Marluna-Bagas Berlatih hingga Tengah Malam, Kisah Perjuangan Anggota Paskibraka Asal Lampung
Tak sedikit pengorbanan Marluna Fitri Dwiana, siswi SMA Negeri 7 Bandar Lampung, dan Bagas Satria Wijaya, siswa SMAN 1 Metro untuk jadi Paskibraka.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Tak sedikit pengorbanan yang dilakukan Marluna Fitri Dwiana, siswi SMA Negeri 7 Bandar Lampung, dan Bagas Satria Wijaya, siswa SMAN 1 Metro, untuk bisa jadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka.
Mereka harus melewati seleksi ketat dari tingkat kabupaten/kota hingga provinsi.
Tak hanya itu saja, keduanya juga harus melewati masa penggemblengan dan latihan fisik yang cukup berat.
Ibunda Marluna, Margiyati bahkan masih tak percaya jika anaknya berhasil menjadi anggota Paskibraka yang akan menaikkan bendera merah putih saat upacara peringatan Hari Kemerdekakan RI di Istana Negara 17 Agustus nanti.
Dia mengakui, Marluna memang berlatih keras untuk bisa menjadi anggota Paskibraka ini.
Bahkan, kakinya pernah sampai keseleo karena berlatih sangat ketat.
"Dia selain latihan di luar rumah, juga latihan di rumah hingga tengah malam. Jadi setelah pulang sekolah itu, dia langsung latihan. Naik turun tangga sambil membawa buku sebagai baki bendera. Bahkan sebelum berangkat sekolah di pagi hari, masih menyempatkan latihan lagi," tutur istri
Ia menuturkan, Marluna memang berkeinginan menjadi anggota Paskibraka. Keinginannya itu sudah ada sejak masih SMP.
Kala itu, Marluna kerap menonton Paskibraka nasional tampil di televisi.
"Jadi dia terinspirasi ingin jadi anggota Paskibraka. Katanya kelihatan gagah membawa bendera pusaka itu," tutur Margiyati.
Tidak hanya itu, Marluna juga dituntut bisa menguasai pengetahuan umum, bahasa Inggris hingga pengetahuan tentang kebudayaan Lampung serta seni budaya lainnya.
"Sampai-sampai tadinya gak pernah facial, kami facial-kan terus diberikan suntikan vitamin, agar kulit terlihat lebih putih. Dengan semua persiapan itu, harapan bisa maksimal dalam mengikuti proses karantina," kata warga Perum Polda 2 Jalan Merpati, Kemiling, Bandar Lampung.
Marluna pun kini sudah berangkat mengikuti pelatihan di Cibubur sejak 25 Juli dan akan pulang pada 23 Agustus mendatang.
"Kami hanya berharap anak kami bisa memberikan yang terbaik dan mengikuti semua instruksi pelatih," kata istri Kompol Marijan yang merupakan Kasubag Lakjarlat SPN Kemiling Polda Lampung.
Rasa bangga juga menyelimuti hati kedua orangtua Bagas, Dewi Katherine Oktaviani dan Ipda Putu Harta Jaya Utama.
Keduanya mengaku bersyukur atas capaian anaknya.
"Kami enggak nyangka sama sekali bisa sejauh itu. Sampai nasional. Karena awalnya, dia (Satria) itu justru sukanya basket. Dari SD dan SMP justru lebih suka basket, sebenarnya nyemplung ke dunia Paskibra itu tidak sengaja," kenang Dewi, kemarin.
Ibu tiga anak ini menceritakan, Satria menggeluti dunia baris berbaris sejak setahun lalu.
Kala itu, ada penjaringan di sekolah. Putranya kemudian dinyatakan lolos karena memiliki postur tubuh yang ideal. Dengan tinggi mencapai 178 centimeter.
"Dia masuk karena tinggi. Sempat bilang mama gimana kok jadi kepilih seleksi, aku enggak bisa, katanya. Karena dia ini memang tujuannya mau jadi pemain basket di sekolah, prestasinya juga lumayan. Cuma kita kuatkan dan diajari juga sama seniornya," imbuhnya.
Dengan semangat yang tinggi, Satria akhirnya mampu cepat beradaptasi sehingga lolos seleksi tingkat sekolah, tingkat kota, hingga akhirnya membawa dirinya masuk seleksi provinsi sekaligus tingkat nasional.
"Waktu itu seleksi di Sumpah Pemuda. Pas hari mau pengumuman, kita orang tua cuma bisa lihat dari jauh. Ya nothing to lose saja, karena sudah sampai provinsi. Tapi pas 10 depan, dia disendirikan, paling depan lah. Sampai akhirnya terpilih," imbuhnya.
Ia mengaku, tak bisa mengucapkan kata-kata lain selain bangga. Karena putranya bisa terpilih mewakili Lampung.
"Kaki sampai gemetaran waktu itu. Ya bangga lah sampai berkaca-kaca. Mudah-mudahan bisa memberikan yang terbaik buat bangsa," terangnya.
Dewi mengaku, hingga saat ini keluarga tidak bisa berkomunikasi dengan Satria karena dalam posisi karantina.
Pun demikian kabar terbaru di formasi mana putranya akan mengibarkan bendera di hadapan Presiden Indonesia pada 17 Agustus mendatang.
Kepsek SMAN 7 Bandar Lampung Sudarisman mengatakan, Luna merupakan siswa kedua dari SMAN 7 yang berhasil menjadi Paskibraka.
"Terakhir itu sekitar 2006 kita mengirimkan anak kita ke nasional dan baru tahun ini kita kirim lagi dengan berbagai macam seleksi," katanya.
Kadispora Lampung Budi Dharmawan mengatakan, seleksi anggota Paskibraka pusat ini sangat ketat.
Mereka dipilih dari para pelajar terbaik di Provinsi Lampung. Mereka selain cakap dalam hal baris berbaris juga menguasai segala bidang ilmu.
"Kita bangga dengan siswa yang terpilih dan semoga bisa menjadi motivasi seluruh sekolah untuk terus mengembangkan siswa terbaiknya untuk kita seleksi," katanya.
Paskibra
Latihan tak kalah ketat bakal dilakukan para pengibar bendera merah putih tingkat Provinsi Lampung. Sebanyak 33 anggota Paskibra Provinsi Lampung akan digembleng sejak 5-18 Agustus.
"Mereka akan latihan mulai 6 Agustus di Lapangan Korpri oleh anggota TNI dan Polri. Sebanyak 33 anggota paskibra ini berasal dari 15 kabupaten/kota," jelas Kabid Layanan Kepemudaan Catur Agus Dewanto.
Saat latihan, 33 perserta diklat Paskibaraka Provinsi akan bergabung dengan pasukan pengawal yang dari tentara tiga angkatan darat dan satu kepolisian.
"Bergabungnya baru tanggal 12 Agustus," imbuhnya.
Mereka nantinya akan di karantina dan tidak ada komunikasi dengan pihak luar walaupun dari keluarga.
"Termasuk Idul Adha gak boleh pulang, karena resiko kan jauh ada yang dari Lambar pulang pergi berapa jam waktu tinggal dikit," jelasnya.
"Komunikasi mereka semua juga sudah dikumpulkan semua, jadi gak ada lagi. Tapi kami beri kesempatan mereka untuk hubungi orang tua terkait acara pengukuhan tanggal 16 Agustus agar mereka bisa memberitahui sebelum acara pembukaan," tambahnya.
(tribunlampung.co.id/bayu saputra/hanif mustafa)