Ganjar Sebut Sosok Sengkuni yang Dalangi Kerusuhan 22 Mei di Jakarta, Siapakah Dia?
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menduga para perusuh pada aksi aksi 22 Mei di Jakarta dikendalikan oleh Sengkuni.
Penulis: Romi Rinando | Editor: Daniel Tri Hardanto
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menduga para perusuh pada aksi aksi 22 Mei di Jakarta dikendalikan oleh sengkuni.
Sengkuni ini adalah orang yang memprovokasi massa dengan narasi tertentu sehingga membuat mereka menjadi tidak percaya dengan pemerintah dan aparat keamanan.
Selain itu, adanya pengerahan massa tak dikenal dari luar Jakarta dan ditemukannya amplop berisi uang, batu-batu di sebuah mobil, dan senjata api membuktikan para perusuh ini dikendalikan oleh pihak tertentu yang memiliki niat tidak baik terhadap NKRI.
“Ada sengkuni yang memprovokasi, mereka ingin sesama anak bangsa berselisih, ada setingan tertentu yang sengaja membuat rusuh republik ini. Saya mengutuk keras pola-pola semacam ini. Polri dibantu TNI harus mengusut siapa yang mengotaki perusuh ini,” tegas Ganjar.
Ganjar menerangkan, sejak awal mendorong masyarakat untuk menerima apapun hasil pemilu dengan lapang dada, sportif dan kesatria.
Apabila ada yang tidak puas, konstitusi telah menyediakan jalur yakni menggugat ke MK.
"Kalau mengikuti mekanisme, rakyat akan tenang. Sayangnya ada yang memprovokasi dengan istilah people power-nya itu, massa kalau sudah di jalan kan mudah digosok, jadilah bentrok seperti ini,” katanya.
Melihat kondisi yang seperti itu, Ganjar mengajak seluruh elite politik untuk segera mengambil sikap.
Para tokoh politik, tokoh agama, tokoh masyarakat harus bertindak cepat untuk mengademkan suasana.
• Fakta-fakta Kerusuhan Aksi 22 Mei: Settingan, Massa Bayaran, hingga Ambulans Berisi Batu
• Fakta Menarik Seputar Ambulans Gerindra Berisi Batu di Lokasi Aksi 22 Mei
"Sekarang semua membutuhkan ketenangan batin, ketenangan hati. Maka saya saya minta para tokoh ayo segera mengademkan situasi dengan menunjukkan kedamaian. Kami rindu dan sangat berharap pak Jokowi dan pak Prabowo bisa bersalaman, berfoto bersama dan saling berangkulan untuk mendinginkan situasi ini," harapnya.
Para aktivis lintas kalangan DIY bertemu untuk menyikapi peristiwa kekerasan dan kerusuhan yang terjadi di sejumlah titik pada tanggal 21 - 22 Mei 2019.
Setidaknya ada sekitar 96 aktivis lintas kalangan, baik dari kalangan Keraton Yogyakarta, Puro Pakualaman, Akademisi, Seniman, LSM, Lawyer, Buruh, Pegiat Sosial, Pengusaha, seperti Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi, Gusti Pangeran Hario Wijoyo Harimurti, Catur Benyek Kuncoro, G Djadug Ferianto, Nana Ke Justina,
Para aktivis lintas kalangan ini sepakat menyatakan sikap untuk mengurung beberapa tokoh antagonis perwayangan, seperti Sengkuni, Pendeto Durna, Aswatamo, Kartomarmo.
Penyataan sikap para aktivis di Jogja ini disimbolkan dengan memasukkan tokoh-tokoh wayang tadi ke dalam sebuah kurungan.
Widihasto Wasana Putra, Inisiator dari kegiatan ini mengungkapkan jika dari beberapa tokoh pewayangan yang diambil masing-masing menandakan elit-elit politik yang memiliki sifat-sifat jahat yang membuat kegaduhan pada 21-22 Mei 2019.
Dari sifat-sifat tokoh pewayangan yang diambil, ada yang memiliki sifat suka menghasut, memprovokasi, fitnah, ngeyel, yang saat ini ada di panggung perpolitikan negeri ini.
"Sengkuni siapa silakan ditafsirkan sendiri. Kami tidak perlu mengulang secara verbal, itu menjadi kewenangan polisi. Kalau di Kurawa ada 100 antagonis, ini perwakilan, ada yang suka hasut, fitnah , ngeyel, sosok itu ada di panggung politik."
"Untuk simbolnya kita masukan ke dalam kurungan, dimana kita memintanya aparat untuk memproses secara hukum," terangnya di lobi Kantor DPRD DIY pada Kamis (23/5/2019).
Menurutnya, dalam aksi yang dilakukan kemarin, sudah ada yang mendesain dan menyeting agar aksi yang dilakukan menjadi rusuh. Yang mana kemudian elit politik tersebut membangun framing adanya kemenangan palsu.
• Momen Humanis Anggota Brimob Video Call dengan Anaknya Saat Amankan Aksi 22 Mei
"Tuntutan masyarakat meminta TNI-Polri menangkap dalang otak penyangga dana. Memang di sana ditemukan batu, ada yang dibayar, senjata dan yang lainnya. Ada narasi politik untuk menggerakkan massa, memang di dorong terjadinya korban untuk membangun keprihatinan massa," ungkapnya.
Catur Benyek Kuncoro, yang merupakan Dalang Muda menerangkan jika tokoh Sengkuni sendiri bagi dalang bukan lagi orang yang jahat, tapi sang maha julik.
Sengkuni menurutnya tidak berpikir tentang kemanusiaan, yang terpenting adalah cita-citanya bisa tercapai.
"Sengkuni ini haus akan kekuasaan, dari negara Gandara. Dalam cerita pewayangan berpasangan dengan Pendeta Durna, yang punya misi khusus tidak murni mengajarkan kebaikan tapi bernegosiasi," terangnya.
Nana Ke Justina, dari Je Justina, Ketua ASYB yang membacakan pernyataan mengungkapkan rasa belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada para keluarga korban yang meninggal dan meminya aparat untuk bisa menyusut tuntas penyebab kematian.
Selain itu, pihaknya juga mengecam keras sebagian elite politik yang tidak bertanggungjawab dan tidak punya jiwa kesatria dalam menerima hasil Pemilu dan justru memprovokasi atau menggerakkan massa untuk melakukan aksi kiat yang inskonstitusional.
"Kami mendukung sepenuhnya langkah-langkah pemerintah bersama TNI dan Polri dalam rangka menjaga serta memulihkan ketenteraman umum."
"Mengajak semua komponen bangsa untuk bersikap tenang, tidak terpancing situasi dan mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa," terangnya. (*)
Artikel ini sudah tayang di Tribunnews dengan judul Siapa Sengkuni? Sosok yang Dituding Jadi Dalang Kerusuhan 22 Mei di Jakarta