Tribun Bandar Lampung
Sampah Pesisir Bandar Lampung, Dosen Unila: Kelola Bank Sampah, Tetapkan Sanksi Tegas
Selain dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Lampung, ada juga solusi dari dosen Universitas Lampung terkait sampah di pesisir Bandar Lampung.
Penulis: Bayu Saputra | Editor: Yoso Muliawan
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Selain dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Lampung, ada juga solusi dari dosen Universitas Lampung terkait sampah di pesisir Bandar Lampung.
Adalah Herman Yulianto, dosen yang menyampaikan saran tersebut. Wartawan Tribun Lampung mewawancarainya, Kamis (15/8/2019).
Satu dari beberapa saran dosen Herman adalah perlunya sanksi tegas agar orang tidak lagi membuang sampah sembarangan, khususnya di sungai.
"Kita tahu sampah yang ada di pesisir kebanyakan dari limbah rumah tangga, pertanian, dan industri yang berasal dari daratan. Makanya harus tegas, beri sanksi tegas. Jangan sampai sampah masuk ke laut melalui aliran sungai," jelasnya.
Selain itu, Herman berpendapat perlunya penanganan mulai dari hulu. Misalnya melalui pengguliran program bank sampah secara serius.
"Dari industri juga harus tegas terkait pembuangan air limbahnya. Semua perusahaan yang menimbulkan dampak, wajib memiliki IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)," katanya.
Herman juga menyarankan agar ada instalasi filter untuk aliran air yang menuju sungai. Sehingga, sampah organik maupun anorganik tidak begitu saja masuk ke perairan.
"Lalu, meningkatkan jumlah atau intensitas penjemputan sampah rumah tangga," ujar Herman.
"Terpenting juga, peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga lingkungan hidup dari pencemaran," sambungnya.
Penanaman kesadaran dan kebiasaan membuang sampah pada tempatnya serta pengolahan sampah yang tepat, menurut Herman, harus sejak dini atau anak-anak. Untuk memulainya, bisa dengan menyisipkan pada pelajaran sekolah, dari TK dan SD.
"Harus ada juga penyuluhan mengenai kesadaran tidak membuang sampah sembarangan. Termasuk bagi masyarakat di pinggir daerah aliran sungan dan kawasan pesisir," terangnya.
Begitu juga untuk para pengguna dan pengelola wisata, Herman mengimbau untuk turut serta peduli menjaga kebersihan lingkungan.
"Bisa dengan menyiapkan piranti pendukung bank sampah atau filter fisik semacam saringan. Jadi, setiap peralihan ke saluran, ada filter atau penyaring sampah fisik. Penempatan saringan di setiap pintu keluar atau outlet saluran," paparnya.
Memprihatinkan
Penelusuran Tribun Lampung beberapa hari lalu, kondisi pesisir Bandar Lampung kian memprihatinkan. Sampah mulai dari plastik hingga kayu bekas berserakan dan memenuhi bibir teluk.
Sampah-sampah terlihat memenuhi pesisir Panjang Utara, tepatnya di dekat Taman Kabarti (Kampung Baru Tiga). Sampah-sampah juga ada di pesisir Telukbetung.
Mayoritas sampah adalah plastik. Warga selalu mencium aroma tak sedap, apalagi jika musim hujan.
"Kami berharap pihak berwenang mencari solusi. Rutin bersihkan sampah di pesisir ini," kata Daeng Pada, warga Kelurahan Panjang Utara, Selasa (12/8/2019).
Camat Panjang, Bagus Harisma Bramado, menyebut wilayah pesisir khususnya di Panjang merupakan muara sampah kiriman dari tempat-tempat lain.
"Penanggulangan memang kurang maksimal, karena sampahnya banyak," ujarnya, Rabu (13/8/2019).
Atas kondisi tersebut, Camat Panjang mengajak masyarakatnya lebih peduli dengan kondisi sampah.
"Upaya agar sampah hilang di antaranya dengan membersihkan setiap saat. Rutin, setiap minggu atau setiap bulan, angkut sampah di pesisir," ujar Bagus.
Masalah Klasik
Walhi Lampung menyebut persoalan sampah di pesisir Bandar Lampung bukan hal yang baru terjadi. Masalah ini sudah lama terjadi alias klasik dan terus berlarut.
Direktur Walhi Lampung Irfan Tri Musri menjelaskan ada beberapa faktor penyebab keberadaan sampah-sampah di teluk Bandar Lampung.
"Ada sampah dari wilayah hulu Bandar Lampung, ada juga sampah kiriman dari tengah laut," katanya, Selasa (13/8/2019).
Saat ini, Irfan menyebut kondisi sampah di Bandar Lampung telah mencapai titik memprihatinkan.
"Karena jika kita simak secara seksama, tumpukan sampah di pesisir kota sudah mencapai ketebalan lebih dari 1 meter," ujarnya.
Dari seluruh sampah yang ada di pesisir di Bandar Lampung, pihaknya memperkirakan 70-80 persen sampah tersebut merupakan plastik. Sampah ini, jelas Irfan, lebih susah terurai di tanah. Waktu penguraiannya bisa 100-250 tahun.
Irfan menjelaskan sampah di pesisir Bandar Lampung telah menjadi objek kegiatan komunitas peduli lingkungan. Termasuk acara bersih-bersih oleh pemerintah daerah maupun instansi tertentu.
"Namun, penanggulangan sampah sekarang ini tidak bisa hanya dengan by activity (berdasarkan kegiatan). Pengentasan masalah sampah di pesisir kita bisa dengan beberapa cara," paparnya.
Menurut Irfan, perlu pembentukan tim atau satuan tugas khusus penanggulangan sampah. Seperti tim oranye atau sebutan lainnya.
Kemudian, sosialisasi menyeluruh dan kontinu kepada masyarakat untuk meminimalisasi pembuangan sampah ke kali.
"Bisa juga pembuatan regulasi tentang pengurangan sampah plastik seperti Pemkot Bogor dan pemda di Bali," saran Irfan.
"Buat sistem dan infrastuktur pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," imbuhnya.
(Tribunlampung.co.id/Bayu Saputra)