Tribun Bandar Lampung

Setengah Bulan Jelang HUT RI, Penjual Bendera Mulai Mangkal di Bandar Lampung

Momen Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia setiap 17 Agustus sudah pasti tak disia-siakan pedagang musiman.

Penulis: Eka Ahmad Sholichin | Editor: Yoso Muliawan
Tribunlampung.co.id/Eka Ahmad Sholichin
Pedagang bendera musiman, Muhammad Abdurahman (26), menjajakan dagangannya di tepi Jalan Diponegoro, Telukbetung Utara, Bandar Lampung, Selasa (30/7/2019). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Momen Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia setiap 17 Agustus sudah pasti tak disia-siakan pedagang musiman. Barang yang dijual tak lain bendera merah putih. Ada pula umbul-umbul aneka warna.

Sejumlah pedagang musiman terpantau mulai mangkal di tepi jalan utama Kota Bandar Lampung pada pengujung Juli 2019. Dari Jalan ZA Pagar Alam, Jalan Teuku Umar, hingga Jalan Pangeran Diponegoro.

Meskipun HUT Kemerdekaan masih setengah bulan lagi, mereka sudah menjajakan bendera merah putih dan umbul-umbul aneka warna sejak sekarang.

Sudah sepekan Muhammad Abdurahman membuka lapak di tepi Jalan Pangeran Diponegoro, Telukbetung Utara. Pria 26 tahun ini mencoba peruntungan dengan mangkal lebih dini menyambut momen HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus.

"Sudah ada sih yang beli. Tapi baru 1-2 orang aja. Kebanyakan beli bendera," tuturnya, Selasa (30/7/2019).

"Nggak tahu gimana situasinya tahun ini. Pengalaman tahun lalu, mulai ramai sekitar 1 Agustus ke atas," imbuh warga Garut, Jawa Barat, itu.

Abdurahman mangkal di Jalan Pangeran Diponegoro untuk menyasar konsumen perkantoran di seputar wilayah tersebut.

"Kan buat dipajang di perkantoran pas 17-an," katanya.

Bendera dijual dengan harga bervariasi tergantung ukuran. Mulai dari 90 cm yang dibanderol Rp 20 ribu per helai hingga paling besar 180 cm yang dihargai Rp 60 ribu per helai. Sementara harga umbul-umbul antara Rp 30 ribu-35 ribu per helai.

Berkaca tahun lalu, barang yang paling laku di lapak Abdurahman adalah umbul-umbul. Pembeli biasanya ramai sepekan sebelum HUT Kemerdekaan RI.

"Pas ramai, pendapatan bisa Rp 100 ribu per hari. Tapi kalau lagi sepi, paling Rp 50 ribu per hari. Kadang malah nggak laku sama sekali," ujarnya.

Pengalaman kurang mengenakkan yang biasa dialami Abdurahman ketika berjualan musiman adalah beredarnya preman yang meminta uang. Ia memberi uang kepada orang yang disebutnya preman tersebut karena merasa permintaannya masih wajar.

"Kalau info dari bos di Garut, ya baru kali ini ada yang mintain (uang). Kalau mintanya wajar, ya dikasih. Gak ada patokan, seikhlasnya aja dan cuma sekali aja diminta," ungkapnya.

Gin, penjual bendera musiman lainnya, sudah tiga hari mangkal di tepi Jalan Teuku Umar. Ia menjajakan bendera dan umbul-umbul di lapaknya mulai pukul 06.00 WIB sampai 17.30 WIB.

"Baru tiga hari jualan. Sudah ada yang beli, tapi masih belum banyak. Biasanya mulai ramai 1 Agustus ke atas," jelas Gin.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved