Biodata KH Maimun Zubair, Ulama Besar Indonesia yang Meninggal Dunia di Mekkah Saat Ibadah Haji

Sebuah berita duka KH Maimun Zubair meninggal dunia di Mekkah, Arab Saudi, pada Selasa, 6 Agustus 2019.

Kompas.com/Fitria Chusna Farisa
Ilustrasi - KH Maimun Zubair di kantor PPP, Jakarta Pusat, Sabtu (16/3/2019). Biodata KH Maimun Zubair, Ulama Besar Indonesia yang Meninggal Dunia di Mekkah Saat Ibadah Haji. 

Biodata KH Maimun Zubair

Menurut Ketua Umum Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Ali Masykur Musa, sosok yang biasa disapa Mbah Maimun itu meninggal dunia saat ibadah haji.

"Saya dapat informasi dari Gus Rozin, staf istana yg ada di Mekkah," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa pagi.

Bagaimana biodata KH Maimun Zubair?

Mbah Moen, demikian kadang ia disapa, memiliki nama lengkap Kiai Haji Maimun Zubair.

Dilansir Kompas.com pada Selasa (6/8/2019), Mbah Moen merupakan seorang alim, faqih sekaligus muharrik (penggerak).

Ia juga merupakan salah satu tokoh sepuh di Partai Persatuan Pembangunan, dan dikenal sebagai pimpinan Pondok Pesantren Al Anwar di Sarang, Rembang, Jawa Tengah.

Dengan kedalaman ilmu dan kharismanya, Mbah Maimun Zubair diangkat sebagai Ketua Dewan Syuro Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Ia lahir pada 28 Oktober 1928, di Sarang, Rembang, Jawa Tengah, dan putra dari Kiai Zubair.

Ayahnya seorang alim dan faqih yang merupakan murid dari Syaikh Saíd al-Yamani serta Syaikh Hasan al-Yamani al-Makky.

Dengan latar belakang orangtuanya, Mbah Maimun kemudian memiliki basis pendidikan agama yang sangat kuat.

Ia kerap menjadi rujukan ulama Indonesia dalam bidang fiqh karena menguasai secara mendalam ilmu fiqh dan ushul fiqh.

Mbah Maimun pernah belajar mengaji di Pesantren Lirboyo, Kediri, di bawah bimbingan Kiai Abdul Karim.

Saat berguru di Lirboyo, ia juga mengaji kepada Kiai Mahrus Ali dan Kiai Marzuki.

Mbah Maimun merupakan kawan dekat dari Kiai Sahal Mahfudh, yang sama-sama santri kelana di pesantren-pesantren Jawa, sekaligus mendalami ilmu di tanah Hijaz.

Belajar mengaji ke Mekkah

Mbah Maimun pernah belajar mengaji hingga ke Mekah saat berusia 21 tahun.

Ia berada di bawah bimbingan Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly dan beberapa ulama lainnya.

Selain itu, Mbah Maimun juga mengaji ke beberapa ulama di Jawa.

Para ulama itu di antaranya Kiai Baidhowi, Kiai Ma'shum Lasem, Kiai Bisri Musthofa (Rembang), Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Muslih Mranggen (Demak), Kiai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), dan Syekh Abul Fadhol Senori (Tuban).

Mbah Maimun juga menulis kitab-kitab yang menjadi rujukan santri seperti kitab berjudul Al-Ulama Al-Mujaddidun.

Setelah kembali dari Mekah, ia mengabdikan diri untuk mengajar di Tanah Air.

Mbah Maimun mulai mengembangkan Pesantren al-Anwar Sarang pada 1965.

Pesantren ini menjadi rujukan santri untuk belajar kitab kuning dan mempelajari turats secara komprehensif.

Di dunia politik, Mbah Moen pernah menjadi anggota DPRD Rembang selama 7 tahun.

Ia juga pernah menjadi anggota MPR RI utusan Jawa Tengah.

Dalam beberapa kesempatan, ia kerap mengingatkan kepada rakyat Indonesia akan pentingnya menjunjung dan menjaga keutuhan bangsa dan negara.

Inilah Calon Presiden yang Didukung Ulama Kharismatik Maimoen Zubair

Menurut Mbah Maimun, dalam setiap perbedaan, ada titik-titik kebersamaan.

Agama mengajarkan perbedaan tetapi ada titik persamaan, yaitu seluruh agama mengajarkan kebaikan.

“Perbedaan tak perlu dibesar-besarkan sehingga kita bisa hidup rukun," kata Mbah Moen. 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Mbah Maimun Zubair Meninggal Dunia, Ini Kenangan tentang Sosoknya... dan tribunjabar.id dengan judul Profil Maimun Zubair, Mbah Moen Hafal Banyak Kitab di Usia Muda, Ulama Sohor yang Besarkan Pesantren

Sumber: Kompas.com
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved