Siapa Sosok Letjend Herindra yang Ungkap Jejak Masa Lalu Luhut di Timor Timur?

Siapa Sosok Letjend Herindra yang Ungkap Jejak Masa Lalu Luhut di Timor Timur?

Penulis: Heribertus Sulis | Editor: Heribertus Sulis
dok. Tribun Medan
Luhut Binsar Pandjaitan dan Letjen Herindra 

Ya. Sampai sekarang saya juga masih galak. Walaupun sekarang galaknya pakai ketawa, beda dengan dulu yang tidak pakai ketawa.

Tapi saya lebih suka memakai istilah tegas, konsisten dan disiplin, bukan galak. Sikap itu melekat dalam pribadi saya sejak dulu.

Sikap tegas seperti itulah yang menyelamatkan nyawa saya dan anak-anak buah saya berkali-kali dari berbagai tugas operasi.

Sebagai komandan, saya dulu termasuk yang paling sedikit kehilangan anak buah di medan perang.

Tidak hanya ketegasan, tapi sikap keras juga saya kedepankan saat menyiapkan mereka untuk tugas operasi. Saya tidak pernah kompromi untuk menggembleng mereka dalam latihan-latihan yang super berat.

Satu hal yang saya selalu tekankan pada para prajurit di bawah saya: lebih bagus kau mandi keringat di latihan daripada mandi darah kau di daerah operasi.

Karena kalau sampai itu terjadi nanti, yang akan kehilangan kamu adalah keluargamu, anak-istrimu.

Begitulah kehidupan kami sebagai tentara yang sebetulnya ujung-ujungnya adalah ketauladanan.

Oleh karena itu saya sebagai pimpinan juga berlatih dengan keras bahkan lebih, saya juga memanggul ransel seberat yang mereka panggul, dan kemungkinan kami mati tertembus peluru musuh di daerah operasi pun sama.

Dengan ketauladanan seperti itu, seorang komandan akan dihormati sebagai pemimpin, karena dia juga melakukan apa yang dia perintahkan pada para anak buahnya.

Sekarang mungkin sebagian dari kita menilai gaya bicara saya selalu kencang.

Bukan maksud saya mengumbar marah, tapi kalau saya sudah yakin bahwa sesuatu itu benar, saya tidak akan pernah mau mundur sejengkalpun dari keyakinan saya.

Prinsip yang juga saya pegang teguh adalah tentang kesetiaan. Maka saya tidak pernah akan mau menghianati atasan saya, teman saya, bawahan saya, apalagi NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan Sumpah Prajurit.

Karena sebagai perwira saya pikir konsistensi dan dignity itu penting.

Jadi kalau kita sekedar mau saja disuruh belok kiri belok kanan, hanya demi keuntungan pribadi, saya bilang di situ kita sudah tidak punya lagi harga diri, tidak punya lagi karakter.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved