Mobil Naik Rakit Tercebur ke Sungai, 5 Orang Sekeluarga Tewas

Mobil Naik Rakit Tercebur ke Sungai, 5 Orang Sekeluarga Tewas. Begitu melihat mobil korban masuk ke sungai, warga sekitar geger.

KOMPAS.com/ HANDOUT
Mobil Tumpangi Rakit di Sungai Wampu Sumatera Utara, Gasnya Terinjak Hingga Sekeluarga Hanyut Terbawa Arus 

Mobil Naik Rakit Tercebur ke Sungai, 5 Orang Sekeluarga Tewas

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Sebuah mobil yang menumpangi rakit untuk menyebrangi Sungai Wampu di Sumatera Utara tercebur.

Sopir mobil tersebut, Suyadi Kudo Kusmono (68) dinyatakan meninggal saat insiden tersebut.

Ada tujuh orang penumpang dalam mobil Daihatsu Taft yang menumpang di rakit tersebut.

Terdiri dari istri dan tiga anak Suyadi serta pasangan suami-istri, Kliwon (50) dan Nurhayati (48).

Kronologi Kecelakaan Maut Agya Terjepit Tronton Mundur di Tanjakan Gentong hingga Sekeluarga Tewas

Di tempat tinggal mereka, rakit atau "getek" masih menjadi alat transportasi untuk menyeberangi sungai.

Sementara Sungai Wampu terkenal lebar, dalam, berarus deras dan keruh.

Di lokasi kejadian tepatnya di Dusun V Stungkit, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat, rakit bukan hanya bertugas menyeberangkan kendaraan dan manusia, tetapi juga sebagai penghubung antar-desa.

Begitu melihat mobil korban masuk ke sungai, warga sekitar geger.

Sebagian berusaha menyelamatkan para korban.

Wardi (45), salah satu warga menduga, penyebab terceburnya mobil karena korban menginjak pedal gas saat akan mematikan mesin sehingga menimbulkan getaran yang membuat mobil berjalan saat berada di atas rakit.

"Korban semuanya warga sini.

Sore tadi, mobil baru bisa dievakuasi petugas dan masyarakat.

Tapi belum bisa diangkat ke darat, cuma diletakkan di pinggir sungai," ucap Wardi, Jumat (18/1/2019).

Kepala Dusun Sunardi memastikan dari tujuh penumpang, lima di antaranya ditemukan tewas di dalam mobil.

"Dua orang lainnya hanyut dibawa arus sungai dan belum ditemukan," ungkapnya.

Kelima korban tewas adalah Suyadi Kudo Kusmono, Sarimem (78), Sujoko Arta Winata alias Tata (4), Riski (9), dan April (4). Sedangkan korban yang belum ditemukan adalah Kliwon dan Nurhayati.

"Saya dapat informasi, rombongan ini rencananya mau ke Mandailingnatal mengantarkan Kliwon yang pindah rumah.

Jenazah korban sudah dibawa ke rumah duka, rencananya besok dikebumikan," kata Sunardi.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Langkat Iwan Syahri mengatakan, saat ini belasan personelnya berada di lokasi kejadian dan melakukan penyisiran sungai dengan perahu karet.

Para personel dibantu masyarakat dan Babinsa setempat.

"Air sungai sedang deras karena sedang turun hujan, keruh.

Kami bekerja sama dengan warga sekitar untuk mencari dua korban yang hanyut. 

BPBD Langkat akan mendirikan tenda darurat di sekitar lokasi tenggelamnya mobil," ucap Iwan. 

Camat Wampu, Syamsul Adha menyatakan kejadian serupa telah berulang terjadi, diduga karena pengoperasian belum sesuai standart penyeberangan. Camat mengaku sudah berkoordinasi terkait permasalahan ini.

"Bukan yang pertama ini (Tragedi Taft Maut). Sebelumnya pernah mobil pikup, dan truk, sepeda motor, saya rasa ada enam kali.

Cuma yang paling parah yang mobil Taft ini, sampai satu keluarga lima yang meninggal dan dua masih hilang. Sebelum-sebelumnya tidak pernah ada korban jiwa," katanya.

Saat ditanyai terkait tindakan pemerintah setempat, Syamsul Adha menjelaskan bahwa rencan pembangunan infrastruktur jembatan sudah ad sejak tahun 2016.

Namun, pihak Pemkab Langkat terbentur dengan kondisi masyarakat yang masih pro dan kontra pengadaan jembatan penyeberangan.

"Pembangunan jembatan sudah kami masukkan sejak tahun 2016.

Tapi di sini Kecamatan Wampu tidak ada, karena yang akses utama Bukit Melintang (ada lima desa). Kalau ini (Stungkit-Selayang Pulao) hanya jalan pemotong (alternatif) saja," katanya.

Lanjut Syamsul Adha bilang, di satu sisi ada pro dan kontra masyarakat tidak mau dibangunkan jembatan, alasannya rakit penyeberangan merupakan mata pencaharian dan lapangan pekerjaan maayarakat.

Padahal ada anggaran bersumber APBN, sehingga dibangun lah hanya satu jembatan yang di Desa Perhiasan.

"Jujur saja, satu hari rakit penyeberangan bisa memekerjakan 10 orang dan ada sampai tiga shift pagi hingga malam.

Dan seminggu bisa beda-beda mereka bergantian mengelolanya. Jadi sudah jadi urat nadi masyarakat setempat," ungkapnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul, "Seberangkan Mobil dengan Rakit di Sungai, 1 Keluarga Tewas Tenggelam"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved