuat heboh warga Bandar Lampung dan Pesawaran.

Pada tahun 2018 ini, GAK Mulai menunjukan peningkatan aktivitasnya sejak bulan Juni lalu.

Aktivitas gunung api di Selat Sunda ini terus mengalami pasang surut.

Dan puncaknya terjadi pada Sabtu (22/12/2018) lalu dengan adanya longsoran material ke laut yang memicu terjadinya tsunami Selat Sunda.

Pasca erupsi pada pekan lalu, GAK yang semula memiliki ketinggian 338 mdpl (meter dari permukaan laut).

Kini mengalami pengurangan ketinggian 2/3 badannya, saat ini ketinggian gunung api tersebut hanya 110 mdpl. 

(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved