Gempa Banten Bukan Magniduto 7,4 tapi 6,9 dengan Kedalaman 48 Meter, Peringatan Tsunami Dicabut

Gempa Banten Bukan Magniduto 7,4 tapi 6,9 dengan Kedalaman 48 Meter, Peringatan Tsunami Dicabut

(USGS)
Peta lokasi gempa di perairan Banten, Jumat (2/8/2019) malam. 

Gempa Banten Bukan Magniduto 7,4 tapi 6,9 dengan Kedalaman 48 Meter, Peringatan Tsunami Dicabut

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Badan Meteoroogi, Klimatologi, dan Geofiska (BMKG) merevisi sejumlah keterangan mengenai gempa bumi berkekuatan cukup signifikan yang mengguncang bagian wilayah Banten Jumat (02/08/2019) malam.

Dalam narasi pertama yang dikeluarkan BMKG, gempa pukul 19.03 WIB tadi itu berkekuatan M 7,4 dengan pusat di 147 km arah barat daya Sumur, Banten.

Narasi yang dikeluarkan tersebut juga menuliskan bahwa kedalaman gempa 10 km dengan potensi tsunami.

Namun, setelah dilakukan sejumlah pemutakhiran, terdapat sejumlah revisi mengenai keterangan gempa tersebut.

"Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa ini memiliki magnitudo awal M 7,4 selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi magnitudo M 6,9," ungkap Kepala Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono.

Tak hanya kekuatannya yang berbeda, Daryono juga menyebut kedalaman gempa yang berbeda dari hasil analisis awal.

Dalam analisisnya, Daryono mengatakan kedalaman gempa 48 km.

VIDEO Gempa Banten Magnitudo 7,4 Terasa di Lampung hingga Jawa Tengah

Viral Gedung RSUD Retak-retak hingga Pasien Dievakuasi Akibat Gempa, Ini yang Terjadi Sebenarnya

"Episenter lindu tersebut terletak pada koordinat 7,32 LS dan 104,75 BT, atau tepatnya, berlokasi di laut pada jarak 164 km arah barat daya Kota Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, pada kedalaman 48 km," ujarnya.

Seperti yang diketahui, sebelumnya, dalam narasi yang beredar, gempa pukul 19.23 WIB tadi berada pada kedalaman 10 km.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya deformasi batuan dalam Lempeng Indo-Australia," kata Daryono.

"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini dipicu penyesaran oblique yaitu kombinasi gerakan mendatar dan naik," sambungnya.

Dalam pantauan BMKG, guncangan gempa ini dirasakan di Lebak dan Pandeglang IV-V MMI; Jakarta III-IV MMI; Bandung, Serang, Bekasi, Tangerang, Bandar Lampung, Purwakarta, Bantul, Kebumen, II-III MMI; Nganjuk, Malang, Kuta, Denpasar, II MMI.

"Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut," tutur Daryono.

"Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa berpotensi tsunami dengan level SIAGA untuk wilayah Lebak dan Pandeglang bagian Selatan, dan level WASPADA untuk wilayah Pandeglang Utara, Tanggamus-Lampung," tegasnya.

Hingga pukul 20.15 WIB, Hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan (aftershock).

Menyusul gempa yang mengguncang Banten pada Jumat (2/8/2019) pukul 19.03.21 WIB; Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) merilis peringatan dini terhadap potensi tsunami.

Wilayah tersebut diantaranya Pandeglang bagian selatan, Pandeglang Pulau Panaitan, Lampung-Barat Pesisir-Selatan, Pandeglang Bagian Utara dan Lebak.

Peringatan ini wajar saja karena gempa yang terjadi di wilayah subduksi, dengan sesar naik, kedalaman 10 kilometer atau lebih di dalam laut dan memiliki magnitudo yang cukup memang berpotensi tsunami.

Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa Banten kali ini memiliki magnitudo 7,4 dan episenternya berada di laut dengan kedalaman 10 kilometer.

Pakar tsunami dari Menteri Kelautan dan Perikanan Abdul Muhari juga menambahkan kepada Kompas.com bahwa posisi gempa berada pada megathrust Selat Sunda yang merupakan wilayah pertemuan lempeng Eurasia dan Indo-Australia.

Megathrust ini memang telah lama diketahui bisa memicu gempa besar hingga magnitudo 8,8 dan tsunami lebih dari 20 meter. 

Peringatan Tsunami Dicabut

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) resmi mencabut peringatan dini tsunami yang sebelumnya dikeluarkan pasca-gempa berkekuatan magnitudo 7,4 terjadi di Barat Daya Sumur, Banten.

Dicabutnya peringatan ini direspons oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pandeglang dengan memperbolehkan masyarakat yang mengungsi untuk kembali ke rumah masing-masing.

"(Peringatan tsunami) BMKG sudah resmi dicabut, masyarakat yang mengungsi dipersilakan untuk pulang ke rumah masing-masing," imbau Kepala BPBD Pandeglang Deni Kurnia kepada Kompas.com di kantornya, Jumat (2/8/2019).

Namun demikian, Deni juga mempersilakan kepada warga yang ingin tetap bertahan di pengungsian.

Kata dia, pemerintah setempat sudah mengakomodasi fasilitas untuk para pengungsi.

Tempat-tempat pengungsian, kata dia, sudah dibangun di sejumlah wilayah yang aman di dataran tinggi.

Pengungsi juga ditempatkan di bangunan yang dirasa aman dan bisa dijangkau antara lain di kantor kecamatan dan tempat ibadah.

"Baik yang masih di pengungsian maupun yang sudah kembali ke rumah, diharapkan tetap waspada dan tetap tenang, selalu terima informasi dari sumber yang tepat," kata dia.

Dari pantauan personel BPBD di lapangan, kata Deni, hingga saat ini situasi di bibir pantai kondusif.

Tidak ada tanda-tanda air laut surut atau gejala akan terjadi tsunami. 


Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gempa Banten, BMKG Revisi Magnitudo Jadi 6,9 dan Kedalaman 48 Km", https://sains.kompas.com/read/2019/08/02/214812823/gempa-banten-bmkg-revisi-magnitudo-jadi-69-dan-kedalaman-48-km

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved