TRIBUNWIKI KESEHATAN
Penanganan dan Gejala Disleksia pada Anak, Tanda-tandanya Berbeda Tergantung Jenis
Penyakit disleksia merupakan satu di antara penyakit mental pada anak-anak. Bagaimana gejala disleksia?
Penulis: Ridwan Hardiansyah | Editor: Ridwan Hardiansyah
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Penyakit disleksia merupakan satu di antara penyakit mental pada anak-anak.
Disleksia merupakan gangguan belajar pada anak, semisal kesulitan mengeja, membaca, dan menulis.
Bagaimana gejala disleksia?
Tak cuma kesulitan mengeja, membaca, dan menulis, pada beberapa anak, mereka juga sulit berbicara.
Anak dengan penyakit disleksia mengalami kesulitan mengeja atau membaca karena umumnya mereka melihat huruf maupun kata seperti terbolak-balik.
Misalnya, huruf "d" terlihat seperti "huruf "b.
Masalah itu dikaitkan dengan gen tertentu yang memengaruhi otak.
• Idap Disleksia, Anak Deddy Corbuzier Jadi Lulusan Terbaik
Adanya riwayat keluarga yang mengalami disleksia, disebut bisa menurun ke anak.
Sulit Dikenali Sebelum Anak Sekolah
Dikutip Kompas.com dari Mayo Clinic, tanda-tanda disleksia sulit dikenali sebelum anak memasuki usia sekolah.
Bahkan, ada yang tidak terdiagnosis selama bertahun-tahun.
Disleksia biasanya mulai terlihat ketika anak belajar membaca.
Terkadang, anak akan merasa malu di kelas karena tidak bisa membaca dengan baik.
Sementara, teman-temannya sudah sangat lancar membaca.
Meski begitu, ada beberapa tanda yang dicurigai disleksia sebelum usia sekolah.
1. Terlambat bicara
2. Lambat mempelajari kata-kata baru
3. Kesulitan belajar sejak kanak-kanak
• Kenali Tanda-tanda Anak Alami Disleksia
Namun jika muncul tanda-tanda di atas pada balita, hal itu belum dapat dipastikan bahwa anak mengalami penyakit disleksia.
Tanda-tanda disleksia mulai jelas terlihat ketika anak sekolah.
Gejala yang muncul pada setiap anak pun berbeda-beda, antara lain:
1. Kemampuan membaca di bawah rata-rata anak seusianya.
2. Sulit mengolah kata atau kalimat dan memahami dari apa yang ia dengar.
3. Sulit memahami instruksi dengan cepat.
4. Sulit mengingat sesuatu yang berurutan, misalnya urutan abjad.
5. Kesulitan melihat dan terkadang mendengar suatu persamaan dan perbedaan dalam huruf maupun kata.
6. Sulit mengeja
7. Sulit mengucapkan bahasa asing.
• Mengenal Disleksia, Gangguan yang Dialami Azka, Anak Deddy Corbuzier
Kondisi tersebut bukan berarti anak bodoh.
Penglihatan dan pendengaran mereka pun berfungsi dengan baik.
Mereka hanya bermasalah dengan huruf ataupun kata.
Tiga Jenis Disleksia
Disleksia umumnya terjadi pada anak yang menginjak usia 7 tahun hingga 8 tahun.
Dilansir Nova.grid.id, penyakit disleksia memiliki tiga jenis.
Setiap jenis memiliki gejala yang berbeda.
Berikut jenis dan gejala disleksia yang harus diketahui.
1. Disleksia Primer
Disleksia Primer adalah bentuk genetik.
Ini adalah bentuk paling umum dari disleksia.
Disleksia dalam kelompok ini biasanya mengalami masalah dengan identifikasi huruf dan angka, ejaan, membaca, aritmatika, pengukuran, waktu, instruksi, dan set keterampilan lain yang biasanya dilakukan oleh bagian otak kiri.
Disleksia ini adalah pemikir dominan yang menggunakan otak kanan.
Mayoritas penduduk dunia memproses informasi menggunakan otak kiri yang linear dan berurutan secara alami.
Mereka belajar paling baik dengan pendekatan selangkah demi selangkah.
Mereka melihat "hutan di depan pepohonan".
Dengan kata lain, mereka harus melihat kesimpulan apa pun sebelum mereka dapat melihat bagian, urutan, atau makna subjek.
Masalah untuk Disleksia ini adalah bahwa metode pengajaran umum di banyak sekolah di seluruh dunia, diselenggarakan terutama untuk siswa otak kiri.
2. Disleksia Sekunder
Disleksia perkembangan atau disleksia sekunder disebabkan masalah dengan perkembangan otak pada janin, yang menyebabkan gangguan kemampuan neurologis dalam pengenalan kata dan ejaan.
Kesulitan dan keparahan kondisi ini umumnya meningkat seiring bertambahnya usia.
Anak mungkin mengalami gejala disleksia selama masa kanak-kanak tetapi dapat berkinerja baik di perguruan tinggi jika mereka menerima instruksi yang tepat.
Anak-anak ini umumnya menanggapi phonics dengan baik.
3. Trauma Disleksia
Trauma Disleksia disebabkan penyakit serius atau cedera otak.
Gejala disleksia dapat berkembang karena kerusakan pada pendengaran akibat infeksi flu, pilek, atau telinga pada anak-anak kecil.
Anak tidak dapat mendengar suara dengan kata-kata atau "fonem".
Sehingga, mereka memiliki waktu yang sulit dengan mengeluarkan kata-kata, mengeja, dan belajar membaca.
Anak-anak yang lebih tua atau orang dewasa mengembangkan "Trauma Disleksia" dari penyakit otak atau penyakit yang memengaruhi kemampuan mereka untuk memahami bahasa.
Orang-orang ini biasanya dapat membaca, mengeja, dan menulis sebelum terjadinya trauma.
Ada berbagai jenis bacaan remedial dan program ejaan yang ditujukan untuk berbagai jenis masalah pembelajaran ini.
Untuk itu, jika anak diketahui memiliki gejala seperti yang disebutkan di atas, segeralah berkonsultasi dengan dokter agar lebih cepat ditangani.
Penanganan Disleksia
Sama seperti autisme, disleksia tidak bisa disembuhkan.
Tetapi, orangtua bisa melakukan terapi atau metode untuk melatih anak bisa berlaku normal di masyarakat.
Berikut, cara meningkatkan kemampuan belajar sang anak dengan penyakit disleksia, sebagaimana dilansir TribunJabar.id.
1. Menerapkan teknik pembelajaran yang sesuai dengan kondisinya
Pembelajaran akan lebih melibatkan kemampuan anak untuk mendengar, melihat, dan merasakan untuk meningkatkan kemampuan membaca.
Ini bisa dilakukan jika anak mengikuti home schooling.
Sementara jika anak mengikuti sekolah umum dan merasa tertinggal banyak pelajaran, orangtua bisa mendaftarkan anak ke tempat les khusus untuk membantunya membaca.
Hal yang terpenting, sesuaikan jadwal les dengan perkembangan belajar anak, setidaknya satu atau dua kali pertemuan setiap minggu.
Jangan membuat jadwal belajar anak semakin padat.
Hal itu justru akan membuat anak jadi malas dan enggan atau bahkan sakit.
Jangan lupa untuk selalu memantau perkembangan belajar anak di sekolah, menemani, dan membantu anak untuk menyelesaikan pekerjaan sekolahnya di rumah.
2. Mendukung anak untuk terus belajar membaca
Dukungan Anda sebagai orangtua sangat memengaruhi kemampuan membaca sang anak.
Selain itu, Anda dapat melakukan permainan tebak kata setelah selesai membaca buku.
Berikan rasa nyaman dan menyenangkan bagi anak saat membaca buku bersama.
Hal itu supaya anak tidak bosan atau menghilangkan perasan bahwa membaca adalah kegiatan yang menakutkan atau menegangkan.
• Gejala Alergi Telur pada Anak, Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya
3. Menunjukkan perhatian dan kasih sayang Anda sebagai orangtua
Puji dan berikan kasih sayang kepada anak atas keberhasilannya.
Kemudian, bantu anak untuk memahami kondisinya. (kompas.com/nova.grid.id/tribunjabar.id)