Kerap Salahkan Anak Saat Gagal Lakukan Sesuatu Picu Ragam Dampak Negatif
Anak kerap melakukan berbagai aktivitas, eksperimen karena rasa ingin tahu yang besar.
Penulis: Jelita Dini Kinanti | Editor: martin tobing
Laporan Wartawan Tribun Lampung Jelita Dini Kinanti
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Anak kerap melakukan berbagai aktivitas, eksperimen karena rasa ingin tahu yang besar.
Saat berbagai aktivitas itu dilakukan mungkin saja si kecil mengalami kegagalan.
Menurut psikilog Retno Riani, MPsi orang tua perlu menyikapi secara bijaksana saat anak gagal melakukan sesuatu.
Idealnya, anak jangan disalahkan karena dapat berimbas timbul rasa frustasi dan tidak mau berusaha mencapai tujuan.
"Justru orang tua harus mengajak anak untuk melakukan evaluasi dari kegagalan".
• Waspadai Telinga Sering Berdenging Gejala Kanker Nasofaring
"Bisa dengan bertanya apa penyebabnya, mencari solusi dan memberi dorongan semangat lagi ke anak," ujarnya
Bila perlu menurut Retno, evaluasi bisa melibatkan orang lain yang bisa bersikap objektif, terutama jika kegagalan sudah menyebabkan anak frustasi.
Dari orang lain itu akan diketahui apakah kegagalan karena kekeliruan dari anak atau orang tuanya.
Ia menambahkan, orang tua juga harus tahu kegagalan yang dilakukan anak terjadi karena kemampuan anak tidak sesuai dengan harapan orang tua.
Setiap anak memiliki batas kemampuan yang berbeda.
"Jadi orang tua harus tahu batas kemampuan anak sampai mana".
• Trik Atasi Anak Kecewa dan Marah karena Keinginan Tak Terpenuhi
"Setelah tahu jangan pernah memaksakan anak untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan batas kemampuannya.
"Orang tua harus bisa menerima batas kemampuan anak," ujar Retno.
Mengetahui batas kemampuan anak, orang tua bisa memiliki harapan atau memberikan target sesuai dengan batas kemampuan itu.
Selain itu, orang tua juga harus menjadi role model bagi anak.
Contoh saat orang tua ingin anak rajin salat lima waktu, orang tua harus melakukan hal serupa.
Menjadi role model juga bisa diterapkan pada anak yang masih balita.
Biasanya balita suka meniru apa yang dilakukan orang tua.
• DBD Renggut Nyawa Dua Warga Pringsewu
Selain menjadi role model, orang tua juga harus mengajarkan pada si balita agar bisa mengerti apa yang diinginkan orang tua.
"Misal orang tua ingin balitanya membiasakan diri membereskan mainan saat sudah selesai bermain".
"Agar keinginan itu tercapai, orang tua harus mengajarkan bagaimana cara membereskan mainan yang benar," kata Retno.
Begitu juga semisal anak sudah menempuh pendidikan formal. Tak ditampik, orang tua berharap anak mendapatkan nilai bagus di sekolah.
Tapi dalam praktiknya harapan terkadang tidak tercapai.
"Ada orang tua yang langsung marah pada anak dan menyalahkan anak karena tidak mau berusaha dan tidak rajin belajar".
"Cara seperti ini malah bisa menimbulkan dampak negatif ke mereka," kata Retno. (*)