Tribun Bandar Lampung
Kisah Andri Saprianto Membangun Usaha Batik Tulis Lampung
Andri Saprianto, yang membuka usaha galeri batik yang beralamat di Jalan Garuda No. 3 Pinang Jaya, Kemiling, Bandar Lampung
Penulis: Eka Ahmad Sholichin | Editor: wakos reza gautama
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Batik tentunya tidak asing bagi masyarakat di Indonesia secara umum dan Lampung secara khusus.
Bahkan batik saat ini sudah menjadi tren bagi kalangan masyarakat yang dipakai dalam acara-acara formal seperti pernikahan, perkantoran dan lainnya.
Hal tersebut akhirnya menggugah ide kreatif salah seorang pemuda Lampung yaitu Andri Saprianto, yang membuka usaha galeri batik yang beralamat di Jalan Garuda No. 3 Pinang Jaya, Kemiling, Bandar Lampung.
Batik yang diangkat oleh Andri merupakan batik tulis dengan mengusung nama Deandra Batik.
Di tempatnya tersebut dipekerjakan sudah sebanyak 15 orang dari warga sekitar dalam proses produksi batiknya tersebut.
Bahkan di tempat galerinya tersebut masyarakat umum bisa melihat proses pembuatan batik, produk batiknya seperti apa bahkan belajar batik tulis juga bisa yang setiap hari buka dari jam 8.00 WIB - 17.00 WIB
Andri yang sempat ditemui di galerinya menerangkan memilih batik tulis lebih kepada pemberdayaan untuk masyarakat sekitar dan itu nilai tambah karena kalau printing tidak ada namanya pemberdayaan manusia.
"Jadi sebenarnya itu. Di sini ada sekitar 15 orang yang membantu masyarakat sekitar. Jadi rasa syukur kami, ketika dapat orderan itu yang penting pegawai yang bekerja di sini bekerja setiap hari. Jangan sampai satu hari nganggur," paparnya, Selasa (2/4/2019).
• Melihat dari Dekat Bengkel Bordir dan Batik Printing Dekranasda Lampung Selatan
Karena secara tidak langsung di sini sebagai tempat mereka mencari uang sehingga menggantungkan di sini.
"Harapannya ke depan teman pecinta batik ataupun dinas-dinas yang suka memesan batik pesannya kepada orang Lampung walaupun bukan ke kami yang pasti yang dikerjakan di Lampung karena nilai tambah banyak sekali ini bukan ke pemilik tapi lebih kepada pengrajin," tuturnya.
Andri memilih usaha batik Lampung sebenarnya juga merupakan keresahan.
Dulu ia sempat ikut seminar dan pematerinya menyampaikan batik-batik Lampung begini-begini saja.
Menurut si pemateri itu, tutur Andri, kalau misalkan tidak dirubah 10 tahun yang akan datang akan begitu saja contoh tidak lepas dari siger, gajah, dan lainnya.
"Maka saya berpikir apa ya? karena background orangtua saya dari petani maka coba angkat komoditi / hasil bumi maka dari situ saya gambar kopi, lada, cokelat pisang muli pokoknya berhubungan dengan Lampung," jelasnya.
Proses pembuatan batik tulis menggunakan bahan kain katun yang dipesan di Jawa dan digambar. Setelah itu dicanting /dibatik dan dilakukan pewarnaan.
"Setalah diwarnai lalu dikunci warna ini ada obat khusus celup ke air, lalu direbus untuk membuang lilin. Kemudian dijemur dan lebih baik tidak dibawah terik panas matahari," paparnya.
Ia menceritakan Deandra Batik lahir bulan September tahun 2016 dan waktu itu ia pernah mengikuti pelatihan dari Dinas Perindustrian Provinsi Lampung yaitu mendesain motif-motif batik tulis khas Lampung.
"Nah dari situ awalnya tidak ada dasar di batik. Tiga hari ikut pelatihan akhirnya direkrut oleh batik Yasodada, pengusaha batik yang sudah cukup besar di Lampung untuk menjadi pendesainnya," katanya.
"Setelah itu bekerja sampai satu bulan. Tapi bekerja bukan pegawai resmi hanya pegawai lepas. Jadi kami sudah gambar. Gambar disetujui atau tidak itu terserah dari bosnya," sambungnya.
Akhirnya ia berpikir sudah gambar banyak tapi tak kunjung disetujui. Maka itu jadi keresahan tersendiri karena sudah banyak sekali tapi tunggu persetujuan dulu.
"Akhirnya saya berpikir kenapa tidak kita sendiri yang buka batik. Akhirnya saya coba cari dimana tempat beli alat dan obat-obat batiknya," katanya.
Ia pun kepikiran di Yogyakarta pasti ada. Tapi waktu itu ada kendalanya yaitu terbentur modal.
"Saya berpikir kemana nih cari modal. Waktu itu ada sertifikat rumah kita coba sekolahin dapat uang sekitar Rp 10 juta," kenangnya.
Akhirnya ia berangkat ke Yogyakarta mencari tempat-tempat itu tapi belum tentu ada kalau tidak berkeliling.
Sampailah Andri ke daerah Ngasem.
"Di situlah tempat ketemu alat-alat batik dan kebutuhan lainnya. Setelah dapat hari itu kita belanja dan besoknya pulang. Jadi hanya sehari saja hanya numpang tidur," kisahnya.
Ia akhirnya pulang ke Lampung dan memproduksi sampai sebulan dapat 20 kain.
Muncul masalah baru. Andri kebingungan memasarkan produk batik tulisnya.
"Jualnya kemana soalnya batik tulis targetnya tidak bisa ke sembarangan orang karena dari harga dan motif," ujar dia.
"Terutama dari harga itu kan mulai dari harga Rp 300 ribu paling rendah. Saya berpikir lagi bagaimana memasarkannya. Akhirnya coba kita tawarkan ke yang dulu memperkenalkan batik dari Dinas Perindustrian itu," katanya.
Ia tawarkan dan ternyata apresiasi bagus ternyata apa yang mereka programkan berhasil.
Dari situlah bergerak terus ke dinas yang membidangi seperti Dinas Koperasi yang memang membidangi usaha kita.
Mereka membantunya lumayan juga dari situ dipantau akhirnya menjadi mitra binaan BI, Telkom dan lainnya hingga sekarang.
"Untuk pasarnya sendiri akhirnya saya petakan setelah saya hitung-hitung dinas sepertinya cocok karena dua kali memakai batik dalam satu minggunya yaitu Kamis dan Jumat," tuturnya.
Berarti targetnya marketnya banyak sekali misalnya se provinsi jumlahnya sampai 35 lebih SKPD.
Satu dinas misal 100 orang kalikan saja belum perusahaan BUMN, bank-bank, dinas-dinas kabupaten-kabupaten.
"Nah itu kalau dihitung target marketnya luas juga. Saya tetapin target market kita di dinas. Nah itu lahannya pasarnya. Tidak sampai di situ, saya perluas pemasarannya ke orang-orang yang biasa biasa beli baju batik lewat Instagram. Jadi yang saya kuatkan Instagram semacam etalase bagi setiap pengusaha yang tidak punya tempat yang memadai," paparnya.
Ia menyatakan sebenarnya dengan dunia online sekarang harus menambah kreatif dan termotivasi. Walaupun tidak punya tempat memadai tapi orang bisa beli batik yang diproduksi.
"Misal lewat WA juga tidak mesti ke galery kita, nanti kirim via gojek. Kalau memang nanti tidak sesuai pilihan pulangkan saja nanti ongkos Gojek yang kita tanggung," pungkasnya.
(Tribunlampung.co.id/Eka Ahmad Sholichin)