Tribun Metro
Kondisi Tak Fit Usai Sakit, Lifter Eko Yuli Irawan Raih Perunggu di Kejuaraan Asia Angkat Besi 2019
Eko Yuli Irawan kembali menambah koleksi medalinya. Namun, lifter 29 tahun itu harus puas dengan torehan perunggu pada Kejuaraan Asia Angkat Besi 2019
Penulis: Indra Simanjuntak | Editor: Teguh Prasetyo
Laporan Reporter Tribun Lampung Indra Simanjuntak
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, METRO - Eko Yuli Irawan kembali menambah koleksi medalinya.
Namun, lifter 29 tahun itu harus puas dengan torehan perunggu pada Kejuaraan Asia Angkat Besi 2019 di Ningbo, China, Sabtu (20/4/2019).
Juara Asian Games kelahiran Kota Metro itu dikabarkan dua kali gagal dalam angkatan snatch.
Sehingga dengan total angkatan 299 kilogram, sang pengembala kambing harus puas menempati peringkat ketiga kelas 61 kilogram putra.
Saman, ayah Eko, mengaku, putra sulungnya belum menampilkan performa terbaik.
"Dia baru telepon saja ngabarin. Saya belum tahu juga berapa total angkatannya. Tapi katanya dapat medali perunggu," tuturnya, Senin (22/4/2019).
Ia menilai, performa anaknya tersebut menurun dimungkinkan karena kondisi fisik yang belum maksimal.
Karena habis sakit sebelum berangkat ke China.
• Eko Yuli Irawan Raih Emas di Piala Dunia Angkat Besi, Sang Ayah Beri Komentar
Sehingga kondisi tersebut memengaruhi raihan yang didapat pada kejuaran dunia.
"Katanya sih habis sakit. Sakit apa belum tahu juga, apa virus apa namanya itu. Karena sekeluarga kena panas dingin sebelum berangkat itu. Apa karena nyamuk enggak tahu juga. Cuma memang katanya habis sakit," imbuhnya.
Meski demikian, Saman tetap berharap dan mendoakan Wawan terus menuai prestasi dan memberikan yang terbaik pada dunia angkat besi Indonesia.
Serta karirnya semakin moncer terutama dalam menghadapi Olimpiade Tokyo 2020.
"Karena itu kesempatan dia yang terakhir ya. Melihat usia juga. Dan memang dia mengincar itu sebelum pensiun. Jadi, kami sekeluarga pun berharap dukungan dan doa masyarakat Indonesia. Agar Eko sehat dan bisa memberikan yang terbaik," tuturnya.
Eko alias Wawan ditakdirkan menjadi lifter ketika dirinya menyaksikan sekelompok orang berlatih angkat besi di sebuah klub di dekat rumahnya.
Di sela-sela aktivitasnya menggembalakan kambing, lama kelamaan ia tertarik menjajal barbel.
Wawan harus melewati perjuangan dan pengorbanan panjang untuk menjadi atlet berkaliber dunia.
Bahkan untuk mewujudkan cita-citanya ia harus rela tinggal jauh dari keluarga sejak kelas 5 SD.
• Eko Yuli Irawan: Perlindungan BPJS Ketenagakerjaan Bukan Cuma Hak Atlet Peraih Medali
Berlatih di Bogor di bawah arahan tangan dingin Yon Haryono dan Joni Firdaus, bakat juara terus ditunjukkannya.
Pengorbanan meninggalkan keluarga sejak usia dini terbayar impas dan berbuah manis.
Pada kompetisi perdana tingkat junior tahun 2002 di Indramayu, ia langsung menyabet emas pada kelas 35 kilogram.
Prestasi demi prestasi pun akhirnya dicatatkan Wawan selepas torehan medali perdananya di Indramayu.
Hingga menyabet emas Asian Games 2018.
(tribunlampung.co.id/indra simanjuntak)