Tribun Pringsewu

Minum Racun dan Setrum Gagal, IRT di Pringsewu Akhiri Hidup dengan Gantung Diri

Seorang ibu rumah tangga di Kabupaten Pringsewu nekat mengakhiri hidup dengan gantung diri.

Tribunlampung.co.id/Robertus Didik Budiawan
Warga melayat ke kediaman K Suparmi (52), warga RT 01/RW 02 Pekon Rejosari, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, yang ditemukan tergantung, Kamis, 4 April 2019. 

Minum Racun dan Setrum Gagal, IRT di Pringsewu Akhiri Hidup dengan Gantung Diri

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, PRINGSEWU - Seorang ibu rumah tangga di Kabupaten Pringsewu nekat mengakhiri hidup dengan gantung diri

K Suparmi (52), warga RT 01/RW 02 Pekon Rejosari, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, ditemukan tergantung di pintu kamar rumahnya, Kamis, 4 April 2019.

Kepala Pekon Rejosari Mispan membenarkan perihal tersebut.

Menurut dia, tubuh Parmi ditemukan sudah dalam posisi tergantung sekitar pukul 11.00 WIB.

"Ditemukan sudah meninggal, tergantung dengan kain," ungkap Mispan.

Menurut dia, petugas Polsek Pringsewu Kota juga sudah melakukan identifikasi di tempat kejadian perkara (TKP). 

Kapolsek Pringsewu Kota Kompol Eko Nugroho mengatakan, jasad Suparmi pertama kali ditemukan oleh suaminya, F Sartono.

"Pulang dari sawah mengetahui bahwa korban telah tergantung dengan menggunakan seutas tali yang terbuat dari kain warna hijau yang diikatkan pada kayu kusen pintu kamar korban," kata Eko.

Lantas, Sartono meminta pertolongan yang kemudian datang putranya membantu menurunkan dan memotong tali jeratan di leher korban.

Bunuh Diri di Pringsewu, Nenek Kaget Lihat Orang Tergantung di Dekat Pintu Kamar

Menurut Sartono, keadaan istrinya saat itu sudah lemas dan kondisi tubuhnya sudah dingin.

"Mengetahui informasi tersebut, petugas piket Polsek Pringsewu Kota bersama tim medis dari UPT Puskesmas Rejosari memeriksa jenazah korban," tambah Kapolsek.

Kapolsek mengungkapkan, hasil yang diperoleh dari pemeriksaan tersebut tidak ditemukan luka-luka pada tubuh korban. 

Berdasar keterangan suami dan putranya, pada April 2019 korban sudah dua kali melakukan percobaan bunuh diri.

Korban pernah mencoba minum racun hama.

Namun, upaya itu dapat dicegah suaminya. 

Setelah itu, korban juga pernah berupaya bunuh diri dengan menyetrum lengannya.

Upaya itu kembali digagalkan suaminya.

Dari informasi yang diperoleh, korban mengidap diabetes sejak 10 tahun silam.

Korban sering mengeluh sakitnya tidak kunjung sembuh.

Polisi Ungkap Penyebab Ibu Tiga Anak di Pringsewu Tewas Terbakar

Kasus Ketiga 2019

Diketahui, peristiwa kematian dengan cara bunuh diri sudah yang ketiga kalinya di Kabupaten Pringsewu dalam kurun 2019 ini.

Pertama kali, bunuh diri dilakukan oleh Jaka Ardiansyah (25), warga RT 002/RW 006 Pekon Sukoharjo 3 Barat Kecamatan Sukoharjo, Rabu, 13 Maret 2019 pukul 11.00 WIB. 

Jaka nekat bunuh diri karena sakit yang tidak kunjung sembuh.

Bunuh diri yang paling ekstrem dilakukan oleh Suherni (45), warga Dusun II Pekon Podomoro, Kecamatan Pringsewu, satu hari kemudian, Kamis, 14 Maret 2019.

Suherni nekat membakar dirinya karena diduga sudah putus asa dengan sakitnya yang tidak kunjung sembuh.

Psikolog Unila Diah Utaminingsih mengatakan, setiap orang mempunyai kerentanan yang berbeda-beda.

Kerentanan dimaksud dalam menghadapi masalah dan dalam menghadapi tekanan kehidupan. 

Seseorang yang mampu menghadapi masalahnya, kata dia, memiliki endurance atau daya tahan yang bagus.

Kemudian kemampuan untuk meregulasi diri yang bagus.

Selain itu, yang tidak kalah penting memiliki dukungan dari sekelilingnya.

"Emotional support memiliki peranan penting, di mana ketika seseorang merasa sendiri atau tidak mampu menyelesaikan masalahnya," ungkap Diah.

Seseorang yang sendiri, lanjut dia, ketika mendapatkan dukungan akan merasa bisa optimis kembali untuk menyelesaikan masalahnya.

Terkadang orang yang tidak bisa menyelesaikan masalah itu menganggap bahwa persoalan tersebut adalah akhir dari segalanya.

Dan merasa masalahnya sangat berat sekali sampai tidak mampu menanggungnya.

Orang-orang yang mengakhiri hidupnya itu cenderung orang-orang yang tidak bisa berbagi dengan orang lain terkait masalahnya.

Mungkin ditambah orang sekitar yang tidak paham dengan kondisinya. Memang, keterpedulian lingkungan itu jadi salah satu sistim yang sangat penting. (Tribunlampung.co.id/Robertus Didik Budiawan)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved