Taripudin yang Ditembak Mati Densus 88 Diduga Jaringan JAD Lampung
Taripudin yang Ditembak Mati Densus 88 Diduga Jaringan Jamaah Ansharut Daullah (JAD) Lampung
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Teroris asal Lampung, Taripudin, berubah perilakunya setelah hidup di perantauan di Bandar Lampung.
Ini diungkapkan Mantan Komandan Negara Islam Indonesia (NII), Ken Setiawan.
Taripudin tewas ditembak mati Densus 88, di Jalan Cluster The California, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jati Asih, Kota Bekasi, Minggu (5/5).
Taripudin merupakan bagian dari jaringan Jamaah Ansharut Daullah (JAD) Lampung.
Selain Taripudin, Densus juga membekuk IF alias Samuel, MC, dan AN.
Menurut Pendiri NII Crisis Center ini, Taripudin yang lahir dan besar di Lampung Utara, sebelum merantau dikenal oleh masyarakat sebagai orang yang baik, ramah, supel dan periang.
Namun, Ken mengisahkan, setelah merantau ke Bandar Lampung, Taripudin berubah total.
Ketika pulang lagi ke Lampung utara sikapnya berubah drastis, yang biasanya mau tahlilan, yasinan, dan jamaah bersama warga lain.
Tapi, imbuh dia, setelah merantau tidak lagi mau mengikuti kebiasan ibadah di daerahnya tersebut.
"Katanya bid'ah dan termasuk hal baru dalam agama, jika dilakukan akan mendapat dosa," tutur Ken kepada Tribunnews.com, Selasa (7/5).
Orang tua Taripudin pun sempat khawatir dan berpesan agar tidak usah ikut pengajian yang aneh-aneh karena nanti bisa tercuci otak dan menjadi teroris.
Tapi, lanjut dia, Taripudin bisa meyakinkan orang tuanya bahwa dia akan baik-baik saja.
"Karena dia hanya ingin ber-Islam secara kaffah kata orang tuanya," kutip Ken dari pernyataan orang tua Taripudin.
Taripudin sempat ijin merantau ke Papua bersama istrinya.
Tapi dia hanya betah beberapa bulan dan akhirnya kembali ke Bandar Lampung dalam kondisi istrinya hamil tua.
Di Bandar Lampung, lebih lanjut ia berkisah, Taripudin aktif ikut pengajian di salah satu masjid daerah Korpri.
Semakin lama, semakin berubah.
Tidak mau bergaul dengan kawan-kawan biasanya.
"Taripudin hanya mau berkumpul dengan kelompoknya saja," kisah Ken.
Dirasa tidak ada perubahan, Taripudin pun mengungkap ingin merantau ke Bekasi.
Namun sayang, belum lama di Bekasi, keluarga keget mendengar kabar, kalau Taripudin tertembak aparat saat mau melarikan diri dan melawan aparat.
Menurut Ken, Lampung sebagai daerah lintas cukup strategis bagi kelompok radikal, khususnya sebagai tempat berkumpul dan diskusi.
Tapi biasanya aksi amaliah mereka banyak lakukan di luar Lampung.
Jaringan ini sekarang punya konsep baru, walapun berbeda kelompok.
Akan tetapi punya kesamaan anti terhadap pemerintah. Karena itu kini mereka bersatu.
"Ini sangat berbahaya," jelas Ken.
Orang yang awalnya hanya intoleransi dan radikalisasi pemikiran, tapi karena termotivasi punya musuh bersama maka mereka bisa melakukan amaliyah dengan perlawanan atau aksi terorisme untuk memuaskan kegininan mereka.
Untuk itu Ken berharap sinergitas antara lembaga dalam menangani persoalan pencegahan radikalisme.
Baik itu Sekolah, Kampus, pesantrean dan ormas perlu sekali mendapatkan wawasan bahaya radikalisme.
"Sebab suatu saat ketika merantau bisa jadi ketemu dengan perekrut. Tapi bila sudah ada anti virus paling tidak bisa menolak ajakan dari perekrutan radikalisme," tegas Ken.
Karena dia mengingatkan, kalau sudah terekrut dan teradikalisasi pemikirannya, itu tingkat sakaunya lebih dari narkoba.
"Sebab menganggap apa yang dilakukan adalah kebenaran karena merasa bersumber dari Alquran. Jadi siap melakukan apa kata perintah pimpinan mereka termasuk bom bunuh diri pun siap di laksanakan," ucapnya.
Polisi mendapati dua buah bom rakitan dari terduga teroris yang tewas ditembak mati yakni T alias Taripudin yang merupakan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Lampung.
"Didapati dua buah bom rakitan dari casing botol parfum isi ulang ukuran 500 mili dengan bahan peledak TATP," kata Karopenmas Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (6/5).(tribunnews.com)